ANATOMI TAX AMNESTY
Oleh: Christianto Wibisono Pendiri Pusat Data Bisnis Indonesia
Masukan untuk Sosialisasi Tax Amnesy 1 Agustus 2016, Salah satu sumber informasi yang menjadi acuan Presiden meluncurkan Tax Amenesty (TA) adalah konfirmasi DR Sri Mulyani Indrawati (SMI) pada salah satu acara Mandiri Institute di Singapore 2014 sekitar masa pilpres 2014, tentang survey McKinsey bahwa dana parkir milik Indonesia perlu dipanggil pulang ke Indonesia untuk pembangunan. Dan itu menurut SMI hanya mungkin bila presiden terpilih memperoleh mandat kepercayaan rakyat. Jika Jokowi jadi presiden diyakini bahwa kebijakan repatriasi akan sukses dan kurs rupiah bisa kembali ke Rp. 10.000/US$. Ini masuk dalam klipping media dan terbaca atau terlaporkan dan Presiden “pede” dengan TA.
Karena itu tidak ada jalan lain kecuali memanggil pulang SMI untuk program repatriasi ini. Coba di cek ke Bank Mandiri sbg tuanrumah penyelenggara acara di Singapura membahas ACU (Asian Currency Unit) dengan pembicara SMI ketika Indonesia sibuk kampanye pilp0re 2014. Namun masalah Tax Amnesty ini merupakan warisan 6 presiden dan riwayat 71 tahun sebagai bangsa merdeka. Karena itu memerlukan pendekatan komprehensif, filosofis empiris historis.
Karena terkait riwayat faktor ketidak percayaan rakyat kepada pemerintah. Sehingga menimbulkan suasana tidak harmonis dan kelangkaan sinergi kedua pihak pemerintah dan masyarakat.
Kebahagiaan itu berada di dalam hati setiap manusia. Jadi kita tidak perlu membeli atau pergi mencari kebahagiaan itu.Yang kita butuhkan adalah Hati yang Bersih dan Ikhlas serta Pikiran yang Jernih, maka kita bisa menciptakan rasa “Bahagia” itu kapan pun, di manapun dan dengan kondisi apapun.
”Kebahagiaan itu milik Orang-orang yang beriman dan milik Orang-orang yang membersihkan hati dan dapat Bersyukur dan taat kepada Tuhan dan nation state tempat berpijak secara geopolitik.
Sebetulnya PDBI (Pusat Data Bisnis Indonesia) sudah memantau ACU ini sejak 1980. Dan usul TA itu sudah sering saya ajukan dizaman presiden ke-6 SBY. Terakhir waktu Chatib Basri jadi Menkeu sudah sering mengekspose data McKinsey itu tapi SBY tidak merespon . Maka lewatlah opportunity itu ketangan presiden ke-7
Karena itu Presiden Jokowi memanggil pulang SMI untuk “responsible for her speech in Singapore” during Singapore Summit. Ini cerita rupiah terpuruk adalah khas negeri yang terjebak pada stagnasi ekonomi karena zigzag ekonomi oleh rezim kanan kiri kanan yang semuanya gagal mempertahankan rupiah. PDBI sudah mengkaji gunting uang pertama oleh Menkeu Syafrudin (Partai Masyumi) kabinet Hatta (RIS) 19 Maret 1950 waktu itu kurs rupiah setara 1 dollar Malaya (Malaysia baru lahir 1963).
Sanering kedua adalah penghapusan satu nol pada mata uang Rp 1.000 bergambar gajah dan mata uang 500 bergambar macan pada 25 Agustus 1959 oleh PM/Menkeu Djuanda dan menteri muda keuangan Notohamiprojo. Ini rezim mulai ke kiri etatisme,sosialisme Manipol Usdek. Deposito diatas Rp. 25.000 dibekukan diganti obligasi 30 tahun.
. Ketiga, 13 Desember 1965 Menkeu Sumarno (ayahanda Rini Sumarno) melakukan sanering sekaligus redenominasi Rp. 1.000 uang lama diganti Rp. 1 uang baru. Dalam tempo 3 bulan Bung Karno dipaksa keluarkan Supersemar, ekonomi memburuk dan Soeharto menangkap 15 menteri pada18 Maret 1966 termasuk Gubernur Bank S entral Jusuf Muda Dalam. Untung Sumarno lolos dari penahanan oleh Soeharto.
