ANCAMAN MUNDUR MENTERI SUSI, PERANG NASIONALISME DIDALAM KABINET
Oleh Ferdinan Hutahean
Tidak berselang waktu yang lama, hanya dalam hutungan hari pasca Resufle Kabinet yang kedua diumumkan Presiden Jokowi, publik tiba-tiba dikagetkan oleh ancaman mundur salah satu mentri paling dibanggakan rakyat dan paling mendapat respon positif dari publik dari antara mentri-mentri Jokowi yaitu Mentri Kelautan dan Perikanan Susi Pudjiastuti. Sang mentri fenomenal dengan segala macam kontroversinya.
“Saya akan mundur jika bisnis tangkapan ikan diserahkan ke asing” , begitulah kira-kira sepotong kalimat yang meluncur dari Susi Pudjiastuti ketengah publik. Selama ini Susi bukanlah seorang mentri yang cengeng dikit-dikit curhat kepublik atau mentri yang sok cari panggung ditengah publik. Karena itu pernyataan Susi tersebut menunjukkan kekesalan luar biasa dari Susi yang selama ini mencoba menasionalisasi lautan kita. Susi terkenal berani meski dengan segala perdebatan ditengah publik tentang prestasi Susi. Tapi apapun itu, Susi sudah menunjukkan nasionalisme tinggi dan keberpihakan pada bangsa yang patut diacungi jempol.
Keberpihakan kepada bangsa itu tiba-tiba terusik setelah Resufle, dimana Menko Kemaritiman Rizal Ramli diganti oleh Luhut Panjaitan yang setiap resufle terjadi selalu mengalami reposisi. Apa kaitan ancaman mundur Susi dengan posisi Menko Maritim? Info yang beredar bahwa Menko Maritim Luhut Panjaitan mengusulkan untuk membuka industri penangkapan ikan kepada pihak asing. Entah apapun alasannya, hal tersebut sangat tidak menunjukkan keberpihakan pada bangsa atau minus nasionalisme.
Upaya merevisi Perpres 44 Tahun 2016 yang diusulkan oleh Luhut menjadi kontroversi ditengah sidang kabinet dan menjadi peperangan nasionalisme antar mentri. Sepertinya Menko Maritim merasa lebih mampu mendatangkan devisa dengan membuka industri penangkapan ikan kepihak asing, sama dengan keyakinannya saat Tax Amnesty diberlakukan dan sekarang terbukti cuma halusinasi.
Publik harus mendukung langkah Susi yang mengeluarkan kebijakan bahwa industri penangkapan ikan hanya untuk bangsa dan bukan untuk asing, sehingga kekayaan laut kita benar-benar dinikmati oleh bangsa Indonesia dan bukan oleh asing. Selamat berjuang bu Susi, jangan pernah takut melakukan yang benar dan jadilah melati pelindung bangsa.
Jakarta, 10 Agustus 2016