Eep Saefulloh Fatah: Basuki Tjahaja Purnama Inkompeten Sebagai Gubernur
Teman-teman, saya gatel. Mohon izin nimbrung. Siapakah yang paling diuntungkan jika Pilkada Jakarta terlalu digenangi (sekali lagi, “terlalu digenangi”) isu SARA? Jawabannya buat saya terang benderang: Basuki Tjahaja Purnama.
Kenapa? Sebab pukulan terberat buat ybs adalah bahwa yang ybs inkompeten sebagai Gubernur, bukan fakta bahwa ybs adalah Tionghoa dan non-Muslim. Dengan segala maaf, saya tak bisa bicara terlalu banyak soal pukulan non-SARA itu karena saya bukan penonton dalam pertarungan Jakarta ini tetapi ikut terlibat jauh di dalamnya.
Tema SARA membikin petahana jadi sumber utama percakapan online dan media sosial. Ini antara lain sejalan dengan harapan dan target kampanye ybs.
Teman-teman, mari kita bicata tentang kekacauan anggaran yang membuat banyak kebijakan pro rakyat cuma berjalan 1/3 atau 1/4 dari yang semestinya di Jakarta, kegagalan komunikasi politik dan komunikasi publik yang akut dengan segenap dampaknya, penggusuran yang salah kelola dan salah pemihakan, bahaya ekonomi-sosial-ekologi dari reklamasi, etika pemerintahan yang bersih, dana non-budgeter berkedok diskresi (hibah ke daerah berup barang mesti masuk duku ke APBD seperti dicontohkan Surabaya, Banyuwangi, Batang), dll dll dll. Dalam semua urusan yang saya sebut sebagai contoh barusan, petahana sungguh mudah terpojok. Tanpa dipojokkan oleh pihak lain pun ybs mudah terpojok karena sumber masalah adalah kekeliruan kebijakannya sendiri.
Jakarta harus kita jadikan kampanye sehat dan bergizi. Ini bagian dari pendidikan politik yang harus kita kerjakan.
Yang sehat: kita gugat ada “staf khusus” yang bekerja dan melekat pada Gubernur hampir sepanjang saat tapi tidak digaji oleh Pemprov tapi okeh sebuah perusahaan swasta. Yang tidak sehat: fokus pada ras dan agama sang “staf khusus” itu semata2. Ini sekedar salah satu ilustrasinya.
Sekadar saling mengingatkan saja.
Tabik
|sumber sejumlah WAG
