PRIBUMI- Hadirnya perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) saat ini, tentunya memiliki sisi positif dan negatif yang bisa berdampak dalam kehidupan masyarakat, dimana IT Security (keamanan informasi) vital digunakan lebih transparan dalam hal memproteksi informasi dari hal-hal yang tidak diinginkan oleh kompetitor atau pihak-pihak luar yang menginginkan sebuah data informasi untuk kepentingan-kepentingan dan keuntungan pribadi.Secara khusus untuk Indonesia, kemajuan di bidang teknologi ini sangat berdampak terhadap berbagai aspek. Diantaranya di sektor ekonomi dan juga sosial.
Selain itu, ada juga sebuah lembaga riset menyebutkan bahwa Indonesia merupakan peringkat ke lima dalam daftar pengguna smartphone terbesar di seluruh dunia. Di dalam data tersebut juga disebutkan bahwa Indonesia menduduki posisi 5 besar dengan pengguna aktif internet yakni sebanyak 47 juta atau sekitar 14% dari seluruh total pengguna ponsel.
Perkembangan Teknologi Informasi dan Komunikasi disamping memberikan kemudahan bagi manusia, juga membawa potensi ancaman serius yang berdampak besar pada kehidupan sosial manusia, misalnya cyber threat yang berpotensi mencuri data rahasia di industri, mengancam kedaulatan negara melalui spionage dan pencemaran nama baik melalui media sosial. Khusus di bidang industri saat ini serangan cyber menjadi potensi ancaman yang harus mendapat perhatian bagi semua industri dan sektor-sektor strategis di Indonesia, misalnya di sektor keuangan, transportasi, pertahanan, kesehatan, ketahanan pangan, pemerintahan, dan bahkan energi, migas, dan TIK yang menjadi infrastruktur penunjang utama bagi semua sektor, dan menimbulkan dampak yang signifikan bagi organisasi dan juga masyarakat.
“Sektor industri strategis harus memiliki peringkat teratas dalam pengamanannya, karena bisa jadi itu menjadi target penyerang cyber. Jika Anda benar-benar ingin melumpuhkan apa saja, dari suatu industri perusahaan atau wilayah dalam sebuah negara, maka infrastruktur vital adalah kekuatan yang kemungkinan awal di lumpuhkan sebagai tujuan utamanya,” ujar Eva Noor, CEO PT Xynexis International dalam simposium Perlindungan Infrastruktur informasi kritikal Indonesia yang diselengggarakan di Bali (27-28/7/2016).
Pemerintah Indonesia, sebagai regulator dan fasilitator, dalam hal ini Kementerian Komunikasi dan Infomatika bekerjasama dengan mitra akademis dan bisnis/swasta saat ini mencoba menyusun sebuah framework/ kerangka kerja perlindungan informasi infrastruktur bagi sektor strategis Nasional atau Critical Information Infratructure Protection (CIIP).
Simposium Perlindungan Infrastruktur Informasi Kritikal di Indonesia ini diselenggarakan dengan maksud untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman serta menyampaikan perkembangan mengenai teknologi, best practice/standard, solusi dan penerapan cyber security dari Lembaga-lembaga Teknis, akademisi dan Industri Cyber Security professional kepada organisasi dari sektor strategis, untuk mendapatkan informasi mengenai kesiapan dan layanan yang secara aktif dalam mendukung penerapan perlindungan informasi kritikal pada infrastruktur sektor strategis nasional.
Tujuan diselenggarakan kegiatan ini yaitu memberikan masukan mengenai kesiapan lembaga teknis, akademisi dan industri cyber security pada konsepsi framework perlindungan informasi kritikal pada infrastruktur sektor strategis nasional.
Kegiatan ini diselenggarakan pada tanggal 27-28 Juli 2016 di Hotel Ramada Bintang, Bali. Pembukaan dilakukan oleh Prof. DR. Drs. Henri Subiakto, SH, MA selaku Staf Ahli Menteri Kominfo Bidang Komunikasi dan Media Massa. Narasumber antara lain Kepala Lembaga Sandi Negara, Deputi TIEM BPPT, Direktorat Keamanan Infromasi Kominfo, Cybercrime Polri, IDSIRTII, APJII, OJK, Telkomsel, Akademisi yang berasal dari Universitas Indonesia,Universitas Gunadarma dan Swiss German University, serta Industri yang bergerak di bidang Cybersecurity. Sedangkan peserta berasal dari instansi pada sektor strategis nasional, akademis dan industri. -beng