PRIBUMI – Presiden Asosiasi Serikat Pekerja (ASPEK) Indonesia, Mirah Sumirat, menilai Menteri Ketenagakerjaan Hanif Dhakiri gagal dalam menyikapi tenaga kerja asing Tiongkok yang masuk ke Indonesia dengan membandingkan jumlah tenaga kerja Indonesia di luar negeri.
Mirah Sumirat mengatakan, TKI di luar negeri mengerjakan pekerjaan yang relatif tidak dikerjakan para pekerja di negara itu. Sementara, tenaga kerja asing di Indonesia justru mengambil alih kesempatan masyarakat karena mengerjakan pekerjaan yang bisa dikerjakan oleh tenaga lokal.
“Dari hal itu sudah sangat berbeda dan bertentangan. Jadi, jangan membandingkan TKI yang bekerja di luar negeri dengan tenaga kerja asing di Indonesia, adalah hal yang kurang tepat,” jelas Mirah di Jakarta, Senin (18/7).
Lebih lanjut dia mengatakan, permasalahan utama yang perlu didiskusikan bukan berapa banyak TKI yang bekerja di luar negeri, tetapi soal penegakan aturan hukum ketenagakerjaan yang berlaku di Indonesia.
“Membanding jumlah TKI di Cina dengan tenaga kerja Cina yang masuk ke Indonesia semakin menunjukkan kegagalan pemerintah dalam memberikan jaminan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi seluruh rakyat Indonesia. Sesuai amanat Undang-Undang Dasar 1945,” tegas Sumirat.
Sekadar informasi, beberapa waktu lalu Hanif Dhakiri menyebut ada 10 juta tenaga kerja asal Tiongkok yang masuk Indonesia. Namun sebagai wisatawan. Hanif justru menuding tenaga kerja Indonesialah yang menyerbu Tiongkok dan negara-negara lain dengan membandingkan jumlah tenaga kerja asal negara-negara tertentu dan jumlah tenaga kerja Indonesia di negara tersebut.
Bantahan Hanif terjawab karena Republik Rakyat Cina (RRC) berencana mengirimkan 10 juta rakyatnya ke Indonesia, sebagaimana pernah dinyatakan Wakil Perdana Menteri Cina Liu Yandong, di Auditorium FISIP UI, Rabu (27/5). (baca: “Migrasi Cina Terselubung” Dimulai, Puluhan Ribu KTP Indonesia Dipalsukan)
Terkait dengan rencana tersebut, tokoh pergerakan dan reformasi yang juga pendiri sekaligus Ketum Partai PUDI Dr. Ir. Sri Bintang Pamungkas menyatakan bahwa hal itu memang sudah direncanakan sejak lama. Dan kebetulan saat ini adalah saat yang tepat untuk meralisasikan hal tersebut. Dimana pemerintahan Jokowi-JK terlihat mempunyai toleransi dan ketergantungan yang sangat besar kepada pemerintahan Cina.
Dengan dalih untuk menampung wisatawan RRC; pembangunan hotel, apartemen, menara kondominium dan properti lainnya dipercepat. Tapi menurut Sri Bintang, pembangunan tersebut sebenarnya bertujuan untuk menampung 10 jutaan orang-orang Cina dari RRC yang akan datang. Bukan sekedar wisatawan yang suatu saat akan kembali ke negaranya.
“Karena itu, orang-orang Cina Indonesia bisa menjadi penduduk nomor dua sesudah suku Jawa. Tentulah ini akan menjadi migrasi besar dunia setelah bule-bule Eropa Barat berimigrasi ke Amerika Serikat dan Australia pada sekian abad lalu,” terang Sri Bintang, sebagaimana disampaikan kepada Eka Gumilar dari Politikline.
Menurutnya, kabar tentang ditangkapnya 500 orang Cina yang masuk dan melakukan kejahatan di Indonesia, pada hakikatnya adalah para perintis yang mau bereksperimen untuk uji coba keamanan. Puluhan ribu Kartu Tanda Penduduk (KTP) Indonesia juga telah dipalsukan untuk menampung Warga Negara Cina yang masuk ke Indonesia secara ilegal.
“Sudah bukan rahasia, KTP dijualbelikan dengan harga ribuan dollar untuk orang-orang Cina RRC masuk menjadi WNI,” terang Bintang.
Dalih lainnya yang dipakai untuk mengirimkan 10 juta orang ke Indonesia adalah pertukaran pelajar, yang menurut Sri Bintang juga sangat tidak masuk akal. Dimana pada masa lalu saat dilaksanakannya program AFS/American Friendship Society -suatu program pertukaran pemuda/mahasiswa Indonesia-Amerika- , untuk bisa berkunjung selama beberapa bulan dalam lingkungan keluarga dalam kedua negara. Yang berpartisipasi dalam program tersebut hanyalah beberapa belas atau puluhan saja setahun.
Sedangkan dalam program kali ini jumlah yang rencana dikirimkan ke Indonesia sungguh tidak masuk akal, kalau hanya untuk disebut sebagai program pertukaran pelajar. Jumlah yang mencapai 10 juta orang ini dinilai Bintang sebagai suatu misi “Migrasi Cina Terselubung” untuk sebanyak-banyaknya memasukkan Warga Negara Cina ke Indonesia. Menjadikan Indonesia seperti Singapura, yang mana asalnya pribumilah yang menjadi mayoritas, berubah orang-orang Cina yang menjadi mayoritas. Dan kemudian pribumi tersingkir dari sektor-sektor penting di negara tersebut.
juga silakan baca : https://pribuminews.co.id/2016/07/11/ketakutan-rakyat-pada-ancaman-cina-beralasan/
(ed/dbs)