JANGAN MAU DIBOHONGI PAKAI AKTOR POLITIK
Oleh Ferdinand Hutahaean*)
Aksi 411 masih terus menyisakan pujian dari banyak pihak sekaligus juga menyisakan banyak tanya yang belum terjawab. Dari deretan tanya tersisa, ada dua pertanyaan yang memiliki nilai tertinggi untuk ditemukan jawabannya. Yang pertama, siapa aktor politik yang disebut Presiden dan yang kedua adalah kemudian apa yang akan terjadi pasca 411.
Dua pertanyaan diatas sangat menentukan sejarah bangsa ini kedepan karena kedua hal tersebut mengandung makna penting dan tentu juga jawabannya akan sangat penting juga. Jawaban pertanyaan pertama penting bagi lurusnya sejarah dan nilai kejujuran serta kualitas pemerintah ini dalam mengurus bangsa besar. Sementara itu, jawaban pertanyaan kedua sangat penting bagi pemerintah agar tidak salah prediksi dalam analisa evaluasi informasi dan teramat penting bagi mayoritas publik bangsa ini untuk bisa memperkirakan dan memutuskan sebuah sikap publik harus apa dan harus bagaimana.
Sampai hari ini, bahkan ketika rencana aksi yang direncanakan tanggal 25 Nopember 2016 mendatang mulai bergulir, pertanyaan publik tentang siapa aktor politik yang menunggangi aksi umat Islam 411 belum terjawab dan belum dijawab oleh presiden atau pembantunya. Padahal pernyataan itu lebih dari satu kali terucap, diawali saat sebelum aksi dan kemudia diulangi selepas aksi 411. Entah apa dasarnya presiden menebar isu yang tidak dapat dipertanggung jawabkan hingga kini. Padahal jika membawa kedalam ranah hukum, tentu aktor politik itu bisa dijerat dengan hukum atas kericuhan kecil menjelang aksi bubar. Dijerat sebagai otak kericuhan itu sangat bisa. Tapi mengapa tidak dilakukan? Jangan-jangan memamg cuma isu untuk mendiskreditkan gerakan Islam yang menegakkan aqidahnya.
Dan atas tidak terjawabnya siapa aktor politik yang dimaksud, saya ingin mengatakan sebuah kalimat meminjam gaya verbal komunikasi Ahok yang menjadi sumber kegaduhan ini dan sekaligus menjadi seruan bagi publik untuk tidak ragu bergerak membela kebenaran yaitu, JANGAN MAU DIBOHONGI PAKAI AKTOR POLITIK.Pernyataan yang tidak bisa dibuktikan adalah sebuah kebohongan.
Pertanyaan kedua tentang kemudian apa yang akan terjadi pasca 411? Membaca situasi lapangan dan kemudian pergeseran kemarahan publik atas sikap presiden. Sangat mungkin bahwa guncangan bukan lagi hanya pada Ahok tapi justru akan lebih besar kepada presiden. Sikap presiden atas kasus-kasus Ahok yang selalu terkesan berpihak pada Ahok dan dugaan penistaan agama yang dilakukan Ahok akan menjadi kayu bakar kering yang siap terbakar.
Kematian rasa percaya publik kepada pemerintah khususnya kepada presiden dan kepolisian menjadikan situasi makin kritis. Upaya apapun yang dilakukan dan kata apapun yang diucapkan sudah tidak mendapat tempat dihati publik. Publik sudah berprasangka negatif dan minus kepada presiden dan kepolisian. Ditambah upaya presiden yang melakukan safari pendinginan suhu politik ternyata tidak mendapat respon positif bahkan cenderung tidak tepat karena tidak menyelesaikan masalah. Presiden hanya ingin menertibkan akibat masalah tapi tidak menyentuh penyebab masalah ini yaitu Ahok.
Pernyataan presiden yang menyatakan tidak akan melindungi Ahok justru dalam teori komunikasi adalah sebuah basa basi yang juga tidak layak mendapat tempat dihati rakyat. Sikap tidak melindungi itu cukup ditegaskan dengan memerintahkan Kapolri untuk memproses secepatnya Ahok dan menetapkannya sebagai tersangka, karena Ulama sudah jelas menyatakan Ahok menista agama.
Apalagi yang hendak mau kudastakan kepublik ini?
KAMI TIDAK MAU DIBOHONGI PAKAI KATA AKTOR POLITIK DAN TIDAK MAU DIBOHONGI DENGAN RETORIKA KATA-KATA.
Jakarta, 10 Nopember 2016
*)Pimpinan Komisi Rumah Amanah Rakyat (RAR)