AKIBAT UTANG MENUMPUK, DEFISIT MENGKHAWATIRKAN, JOKOWI TIDAK LAYAK DIPERTAHANKAN
“defisit neraca pendapatan primer tahun ini bisa mencapai Rp. 409,88 triliun”
Kondisi defisit neraca eksternal Indonesia semakin menkhawatirkan. Keadaan dalam tahun 2016 lebih buruk dibandingkan dengan tahun 2015. Tahun ini dan tahun tahun ke depan Indonesia akan terus dikuras keuangannya untuk membayar bunga dan cicilan utang ke luar negeri.
Hal ini ditunjukkan oleh defisit dalam neraca eksternal Indonesia yang semakin buruk. Negara ini menjadi sasaran pengerukan lembaga keuangan internasional dan negara lain untuk mengeruk uang melalui utang dan investasi asing.
Menurut data Bank Indonesia (BI), defisit neraca transaksi berjalan Indonesia meningkat drastis. Semester I 2016 neraca pembayaran Indonesia mengalami defisit -9,440 miliar dolar meningkat 12 % dari periode yang sama tahun 2015. Lebih parah lagi adalah defisit pendapatan primer Indonesia yang mencapai -15,180 miliar US dolar atau mengalami peningkatan 8 % dibandingkan peride yang sama tahun 2015.
Defisit transaksi berjalan dan defisit pendapatan primer tersebut adalah akibat dari besarnya aliran keuantungan perusahaan asing ke luar negeri dan pembayaran bunga dan cicilan utang baik pemerintah dan swasta.
Berdasarkan data BI, utang luar negeri pemerintah hingga semester I 2016 mencapai Rp 2142,40 triliun dan utang luar negeri swasta mencapai Rp. 2228,74. Dengan demikian total utang luar negeri mencapai Rp. 4371,15
Jika pemerintahan ini terus berlanjut maka defisit neraca eksternal Indonesia akan terus mengalami pembengkakan. Khususnya defisit neraca pendapatan primer dapat mencapai -30,361 miliar US dolar, atau senilai Rp. 409,88 triliun. Ini adalah nilai terbesar yang harus rakyat Indonesia bayarkan kepada orang orang asing akibat kesalahan pengelolaan ekonomi negara.
Ditambah lagi dengan haluan pemerintahan Jokowi yang menyandarkan ekonomi pada utang luar negeri dan investasi asing untuk merealisasikan ambisinya dalam proyek infrastruktur, sudah pasti akan semakin menambah beban neraca eksternal Indonesia. Seluruh infrastruktur yang mereka bangun akan dibayar dengan keringat rakyat dengan sewa yang sudah pasti akan meningkat dari waktu ke waktu. Bangsa dan rakyat Indonesia akan menjadi obyek penjarahan dari lembaga keuangan internasional dan negara negara maju. ***