Pemerintah melalui Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) mengembangkan jembatan layang (flyover) berteknologi baja bergelombang.
“Sebagai proyek percontohan, teknologi ini akan diujicobakan di Jembatan Layang Antapani, Bandung dan akan diikuti di kota-kota lainnya,” kata Menteri PUPR, Basuki Hadimuljono di Bandung, Jumat (10/6).
Menteri Basuki menjelaskan, teknologi ini dikembangkan oleh Badan Penelitian dan Pengembangan (Balitbang) Kementerian PUPR sebagai persembahan untuk kepentingan masyarakat.
“Saya juga sepakat dengan pernyataan Pak Ridwan Kamil bahwa inovasi adalah bekal untuk maju dan ini salah satu contohnya yakni pemanfaatan baja untuk pembangunan dan percepatan infrastruktur,” kata Basuki.
Contoh lainnya, kata Basuki, untuk pembangunan Jalan Tol Elevated Jakarta – Cikampek II, juga akan memaksimalkan pemanfaatan baja dalam negeri.
Khusus untuk teknologi baja bergelombang, Basuki juga menegaskan komitmennya untuk digunakan bagi pembangunan jembatan layang sebidang pada lintas kereta api.
“Saya minta, hingga akhir tahun ini ditambah untuk dimanfaatkan teknologi ini pada ‘flyover’ lintas sebidang kereta api,” katanya.
Basuki seusai pencanangan itu menyebut, hingga saat ini terdapat 8.000-an lebih perlintasan sebidang kereta api yang perlu dibangun dengan teknologi ini.
Jika nantinya, akan masif dikembangkan di Indonesia, maka produksi baja bergelombang, nantinya harus diproduksi di Indonesia.
Hemat dan Cepat Pada bagian lain, Basuki mengakui, teknologi ini sangat sesuai dengan program percepatan pembangunan infrastruktur karena selain biayanya lebih murah, juga lebih cepat.
“Dari segi biaya, tiga kali lebih murah ketimbang teknologi beton bertulang dan waktu pekerjaan yang hanya enam bulan, sedangkan beton bertulang perlu 12 bulan,” katanya.
Oleh karena itu, dia memperkirakan, saat diresmikan nanti pada Desember tahun ini akan dilakukan oleh Wakil Presiden Jusuf Kalla.
Pembangunan Jembatan layang Antapani merupakan proyek kerja sama antara Pusjatan Balitbang Kementerian PUPR, Pemerintah Kota Bandung, dan Posco Steel Korea.
Dari total anggaran Rp33,5 miliar yang dibutuhkan untuk pembangunan, komposisinya Rp21,5 miliar berasal dari anggaran Pusjatan, Rp10 miliar dari Pemerintah Kota Bandung, Rp2 miliar dari Posco Steel Korea dalam bentuk komponen material.
Secara teknis jembatan tersebut disebut bertipe struktur “Corrugated” atau Armco dengan jumlah bentang jembatan tiga yaitu 11 meter x 2 dan 22 meter.
Panjang bentang jembatan 44 meter, tinggi 5,1 meter, lebar sembilan meter dengan dua lajur dua arah. Lebar lalu lintas 6,5 meter dan bahu 0,75 m x 2 = 5 meter dan waktu konstruksi enam bulan.
(Ismed/akt)