PRIBUMIINDONESIA – Sebuah Media TV yang Berbohong punya Misi yang Busuk, demikian dikatakan Gede Soekawati pengajar Komunikasi Universitas Pancasila dan juga analis Komunikasi Media dari Pusat Kajian Komunikasi Politik Indonesia (PKKPI).
“Jika sebuah media bukan hanya TV sudah berbohong hendaknya dipertanyakan misinya apa, bukannya sejatinya media itu harus berimbang? Dan dengan cara beriimbang maka Independen sebuah media sangat kuat dan baik reputasinya,” jelas Gede pada PribumiNews (8/12) di Jakarta melalui saluran selulernya.
Masih kata Gede bahwa jika ingin aman tak perlu berbohong, tapi media massa harus bisa menempatkan diri sebagai watch dog, anjing penjaga terhadap kekuasaan agar tidak diselewengkan dan sewenang-wenang.
Kasus ini menanggapi atas adanya petisi “Aksi Nyata Boikot Metro TV” tembus lebih dari 67.000 penandatangan dukungan. Petisi untuk Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang digalang Triyan Wibowo itu diunggah di situs change.org.
“MetroTV sudah tidak layak menyandang predikat TV berita. Dan tidak seharusnya sarana publik digunakan untuk membodohi publik,” demikian salah satu point dari pernyataan Triyan Wibowo penggagas petisi “Aksi Nyata Boikot Metro TV” .
Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Jakarta mengimbau Metro TV untuk instrospreksi setelah menjadi sasaran kemarahan demonstran Aksi Bela Islam III. AJI mengingatkan pengelola televisi bahwa jurnalisme bertumpu kredibilitas media dan kepercayaan penonton, bukan sebagai corong propaganda kepentingan tertentu.
“Redaksi Metro TV perlu juga introspeksi mengapa menjadi sasaran kemarahan demonstran. AJI mengingatkan pengelola televisi bahwa jurnalisme bertumpu kredibelitas media dan kepercayaan penonton. Dalam kasus Metro TV, pada unjuk rasa 4 November lalu, jurnalisnya diintimidasi oleh demonstran yang tidak senang dengan berita televisi ini,” tulis AJI Jakarta dalam siaran pers yang ditandatangani Ketua AJI Jakarta, Ahmad Nurhasim.
Ditepi lain Ketua Progres 98, Faizal Assegaf meminta pemilik Metro TV yang juga Ketum Partai Nasdem, Surya Paloh, untuk meminta maaf kepada publik.
“Hanya Surya Paloh (SP) yang bisa memulihkan citra buruk Metro TV yang dituduh olah jutaan pemirsa sebagai ‘tv penipu’ atau kini gencar dikampanyekan dengan stigma ‘metro tivu’. Terkait tudingan itu, SP perlu berjiwa besar untuk meminta maaf kepada publik bahwa selama ini emang Metro TV terlanjur jadi corong Parpol dan terkesan setia membela penista agama,” tulis Faizal Assegaf di akun Facebook.
Kini dari jam ke jam, pendukung petisi boikot MetroTV bertambah.
“Kasus resistensi yang dialami media massa oleh publik harus menjadi pelajaran berharga karena tanpa publik, media massa menjadi tidak dianggap,” jelas Kandidat Doktor Komunikasi Universitas Padjajaran ini.
Secara tegas ged juga mengatakan yang dibutuhkan adalah trust, kepercayaan masyarakat yang akan menjadikan media besar, sebaliknya distrust akan menjadikan media massa dikucilkan publik bahkan channel dihapus. Ini tentu saja merugikan media tersebut.
“Jika TV atau media tidak netral maka ini jadi sebuah cermin media yang berpihak atas kepentingan dan kemauaan politik menandakan cara berpikir media busuk untuk kemajuan media masa depan bisa ancur,”tutup Gede. |ATA/KB