Setelah itu Soeharto dibantu Prof Mafia Berkeley Ali Wardhana 2 kali dealuasi pada 23 Agustus 1971 dan 15 November 1978. Disusul ekonom Rotterdam Radius Prawiro, juga keok 2 kali devaluasi 30 Maret 1983 dan 12 September1986.
Mestinya ketika Baht jatuh 2 Juli 1997, supiah seharusnya di devaluasi ke Rp. 5.000 dari kurs Rp. 2.250 waktu itu. Tapi malah di lepas (unpegged) dan terjun bebas terpuruk ke Rp. 17.000 pada Januari 1998 . Terus Soeharto panggil Steve Hanke bulan Maret 1998 dengan usulan CBS (Currency Board System) mematok rupiah Rp. 5.000 sudah terlambat 7 bulan seharusnya dilakukan bulan Juli 1997 Maka Soeharto lengser 21 Mei 1998.
Asal muasal Dana ACU
Segera harus ditelusuri secara arif bijaksana apa dan siapa pemilik rekening dana ACU di Singapore maupun di pelbagai offshore haven diluar Singapura seperti British Virgin Islands, Cayman Islands, Bahama, Bermuda, Guerrnsey Luxembourg, Mauritius dan Swiss.
1. Sekitar 1 juta nasabah dengan deposito antara US$ 100.000-US$ 1 juta Pencari suaka devaluasi: Mayoritas secara deposan adalah warga masyarakat taat hukum dan taat pajak tapi trauma devaluasi dan mencari suaka terhadap sanering, devaluasi berkelanjutan dari 2 presiden selama 48 tahun. Mereka ini punya simpanan barangkali hanya ratusan ribu US$ secara individu keluarga tapi mungkin mencapai 1 juta orang dengan rata rata US$ 1 juta sehingga total hanya mencapai US$ 50 milyar. Masyarakat awam, orang baik baik yang ingin melindung harta jerih payah puluhan tahun menabung, meminta suaka “devaluasi berkala”. Karena sudah kapok diguntingi dan didevaluasi oleh 2 presiden dalam 53 tahun mereka berkuasa dan tidak terjamin oleh 3 presiden sampai umur negara 71 tahun.Sekitar 100.000 pengusaha yang harus lihay bermanuver valas untuk tranaksi global yang membutuhkan kecanggihan mewaspadai fluktuasi valas yang merugikan dengan dana diatas US$ 1 juta sampai US 10 milyar Totalnya bisa mencapai 80 milyar
2. Sekitar 10.000 eselon 2-3 sampai 1 birokrasi pemerintahan dan elite politik bisnis korporasi BUMN seperti H Tahir. Perlu diIngat bahwa seorang H Tahir punya dana terexpose 100 juta US tahun 1977 yang perlu 17 tahun untuk menyitanya melalui proses peradilan. Gara gara anak istri pertana berebut rekening dengan istgri kedua. Itu rekening yang ketahuan di sengketakan akhirnya kembali ke Pertamina. Yang sudah telanjur diuangkan oleh keluarga Tahir anggap saja sama berarti 200 juta itu tahun 1977. Model Tahir ini diperkirakan mencapai 10.000 orang juga dengan simpanan antara US$ 100 juta sampai US$10 milyar ditaksir totalnya juga US$ 110 milyar.
Karni Ilyas waktu di Tempo mewawancarai Benny Moerdani dan Ny Kartika Tahir. Di Singapore anda tidak bisa main tuduh seenaknya. Kalau tuduh orang korupsi harus ada buktinya. Maka Benny Murdani sebagai Menhankam harus duduk di meja saksi persidangan Singapore baru diputuskan bahwa dana itu hasil korupsi dan dikembalikan ke Pertamina. Itu makan waktu 17 tahun suntuk sejak 1977 sampai final Mahkamah Agung Singapore 1994.
Seandainya semua orang Indonesia naif dan hanya menyimpan rupiah, maka semua akan habis diguntingi, disanering dan didevaluasi oleh tehnokrat dari rezim kiri maupun kanam, mulai dari Masyumi, non partai, “nasionalis” sampai Mafia Berkeleuy dan Rotterdam semua keok gagal mempertahankan rupiah. Ini adalah esensi dan substansi.Nah kalau 6 presiden sudah tidak berdaya, maka presiden ke7 harus ganti resep. Di jepang itu masyarakat kaya sudah bayar pajak, bukan digebuki dan dipajaki lagi, Tapi pemerintah meminjam dari rakyatnya, obligasi untuk membangun. Maka Jepang dibangun dengan dahsyat dan Yenpun menguat. Tapi kalau 6 presiden cuma komando, sanering dekrit ya tidak jadi apa apa. Harus ada investasi besar besaran sepeti Jepang dan Tiongkok. Nah fundamental akan kuat otomatis, produksi dan ekspor membludak dan surplus devisa menmaikkan kurs rupioah tidak bisa dikomando ala diktatur kiri Sukarno atau junta militer Soeharto semuanya akhirnya terpuruk oleh sejarah. Kerja kerja keja, ekspor ekspor ekspor. Jadi kata kuncinya adalah development of long term strategic infrastrtukture yang sudah terbengkalai belasan tahun.
