TIDAK BIJAK, SIKAP ABAI PRESIDEN PENYEBAB KEMARAHAN MASSA
Oleh : Ferdinand Hutahaean
RUMAH AMANAH RAKYAT
Aksi umat Islam seluruh Indonesia kemarin yang menuntut penegakan hukum terhadap Ahok benar-benar diabaikan oleh Presiden. Sikap abai presiden ini sangat kita sayangkan. Presiden mengabaikan gelombang massa yang jumlahnya diperkirakan tidak kurang dari 500 ribu massa bahkan patut disebut gerakan 1 juta umat Islam memenuhi beberapa titik lokasi disekitar Istana Negara, Balaikota, Bunderan Bank Indonesia dan sekitar Monas.
Presiden menunjukkan sikap tidak bijaksana dan cenderung menganggab sepele gerakan umat Islam kemarin. Tidak seharusnya presiden bersikap seperti itu. Mestinya presiden memberikan perhatian serius terhadap tuntutan masyarakat luas. Tuntutan penegakan hukum yang diminta massa atas dugaan penistaan agama yang dilakukan oleh Ahok tidak selayaknya ditanggapi presiden dengan pura-pura sibuk kerja memilih menjadi mandor proyek. Tidak seharusnya presiden melawan realitas amarah massa dengan membangun pencitraan pura-pura meninjau proyek bandara. Presiden memilih meninjau proyek Kereta Api bandara di cengkareng sementara terjadi peningkatan jumlah massa yang terus bertambah.
Sikap abai presiden tersebut telah membuat massa yang turun merasa diabaikan, disepelekan sebagai rakyat pemilik sah republik ini dan merasa dianggab remeh. Akhirnya pecahlah kericuhan yang mengakibatkan kerugian materil dan korban luka.
Sangat disayangkan memang kericuhan harus terjadi, padahal kericuhan tersebut sangat bisa dicegah andai presiden bersikap lebih bijaksana dan tidak mencurigai serta berfikir negatif terhadap rakyatnya. Mengapa presiden tidak menunjukkan empatinya atas tuntutan massa umat Islam yang meminta penegakan hukum? Mengapa presiden justru terkesan lebih mementingkan meninjau proyek daripada menemui aksi massa yang jumlahnya sangat besar? Sungguh sikap presiden tersebut tidak bisa diterima akal sehat.
Presiden bahkan kemudian menuding demo dan kericuhan tersebut karena ditunggangi aktor politik. Tuduhan yang bias dan sumir. Mengapa presiden tidak langsung saja menunjuk dan menyebut nama aktor politik tersebut? Presiden justru menciptakan suasana politik yang akan lebih panas dengan tuduhan tersebut. Sangat disayangkan, presiden tidak seharusnya menebar tuduhan baru seperti itu. Justru presiden harusnya introspeksi diri, melakukan introspeksi kedalam bukan malah menuding pihak lain secara serampangan.
Presiden sebaiknya mencermati dulu fakta lapangan sebelum bicara. Kericuhan yang terjadi kemarin justru disebabkan oleh 2 sikap presiden. Yang pertama, sikap presiden yang tidak bisa dipungkiri berpihak kepada Ahok dan kedua sikap abai presiden terhadap aksi umat Islam. Inilah penyebab ricuhnya aksi kemarin. Andai presiden tidak pura-pura sibuk dan kemudian datang menemui aksi umat Islam serta menyampaikan pernyataan yang memberikan keyakinan kepada aksi massa bahwa penegakan hukum kepada Ahok akan selesai dalam waktu sesingkat-singkatnya, maka aksi akan bubar dengan tertib. Inilah yang tidak dilakukan oleh Presiden.
DPR harus segera mengambil tindakan dan sikap terhadap presiden. DPR tidak boleh diam atas kejadian ini. Perlu segera bertindak untuk menyelamatkan bangsa ini. Kami juga menyerukan kepada segenap elit bangsa ini agar segera mengambil langkah-langkah cepat demi menyelamatkan negara dari kehancuran. Evaluasi kepemimpinan nasional harus segera dilakukan. Bangsa ini terlalu besar dipertaruhkan hanya untuk melindungi kekuasaan yang tidak mampu memimpin.
Jakarta, 05 Nopember 2016