PRIBUMI – Laman situs RMOL Selasa, 01 November 2011 pernah menurunkan laporan bahwa bukan hanya politisi muda yang memandang sinis hasil survei Lingkaran Survei Indonesia (LSI). Pandangan sinis juga disampaikan oleh pengamat sekaligus tokoh pergerakan muda.
“LSI tidak konsisten,” kata pengamat politik Fadjroel Rachman beberapa saat lalu (Selasa, 1/11). Fadjroel menilai LSI cuma memotret realitas di permukaan. LSI tidak memandang susbstansi persoalan. Misalnya, LSI menyebut empat politisi Demokrat yang terseret-seret dalam kasus korupsi sebagai salah satu penyebab citra politisi terpuruk. Mereka adalah Anas Urbaningrum, Muhammad Nazaruddin, Angelina Sondakh, dan Andi Mallarangeng.
Dalam hal ini, kata Fadjroel, LSI terlihat sangat tidak konsisten. LSI menilai para politisi Demokrat itu sebagai politisi muda yang lahir dari Reformasi. Padahal semua politisi Demokrat yang disebut itu tidak layak disebut sebagai politisi muda, dan apalagi sebagai anak kandung Reformasi.
Karena itu mereka semua tidak layak dijadikan sebagai cermin umum dari politisi muda. “Sederhana saja, Nazarudin siapa saat Reformasi awal? Anas juga tidak jelas posisinya. Begitu juga dengan Muhaimin Iskandar. Dalam reformasi, mereka pembajak demokrasi. Kok pembajak demokrasi disebut mewakili demokrasi dan kaum muda. Inilah inkonsistensi LSI,” demikian Fadjroel.
Lantas Komisasri Utama Adhi Karya ini juga namaknya AMNESIA. Kok bisa? Pasalnya mantan aktivis gerakan mahasiswa yang dikenal di dunia maya sebagai sosok fenomenal karena keberaniannya mengkritik penguasa, kini terindikasi lupa ingatan bahwa dirinya pernah berikicau mengkritik rezim SBY bagai seekor singa lapar.
Pasca pergantian rezim, Fadjroel masih lantang berbicara, meski konteksnya bukan mengkritik pemerintah melainkan mengkritik mereka-mereka yang mengkritik pemerintahan Presiden Joko.
Fadjroel adalah pembela rezim Jokowi dengan sepenuh hati. Sikap kritis yang dulu tertuju untuk rezim SBY, kini menguap entah ke mana. Sikap garang bak singa lapar, kini berubah menjadi seekor kucing yang mengeong manja. Apalagi pasca pengangkatan Fadjroel menjadi komisaris utama sebuah BUMN yang bergerak di bidang konstruksi. Fadjroel benar-benar sudah berubah menjadi serupa, Garfield, kucing nigrat gembul dengan mata yang selalu ngantuk dan enggan bergerak mencari mangsa.
Sebuah contoh nyata perubahan sikap Fadjroel bisa disimak melalui kicauannya siang kemarin menaggapi reshuffle jilid II Jokowi. Fadjroel dengan ringan berkicau mengucapkan selamat datang kembali untuk mantan Menkeu Sri Mulyani Indrawati yang kini kembali menduduki pos sebagai Menteri Keuangan menggantikan Bambang Brodjonegoro. “Welcome back our finance minister Sri Mulyani Indrawati. Yes.. Work..Work..Work!,” kicau Fadjroel, Rabu 27 Juli 2016.
Sekadar pengingat, pada 2 dan 3 Maret 2010, Fadjroel pernah berseru lantang agar Sri Mulyani dan Budiono mundur dari jabatan masing-masing. Pernyataan Fadjroel ini tentu bukan sembarangan pendapat yang tak didasari oleh fakta dan pengetahuan yang cukup.
Maka netizen pun terkejut ketika pasca pengumuman reshuffle kemarin, Fadjroel nampak begitu bersemangat dan akrab memberi ucapan selamat datang pada Sri Mulyani.
Berbagai sindiran pun tertuju untuk artis Twitter Fadjroel. Mulai dari sindiran halus hingga yang agak ‘sadis’.
“Woyy @fadjroeL ndower! Sehat lo?! 🙂 *gimana rasanya jilat ludah basi?”, tanya netizen @ardianasmar.
“”Ciyeeee, Om Panjul sekarang dah sohiban dengan SMI (Sri Mulyani Indrawati, red)”, goda @kiahaly
@vishsatyawan menulis, “episode Om Panjul jadi politikus”.
Fadjroel sendiri lebih mirip seseorang yang mengalami amnesia. Fadjroel seperti tak pernah ingat bahwa ia pernah dengan serius meminta Sri Mulyani mengundurkan diri. Fadjroel lupa bawa ia pernah menyerang Sri Mulyani dengan agresif. Jadi siapa yang tidak tidak Konsisten Om Panjul? -rzn