Sawar darah otak adalah sistem pertahanan alami yang mencegah zat berbahaya dalam darah masuk ke otak. Para dokter mungkin telah menemukan cara melewati penghalang itu untuk mengobati pasien kanker.
Ahli bedah saraf telah menggunakan laser untuk mengobati kanker otak sejak tahun 2009, tapi sekarang mereka mengatakan teknik ini juga dapat memungkinkan untuk mengirim obat kemoterapi langsung ke otak.
Kuncinya adalah bisa menembus sawar darah otak, yang melakukan tugasnya dengan sangat baik hingga obat kemoterapi yang berpotensi menyelamatkan nyawa juga dihadang.
Kathy Smith menderita kanker ovarium yang menyebar ke otaknya, sejenis kanker otak yang disebut glioblastoma.
“Ada tiga tumor saya rasa pada waktu itu dan saya sangat tidak senang dengan makhluk hidup itu,” ujar Kathy Smith, salah seorang penderita kanker otak.
Dia diobati dengan terapi laser. Dokter memasukkan jarum kecil ke otak, langsung ke bagian kanker untuk membakar tumor itu dari dalam.
Menurut Profesor Bedah Saraf Universitas Washington, Eric Leuthardt, selama melakukan prosedur tersebut ditemukan bahwa terapi itu memiliki efek samping terhadap sawar darah otak.
“Kami bisa menunjukkan bahwa sawar darah-otak ini terbuka selama kira-kira empat minggu setelah kami melakukan terapi laser ini. Jadi bukan hanya membunuh tumor, kita benar-benar membuka peluang untuk mengirim berbagai obat dan bahan kimia dan terapi yang sebelumnya tidak bisa masuk ke sana,” ujar Prof. Leuthardt.
Dalam kasus Kathy, obat kemoterapi percobaan yang disebut doxorubicin, yang selama ini sulit menembus penghalang itu berhasil langsung masuk ke otaknya.
“Yang menarik adalah sawar darah otak berjalan dua arah. Dengan menerobosnya, kita bisa memasukkan sesuatu ke dalam otak, tetapi juga setelah terbuka, sekarang bahan-bahan dapat mengalir dari otak ke dalam sirkulasi kita, ke sistem periferal kita, termasuk sistem kekebalan tubuh kita, ” papar Prof. Leuthardt.
Dan sistem kekebalan tubuh membantu melawan kanker.
Prosedur ini berbahaya, sawar darah otak yang terbuka menimbulkan risiko bagi otak, tapi sejauh ini telah bekerja dengan baik untuk Smith. Pasien yang didiagnosa menderita tumor glioblastoma biasanya bertahan hidup hanya 15 bulan. Tapi Smith telah melawan kanker sejak 2009.
“Agak membuat Anda tersenyum ketika mereka mengatakan Anda adalah calon yang baik untuk sesuatu yang baru. Jadi saya ikut penelitian itu dan hasilnya baik, ” ujar Kathy Smitah, seorang penderita kanker otak.
Tim ahli bedah saraf dari Washington University di St. Louis berniat menerbitkan sebuah laporan yang lebih formal mengenai penelitian mereka tahun ini. [as/lt/voaindonesia.com]