PRIBUMI – Nama Zeng Wei Jan telah muncul dalam papan atas pertarungan pembangunan Jakarta. Zeng adalah yang ikut menyentil tentang isukuiat Buwas di gadng ke Jakarta Aatu.
Zeng telah menulis dengan tajam bahwa ada calon Gunbernut seorang diktator. Kemunculan Buwas diperlukan. Inilah tulisan Zeng yang kami lansir.
SOAL BUWAS DKI-1
by Zeng Wei Jian
Komjen Buwas dikenal cukup agresif menangani sejumlah kriminal hingga kasus korupsi. Ahok ngomong doang soal pemberantasan korupsi. Kapasitasnya sebagai gubernur memang tidak pada tempatnya bicara soal pemberantasan korupsi. Jadi tidak tepat bila Ahok dipoles dengan citra “pendekar anti korupsi”.
Beda dengan Komjen Buwas. Dia benar-benar tegas. Non kompromistis. Kasus yang ditangani Pak Buwas saat menjabat Kabareskrim, di antaranya pelanggaran yang menimpa pimpinan dan penyidik KPK non-aktif, serta kasus dwelling time yang melibatkan sejumlah pejabat di Kementerian Perdagangan dan PT Pelindo II. The current KPK yang main-main di RSSW, Reklamasi dan Cengkareng Barat bisa kena tangkep seandainya Pak Buwas masi kabareskrim.
Tercatat ada 67 kasus korupsi yang saat itu ditangani Bareskrim. 9 Di antaranya terbilang kasus besar. Seperti diakui sendiri oleh Budi. “Sembilan kasus (di antaranya) terbilang besar karena jumlahnya bernilai triliunan rupiah,” kata Budi kepada Liputan6.com pada 28 Juli 2015.
Bila Ahok terseret sejumlah skandal korupsi, Komjen Buwas sudah terbukti menangkap sejumlah petinggi non-aktif Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) seperti Abraham Samad (AS), Bambang Widjojanto (BW), Novel Baswedan, dan Eks Wamenkumham Denny Indrayana.
Perang terhadap narkotika dan human traficking juga domainnya Pak Buwas. Pasca Komjen Buwas dimutasi menjadi Kepala BNN, Sejumlah pejabat negara & daerah kerap ditangkap saat berpesta narkoba. Jakarta akan lebih aman, bebas narkoba dan prostitusi bila Pak Buwas jadi DKI-1. Jakarta akan lebih makmur bila wagubnya berasal dari kalangan usaha. Seseorang yang mengerti betul problim & strategi UKM dan bisnis management. Sandiaga Uno adalah calon wagub untuk isi ceruk tersebut.
Saya titip pesan ke Pa Buwas. Bila nanti jadi gubernur jangan lupa seret Ahok ke pengadilan tipikor. Kasus RSSW, reklamasi & lahan cengkareng barat harus terus berjalan.
THE END
Tulisan Zen khas pasti diakhir selalu menuliskan nya The END.
Kembali pada Kisah Perjalanan Buwas yang Berani, Berikut petikan wawancara Rimanews dengan Buwas di ruang kerjanya di Kantor BNN Pusat Jalan MT Haryono nomor 11, Cawang, Jakarta Timur, Rabu (31/08/2016) yang kami ikuti secara utuh.
Anak buah Anda diperiksa Propam, Apa Tanggapan Anda?
Saya protes, harusnya periksa saya dulu, klarifikasi ke saya. Jangan membabi buta memeriksa. Saya yang lebih bertanggung jawab. Saya bukan banci, saya yang tanggung jawab, bukan mereka. Saya protes karena ingin meluruskan. Ini jangan direkayasa. Harus jujur.
Bagaimana duduk persoalan yang menyebabkan anak buah Anda diperiksa?
Semuanya berawal dari penyergapan narkotika di rumah mewah di Bandung Barat, sekitar Agustus 2015.
Saya lapor ke Kapolri (Ketika itu dijabat Jenderal Badrodin Haiti) bahwa ada penyergapan dan saya akan memimpin langsung. Saya telepon Kapolri untuk menggunakan Helikopter, karena saya memimpin langsung penyergapan itu. Saya naik Helikopter Dolphin. Asal tahu saja, yang bisa naik Dolphin itu hanya pimpinan Polri, tapi saya naik helikopter itu.
Setibanya di Bandung, ternyata bukan hanya kasus narkoba. Kami juga menemukan kasus lain yakni Cyber Crime dan penyalahgunaan paspor dan kami dalami semua kasus itu. Nah, paspor itu terkait ke (PT Maritim Timur Jaya) Tual, Maluku.
