Umat Islam Harus Perjuangkan Nasibnya Sendiri

0
1069
Heppy Trenggono, IIBF Indonesia

Umat Islam harus perjuangkan nasibnya sendiri

Sekitar dua tahun lalu seorang teman, Pengusaha dari Turki, mengundang saya untuk dipertemukan dengan seseorang yang menurutnya adalah Tokoh Ulama sekaligus Pengusaha sukses di negaranya.

Bertemulah saya pagi itu dalam acara sarapan pagi, beliau adalah seorang pria dengan umur sekitar 70an tahun. Orang yg cukup disegani sepertinya. Namun juga ada keramahan, beberepa kali beliau melayani saya sarapan.

Orang yang bersama beliau tak henti-hentinya memujinya, tentang betapa sholehnya beliau yang selama 30 tahun menjalani tahajud tanpa putus, juga tentang usaha pendidikannya yang mendunia, bahkan beliau satu-satunya orang asing di US yang dipercaya oleh Pemerintah US untuk mengelola beberapa sekolahan negeri di US.

Dalam pertemuan itu saya banyak cerita tentang kultur di Indonesia, tentang perjuangan bangsa Indonesia, dan sempat saya ceritakan tentang IIBF (Indonesian Islamic Business Forum). Saya juga menyampaikan bahwa Turki dan Indonesia banyak memiliki kesamaan, terutama tentang tanggung jawabnya terhadap nasib muslim.

Ada hal yang membuat saya bertanya-tanya, karena nampaknya teman-teman saya ini tidak nyaman berbicara tentang islam. Bahkan mereka sempat menyampaikan “Maaf pak Heppy, Kita bicara tentang bisnis saja ya pak”.

Turki, sebagai sebuah bangsa dengan mayoritas penduduk yang beragama islam seperti Indonesia tentu menarik untuk dibicarakan. Umat Islam di Turki jumlahnya ada 99.8 persen.

Semenjak Kemal Ataturk memerintah tahun 1923, Ia memiliki visi untuk menghilangkan pengaruh islam dalam kehidupan sehari hari. Kemal Ataturk dengan keras menentang ekspresi Islam terdapat di kalangan rakyat Turki. Penggunaan huruf Arab dilarang dan negara dipaksa untuk beralih ke abjad yang berbasis latin yang baru. Pakaian muslim, yang telah menjadi pakaian rakyat Turki selama ratusan tahun, dilarang hukum dan aturan berpakaian yang meniru pakaian barat diberlakukan.

Bahkan, meskipun Islam melarang keras minuman yang mengandung alkohol, ia menggalakkan produksi dalam negeri dan mendirikan industri minuman keras milik negara. Ia sendiri menyukai minuman keras nasional, Raki. Rakyat Turki lebih menganggap Kemal Ataturk sebagai Diktator daripada seorang yang mengaku ingin membangun demokrasi.

Belakangan ini, kepemimpinan Erdogan bangkit membawa pembaharuan, Erdogan memiliki keyakinan bahwa agama yang melekat pada pribadi justru tidak boleh dipisahkan dari pribadinya, harus menjadi bagian dari pembangunan karakter, tidak perlu dilarang larang. Banyak pembaharuan dilakukan oleh Erdogan, tak pelak berbagai prestasi gemilang dalam bidang ekonomipun diraih dibawah pemerintahannya.

Namun langkahnya menghadapi tantangan, terutama mereka yang mengkhawatirkan peradaban islam berkembang. Berbagai peristiwa pemboman, hingga terakhir percobaan kudeta yang gagal dilakukan sekelompok militer terjadi di Turki.

Umat Islam di seluruh penjuru dunia memang menghadapi ujian yang cukup berat, menghadapi berbagai fitnah dan tekanan.

Demikian juga nasib umat islam di Indonesia, tidak cukup dengan stigma terorisme, muslim mulai dipojokkan dengan isu-isu seolah anti sosial, non toleran. Urusan speaker masjid mulai dipersoalkan, urusan menghormati orang berpuasa mulai dipersoalkan, urusan hewan qurban mulai dipersoalkan. Bahkan Perda yang berbau ketaatan terhadap ajaran islam diberangus.

Indonesia, sebenarnya telah memiliki jalan keluar sendiri dalam mengatur kehidupan, dengan sebuah falsafah yang kita sebut Pancasila.
Pancasila adalah jalan tengah bagi semua komponen bangsa. Diterima sebagai dasar-dasar mengatur kehidupan. Mengakui Ketuhanan Yang Maha Esa, menjamin kebebasan dalam beribadah, menjamin kebebasan umat beragama dalam mengekspresikan keyakinannya. Menggunakan spirit keadilan sosial. Mewujudkan kehidupan ekonomi dan politik yang berkeadilan.

Umat islam sendiri harus bisa melihat bahwa Pancasila membawa spirit rahmatan lil alamin. Spirit yang sama yang ingin ditunjukkan oleh islam. Dasar negara telah final, tidak ada perdebatan tentang ideologi negara disini.

Di negeri dengan penduduk 86 persen muslim ini, kehidupan umat islam justru terpinggirkan dalam ekonomi. Dan hari ini, umat islam Indonesia harus segera menyadari bahwa tanda tanda mereka akan terpinggirkan dalam politik dan kekuasaan sudah sangat terlihat.

Dibutuhkan kesadaran untuk menyamakan visi, dibutuhkan kemauan untuk berjuang, tidak hanya dalam bidang ekonomi namun juga politik. Membangun bangsa Indonesia yang utuh. Dengan falsafah Pancasila yang hidup. Dimana didalamnya ada kehidupan yang adil, ekonomi dan politik. Dimana didalamnya juga terdapat kehidupan umat islam yang bermartabat.

Nasib bangsa Indonesia pada umumnya, dan nasib umat islam Indonesia pada khususnya, sangat ditentukan oleh sosok yang menjadi Pemimpin.

Indonesia ke depan harus dipimpin oleh sosok yang memiliki visi kebangsaan, memiliki pembelaan terhadap bangsanya sendiri, sosok yang nasionalis sekaligus religius, sehingga mampu memahami kemana bangsa ini harus dibawa, sosok ideologis, pejuang, yang memiliki komitmen kepada bangsa sendiri, bukan komitmen kepada bangsa lain, juga bukan boneka dan bukan sosok mau menjalankan agenda asing.

Kembali ke Turki, Tokoh yang sarapan bersama saya namanya Fethullah Gullen. Belakangan saya tahu beliau tinggal di Pensylvania, Amerika Serikat.
Banyak Analis mengkaitkan keterlibatan Gullen dengan usaha kudeta yang terjadi di Turki akhir-akhir ini.
Wallahu a’lam bissawab.

Heppy Trenggono | Indonesian Islamic Business Forum  (IIBF).

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.