Penangkapan terhadap sejumlah aktivis dan tokoh nasional dengan tudingan makar mengindikasikan Rezim Joko Widodo anti kritik. Penangkapan aktivis oposisi juga bisa menjadi pertanda jatuhnya sebuah rezim.
Analisa itu disampaikan pengamat politik Muslim Arbi (02/12). “Situasinya mirip rezim yang mau jatuh, ada penangkapan aktivis-aktivis yang berseberangan dengan pemerintah,” beber Muslim Arbi.
Menurut Muslim, Rezim Jokowi sangat paranoid dengan kritikan yang sering disuarakan para aktivis. “Di era SBY ada gerakan cabut mandat, tetapi tidak ada penangkapan aktivis,” ungkap Muslim.
Muslim menilai, cara yang dilakukan penguasa saat ini makin membuktikan tidak demokratisnya Rezim Jokowi. “Harusnya di era demokrasi, yang berseberangan dihargai, dan bila ada permintaan turunnya kekuasaan itu mekanismenya tidak mudah karena ada keputusan Sidang Istimewa,” jelas Muslim.
Kata Muslim, penangkapan para aktivis oposisi justru semakin menguatkan gerakan anti-Rezim Jokowi. “Saat ini media online yang berseberangan diblokir. Oposisi ditangkapi. Gerakan opsisi dari rakyat secara langsung akan semakin menguat, militan,” papar Muslim.
Sebelumnya, sejumlah aktivis politik yang berseberangan dengan pemerintah ditangkap pihak kepolisian dengan tuduhan akan melakukan makar, Jumat (02/12). Aktivis politik itu antara lain Rachmawati Soekarnoputri, Kivlan Zen, Ratna Sarumpaet, Sri Bintang Pamungkas, dan Rizal Kobar.|IT