PRIBUMI – Akun FB Tarli Nugroho menggelitik kami redaksi dan judulnya cuma POKOKNYA, ternyata masih berkisah kasus AT dan kami lansir disini secara utuh. Selama menyimak
POKOKNYA
Saya mencoba memikirkan kemungkinan lain dari kasus AT ini. Mengira bahwa LBP merupakan orang yang bertanggung jawab memperkenalkan AT kepada JW, lalu kemudian menyingkirkannya, hanya berdasar post factum bahwa yang bersangkutan kini menjadi pelaksana tugas di Kementerian ESDM, sepertinya menyimpan lubang besar. Sebagai orang yang berpengalaman di pemerintahan, LBP pasti tahu jika kasus dwi kewarganegaraan AT ini bisa berujung fatal bagi pemerintahan JW, di mana ia menjadi bagian penting di dalamnya. Menyimak risikonya, yang menyodorkan AT kepada JW sepertinya bukanlah LBP.
Pembelaan ‘buldoser’ dan ‘brain drain’ yang dilakukan LBP dan juga AMH ketika kasus AT pertama kali mencuat akhir pekan lalu, bukanlah untuk membela AT dan posisinya, melainkan untuk membela posisi JW. Sebagai senioren, LBP dan AMH paham jika kasus AT tak termaafkan dan bisa berimbas pada kekuasaan JW, sehingga untuk menyelamatkan JW mereka tak segan menghalalkan semua argumen.
Jadi, masuknya AT ini pada mulanya mungkin memang benar-benar lolos dari perhatian para senioren yang menyokong pemerintahan JW. Dan itu cukup membuat mereka kalang kabut. Bagaimanapun, meski mereka yang mengoperasikan kekuasaan di level praksis, namun legitimasinya tetaplah berasal dari JW. Tanpa JW, mereka tak lagi legitimate dengan kekuasaannya. Jadi, mustahil mereka bermain dengan menyerempetkan JW pada bahaya.
Masalahnya kini, jika bukan dari LBP, lalu melalui jalur mana AT bisa masuk ke istana?
Saya khawatir masuknya AT ke istana adalah murni karena kecerobohan JW sendiri. Menginjak dua tahun usia kekuasaannya, JW sepertinya mulai mencoba untuk bermain-main sendiri, menggunakan lingkaran keluarga dan pembisiknya. Ada yang menyebut AT diperkenalkan oleh sepupu JW yang juga alumni ITB.
Jika tak gegabah, kemandirian ini bagus sebenarnya. Namun, sebagaimana pola kebijakan yang selalu ia deliver kepada para menterinya satu tahun terakhir, yang selalu ditandai dengan kata “pokoknya”, maka begitu pula sepertinya kasus masuknya AT ke dalam kabinet, dan persis di situ pula ia melakukan kecerobohan fatal itu.
Mandiri itu ya boleh, Pak JW, tapi kalau sampai ngerepoti para senioren, sementara relasi Anda dengan partai pengusung juga kian renggang, ya bisa bahaya. Apalagi kalau pengganti AT nanti adalah SW dari Partai Golkar, bisa sewot PDI-P. | sumber FB Tarli Nugroho