MENGERIKAN NEGARA INI DI ERA PAK JOKO, BUMN STRATEGIS SEPERTI PT. TELKOM DIMANGSA OLEH PREDATOR ASING (VENDOR) DALAM BERBAGAI CARA, YANG DIFASILITASI OLEH PARA DIREKSI YANG TAK PUNYA MORAL DAN MENTAL NASIONALISME.
-Haris Rusly
Koordinator Petisi 28, Haris Rusly menyoroti kepemilikan saham operator seluler yang didominasi asing telah merugikan pelanggan seluler di Indonesia, karena tidak mau menurunkan biaya interkoneksi lokal.
Menurut Haris, terjadi konspirasi dipimpin oleh Telkomsel yang selalu mengatakan, rencana revisi tarif interkoneksi lokal yang ditetapkan oleh pemerintah Indonesia tidak sesuai dengan biaya yang dikeluarkan. “Ini sungguh aneh, padahal operator lainnya setuju tarif interkoneksi diturunkan,” tutur dia di Jakarta, Selasa (6/9).
Haris menambahkan, Telkomsel sebagai penentu harga paling dominan terhadap tarif interkoneksi, sangat jelas telah melakukan praktik monopoli tidak sehat dalam usaha jasa telekomunikasi seluler dan merugikan masyarakat penguna jasa telepon seluler. “Aneh, masak tarif interkoneksi lokal kok lebih mahal dibandingkan dengan tarif interkoneksi international dan roaming yang mengunakan fasilitas TELIN,” kata Haris.
Dia memaparkan, dalam menyediakan akses layanan interkoneksi lokal, bagi pelanggan seluler di Telkomsel, 35% sahamnya dimiliki oleh Singtel dan 65% oleh Telkom dengan pangsa pasar seluler 40,39%, sangat dominan melakukan penetapan tarif interkoneksi lokal terhadap arus informasi yang terjadi pada jaringannya, sehingga Telkomsel menjadi penghalang bagi pelanggan penyelenggara lainnya untuk berkomunikasi.
Mengeruk Untung Selain itu, lanjut dia, Telkomsel melakukan bisnis yang tidak sehat dengan mengeruk untung sebesar-sebesarnya dengan mengeksploitasi masyarakat pengguna telepon seluler.
Dia mengungkapkan, dari operator jasa seluler di Indonesia hampir 60% dikuasai oleh asing seperti Indosat dengan market share 18,33% dimiliki oleh Ooredo Spanyol, saham RI hanya 15%, Hutchinson Mobile (H3I) 100% saham dimiliki Hong Kong dengan pangsa pasar 11,64%, lalu XL Axiata dengan pangsa pasar 22,36% dimiliki sahamnya 66% oleh Axiata Berhad Malaysia dan masyarakat 33%. ‘’Walaupun banyak penyelenggara baru yang bermunculan, namun dalam perkembangannya sampai saat ini, penyelenggaraan telekomunikasi di Indonesia didominasi oleh tiga penyelenggara, yaitu Telkomsel, Indosat dan XL dengan total market share lebih dari 80%,’’ kata Haris.
Dia menegaskan, masyarakat sangat dirugikan karena kepentingan masyarakat dari sisi ketersediaan dan kesinambungan layanan, membutuhkan harga yang rasional serta kualitas interkoneksi lokal yang murah, namun tidak dapat terpenuhi akibat dominasi Telkomsel dalam menentukan tarif interkoneksi lokal. Akibat lain, lanjut dia, pengaturan tarif interkoneksi lokal yang dominan dilakukan oleh Telkomsel menyebabakan tidak adanya peningkatan efektivitas dan efisiensi dalam kegiatan berusaha di bidang seluler.
suaramerdeka.com