Setya Novanto secara resmi menjadi Ketua Umum Partai Golkar setelah pada voting kedua, pesaingnya, Ade Komarudin mengundurkan diri. Novanto akan memimpin partai politik berlambang beringin untuk lima tahun ke depan.
“Justru tantangannya ada pada Golkar, apakah mampu membesarkan partai atau malah sibuk urus perbaikan citra ketum yang baru,” ujar Hendri, Selasa (17/5/2016).
Tantangan lain ialah kesiapan Novanto untuk membawa Golkar kembali masuk ke dalam tiga besar partai pemenang pada Pemilu Legislatif. Novanto, sambung dia, harus bisa mendulang suara 14 hingga 25 persen suara pada Pemilu Legislatif 2019 mendatang dengan susunan kepengurusan yang baru.
Seperti diketahui, Setya Novanto secara resmi ditetapkan sebagai Ketua Umum DPP Partai Golkar periode 2014-2019 melalui Musyawarah Nasional Luar Biasa di Bali Nusa Dua Convention Center, pagi ini.
Dalam penghitungan suara, perolehan suara delapan bakal calon Ketua Umum antara lain Ade Komarudin 173 suara, Setya Novanto 277 suara, Airlangga Hartarto 14 suara, Mahyudin dua suara, Priyo Budi Santoso satu suara, Aziz Syamsuddin 48 suara, Indra Bambang Utoyo satu suara, Syahrul Yasin Limpo 27 suara dan suara tidak sah berjumlah 11, sehingga total suara 554.
Dari hasil tersebut, Ade Komarudin dan Setya Novanto masih harus ‘bertanding’ pada voting tahap kedua karena keduanya memenuhi perolehan suara diatas 30 persen.
Namun, tiba-tiba Akom, sapaan Ade Komarudin menyatakan mengundurkan diri dari bursa pencalonan.
“Saya sudah berembuk dengan tim saya dan dengan pak Aburizal selaku Dewan Pembina, saya kira saya lebih muda dari pak Novanto. Pak Novanto 60 tahun, sedagkan saya masih ada kesempatan di masa akan datang. Saya dan rekan-rekan akan memberikan support untuk pak Novanto di kepengurusan untuk kebesaran Partai Golkar. Saya mengucaokan selamat kepada Pak Novanto,” jelas Ade. -rmn