Pelajari APBN Jepang yang bersifat stimulus untuk pacu picu dorong ekonomi. Dengan kebijakan development oriented dedicates untuk investasi infrastruktur. Kita ini APBN habis untuk rutine gaji bukan untuk capital expenditure. Tapi yang lebih penting adalah kemudahan agar modal masyarakat berputar bergerak dan berperan produksi aktif untuk pasar domestik maup0un ekspor global. Jadi dimana mana itu APBN hanya 20% dari PDB, hanya pengungkit yang 80% potensi masyarakat. Yang harus digerakkan oleh policy birokrat yang proaktif prokreatif mendorong kinerja entrepreneurs dan ekonomi. Bukan malah jadi predator menghambat entrepreneurs.
Selain infrastruktur kan perlu business friendly climate dan suasana gairah bisnis ekonomi. Itu yang mestinya jadi peran dan fungsi utama government to enable the people to do their best in the economy. Dan Pemerintah kasih guidance untuk strategic program dan project.
Yang bersaing di garda terdepan adalah birokrat yang harus menyaingi Vientam dan Kamboja bila peringkat EODB (Ease of Doing Business) disana 3 hari sedang kita cuma omong 3 jam tapi prakteknya 3 bulan ya pasti akan kalah dari Kamboja.
Data McKinsey untuk Bank Mandiri cq Mandiri Institute itu kalau tidak salah sudah terexpose pada era SBY. Mc Kinsey bikin studi terus di expose oleh Bank Mandiri, terus di endorse oleh SMI pada acara di era pilpres 2014 itu yang jadi fatwa yang dipegang oleh presiden, Angkanya memang dikritik oleh Yustinus Prastowo sebagai a little bit exaggerated kalau dibilang setara APBN. Karena itu hingga 30 Juli 2016 baru 340 wajib pajak ikut tax amnesty-dan-deklarasi harta Rp-3,67 trilyun. . TA nya kecil, repatriasinya kecil. Banyak deklarasi aset kabarnya
Kalau PDBI lebih realistis prudent. Singapore itu sudah jadi global financial center jadi tidak benar kalau dia hanya hidup dari Indonesia. Dunia ini kan satu market, maka ketika secara ekonomi terpecah dua blok perang dingin, Uni Soviet tidak bisa mengingkari keperluan berdagang dengan valas dollar karena itu pada 1957 Uni Soviet membuka rekening Eurodollar memicu pasar euro di London untuk transaksi dengan Blok Barat. 11 tahun kemudian 1968 Singapura melihat peran US dollar yang berkiprah di Asia, diluar AS karena itu Singapura membuka fasilitas Asian Dollar yang kemudian akan berkembang menjadi Asian Currency Unit (karena dipakai juga Yen, DM dan Sterling, mata uang kuat didunia). Rekening ACU 1968 itu diawali hanya 30 juta dollar oleh Bank of America. Terus berkembang menjadi milyaran dollar. Pada 26 Feb 1991 PDBI mengutip AT Kearney Inc consultan yang mensurvey pemilik ACU didapatkan 41% dari Indonesia. Quote itu menghebohkan dan saya direcal sebelum masuk calon jadi anggpta DPR dapil Jawa Tengah. Nah kalau apa dan siapa pemilik rekening kan rahasia. Tapi jumlah dana kan diumumkan resmi, total asset ACU itu sekarang US$ 1,2 Trilyun.
Itu dari seluruh dunia karena Sigapore sekarang menerima dana seluruh dunia bukan cuma Indonesia saja. Jadi saya malah konsedrvatif tidak seprogresif McKinsey bahkan lebih konservatif dari angka AT Kearney 1991 katakanyalah hanya 20% maka berarti total dana RI di ACU adalah US$ 240 milyar. Itu akumulatif sejak pembujkaan rekening ACU 1968 hampir 48 tahun. Jadi kalau estimasi PDBI merncapai US$ 240 milyar Kalau separuh pulang ya US $ 120 milyar. -prb