PEMERINTAHAN DAUR ULANG
“Mmm… nganu, itu Pak Wiranto beneran jadi menteri kan?!? Nggak sedang nyamar kan?!” Lelucon itu mampir ke ponsel saya siang tadi. Lucu.
Dan menyaksikan bagaimana Presiden menyusun kabinet dalam dua tahun terakhir memang lucu. Sesudah berpasangan dengan wakil presiden yang juga bekas wakil presiden, ia memilih bekas-bekas menteri untuk mengisi pos-pos penting kabinetnya. Rini, yang bekas Menteri Perindustrian dan Perdagangan di Kabinet Megawati, dipilih menjadi Menteri BUMN. Sofyan Djalil yang bekas Menkominfo di Kabinet Pertama SBY, dan kemudian direshuffle SBY menjadi Menteri BUMN, oleh Joko Widodo dijadikan Menko Perekonomian, lalu tahun lalu digeser menjadi Menteri PPN/Kepala Bappenas, dan kini digeser lagi jadi Menteri Agraria.
Selama lebih dari tiga dekade berkuasa, seingat saya Soeharto paling banter hanya merotasi jabatan menterinya pada dua pos berbeda. Tapi dalam dua tahun terakhir, Presiden Joko Widodo telah merotasi seorang Sofyan Djalil pada tiga pos kementerian. Saya kira Jaya Suprana perlu memikirkan ini sebagai catatan rekor, termasuk rekor sebagai menteri yang paling banyak direshuffle sepanjang sejarah Republik.
Lalu, Rizal Ramli, yang bekas Menko Perekonomian, dan kemudian merangkap Menteri Keuangan dengan masa jabatan tersingkat di masa Kabinet Gus Dur itu, oleh Presiden Joko Widodo ia diangkat jadi Menko Kemaritiman pada reshuffle pertama 12 Agustus 2015 lalu. Anehnya, menteri produk reshuffle ini kemudian direshuffle kembali siang tadi. Kali ini doktor alumni Boston itu harus tergusur. Melihat masuk dan keluarnya Rizal, jangan tanya bagaimana model seleksi anggota kabinet yang sekarang. Buruk sekali!
Ada juga Luhut Binsar Panjaitan. Dia adalah bekas Menteri Perindustrian dan Perdagangan di masa Gus Dur. Pada reshuffle tahun lalu, ia diangkat jadi Menkopolhukam. Hanya kurang dari setahun, ia digeser kembali menjadi Menko Kemaritiman.
Ternyata empat bekas menteri tadi bukan yang terakhir mengisi Kabinet Kerja. Kini giliran Sri Mulyani, bekas Menteri PPN/Kepala Bappenas, dan juga bekas Menteri Keuangan di masa SBY, ia dipanggil lagi menjadi Menteri Keuangan. Sesudah “magang” di Amerika, siang tadi ia kembali ke jabatan yang ditinggalkannya enam tahun lalu.
Dan orang lain yang juga dipanggil untuk jabatan yang sama yang pernah didudukinya di masa lalu adalah Wiranto. Pada kabinet terakhir Soeharto, ia menjadi Menhankam, hingga berakhirnya kekuasaan Habibie. Di masa Gus Dur, ia menjadi Menkopolhukam, sebelum diberhentikan hanya dalam hitungan bulan. Dan sesudah lewat 16 tahun, siang tadi ia kembali dipanggil untuk jabatan yang sama.
Jika situasi dan jejak sejarahnya berbeda, kita bisa menganggap pemanggilan kembali orang-orang dari masa lalu tadi sebagai memanggil “orang-orang yang berpengalaman”. Namun menyaksikan konfigurasi kekuasaan saat ini, sembari memperhatikan polah pemerintah dua tahun terakhir, kita tak bisa tidak akan sampai pada kesimpulan ini: ini adalah kabinet dagang sapi yang miskin referensi, sehingga tiap kali bertemu kebuntuan, mereka tidak punya imajinasi lain.
Pemerintahan yang miskin imajinasi memang lebih suka melakukan daur ulang. Mereka mengira sisa makanan basi kemarin pagi bisa dihangatkan kembali.