Yang ada di pikiran saya Ini butuh kecepatan. Langsung bergerak mengungkap tiga kejahatan yang kami temukan, Cyber Crime, narkoba, dan penyalahgunaan paspor.
Saya ingat betul saat itu hari Sabtu. Saya langsung kumpulkan 27 anak buah saya untuk bergerak ke Tual. Saya datang pagi jam 06.00, tapi semua anak buah baru kumpul jam 13.00, karena mungkin sedang bersama keluarga. Jadi satu-satu datangnya. Kumpul semua jam 1 siang.
Saya perintahkan langsung terbang ke Tual. Hari itu juga kami cari tiket ke Tual. Tapi tidak ada tiket. Akhirnya saya lapor ke Kapolri, mohon izin menggunakan pesawat. Saya sudah lapor.
Kapolri menjawab, oke, silakan hubungi Kabarhakam. Belum saya hubungi, Kabarhakam sudah bilang, pesawat sudah siap di Pondok Cabe. Artinya, Kabarhakam sudah diberitahu Kapolri.
Anak buah saya terbang ke Tual. Kata Polda Maluku orang yang kami cari ada di sana. Makanya kami berangkat. Anak buah saya tiba di Maluku sudah malam, karena untuk ke Tual harus naik speed boat. Begitu digerebek ternyata anak buah saya lapor, bahwa orang yang kami cari tidak ada. Kosong.
Perintah saya, saat itu, hanya satu, Cari sampai ketemu. Karena saya yakin orang itu masih ada di sana. Akhirnya benar, ketemu dan langsung kami amankan. Di sana kami juga membawa dokumen. Jadi ini pengembangan dari tangkap tangan di Bandung, bukan penggeledahan, tapi pencarian.
Surat saya untuk kasus cyber crime memang masih lidik, sedangkan kasus narkoba dan paspor itu sudah sidik.
Ketiga kasus itu pun sudah selesai. Tiga kasus itu sudah diputus pengadilan. Tapi, mengapa ini muncul lagi, dipermasalahkan, disebut penyalahgunaan. Mengapa tidak saat itu dipersoalkan, kan mereka bisa mempraperadilankan kami. Kenapa tidak pernah diadukan.
Kalau Kapolri bilang tidak tahu, dan tidak pernah saya laporkan. Begini saja, bagaimana saya bisa naik pesawat tanpa sepengetahuan Kapolri.
Tapi urusan itu, saya tidak mau perpanjang. Saya hanya ingin menegakkan kebenaran. Polisi ini aparat penegak hukum, harus jujur dan adil. Semuanya harus dibuat terang, jangan semuanya dibuat gelap.
Anda tahu, PT Maritim Tual Jaya milik Tomy Winata?
Saya tidak tahu awalnya. Yang ada di benak saya, ini penegakan hukum. Tapi beberapa waktu kemudian saya baru tahu perusahaan itu milik Tomy Winata.
Anda kenal dengan Tomy Winata?
Saya kenal baik dengan beliau dan enggak ada persoalan, komunikasi biasa, beliau tanya saya jawab.
Tomy Winata menghubungi Anda?
Silakan tanya ke beliau. Saya kenal betul dengan pak Tomy Winata. Justru saya ingin menolong Tomy Winata. Jangan-jangan beliau tidak tahu ada anak buahnya, pembantunya yang melakukan kejahatan.
Anda ingin menyelamatkan anak buah Anda?
Saya tidak akan menyelamatkan anak buah saya. Tapi, saya ingin kebenaran. Kalau mereka salah silakan dihukum, negara kita ini negara hukum. Saya juga siap dicopot kalau salah.
Tapi, jangan membabi buta, direkayasa. Surat perintah saya yang tandatangani. Saya lapor ke Kapolri. Saya yang harus bertanggung jawab. Periksa saya. Tapi, yang meriksa saya juga harus ngaca.
Saya akan melakukan langkah-langkah ke depan. Saya ingin membela institusi saya. Saya pernah mengklarifikasi ke Propam dulu, dan mereka bilang hanya mengklarifikasi saja. Tapi sekarang seperti ini. Saya dibohongi.
Nanti saja kita lihat, tidak bisa saya ungkapkan. Saya bilang ke anak buah saya, pasrah saja. Kami ini bukan dewa, kami manusia biasa yang juga punya salah. | Tamat
(Sumber: Rimanews.com,beritasatu, Pribumi) |UR/JIE/ ATA/AME