PribumiIndonesia – Niat baik Ketua Dewan Pertimbangan Majelis Ulama Indonesia (MUI), Din Syamsuddin yang bersedia menjadi penengah (mediator) atas polemik antara Imam Besar Front Pembela Islam (FPI) Habib Rizieq Shihab dengan Ketua Umum DPP PDIP, Megawati Soekarnoputri, harus disambut positif dan didukung oleh semua elemen bangsa.
Hal itu dikatakan Koordinator Komunitas Tionghoa Anti Korupsi (KomTak), Lieus Sungkharisma belum lama ini. “Upaya Din Syamsuddin memediasi kedua tokoh tersebut melalui dialog, patut kita dukung. Terutama agar bangsa ini tidak semakin terperosok ke dalam jurang perpecahan karena adu domba yang dilakukan pihak-pihak yang tidak menginginkan Indonesia tetap rukun dan damai,” ujar Lieus.
Menurut Lieus, polemik yang terjadi antara kedua tokoh nasional itu tidak boleh dibiarkan berlarut-larut. “Ibu Mega dan Habib Rizieq adalah asset bangsa. Mereka harus dipertemukan untuk berdialog. Apalagi selama ini Habib Rizieq bersama FPI merupakan salah satu Ormas Islam yang aktif mensosialisasikan 4 Pilar Kebangsaan yang digagas almarhum Bapak Taufik Kiemas,” kata Lieus.
Lieus juga menyatakan sependapat dengan pandangan Din Syamsuddin yang meminta pemerintah untuk menghormati independensi Majelis Ulama Indonesia (MUI) terutama dalam hal mengeluarkan fatwa. “Saya sependapat dengan Din bahwa fatwa MUI bukan penyebab dari instabilitas nasional yang terjadi akhir-akhir ini,” ujarnya.
Menurut Lieus, jika ada pihak yang berpandangan Fatwa MUI mengganggu stabilitas, maka seharusnya yang diatasi adalah sumber dari terjadinya instabilitas itu. Jadi bukan fatwa MUI-nya yang disalahkan,” tegas Lieus.
Seperti diketahui, beberapa hari belakangan ini ramai pernyataan yang menyudutkan MUI, dan bahkan ada pihak-pihak yang berupaya membenturkan Islam dengan Pancasila serta menyebut FPI ormas anti kebhinnekaan. “Saya tegaskan, tuduhan itu sangat keliru. Saya bergaul dengan FPI, dan saya tau persis FPI tidak seperti yang selama ini dituduhkan itu,” jelas Lieus.
Karena itulah, tambah Lieus, upaya yang dilakukan Din Syamsuddin untuk mengajak berdialog Ibu Mega dan Habib Rizieq harus didukung. “Apalagi kalau upaya dialog itu juga melibatkan tokoh-tokoh bangsa lainnya. Baik itu tokoh agama, tokoh politik dan tokoh-tokoh di pemerintahan. Dengan demikian bisa dicari titik temu sehingga bangsa ini tidak terus menerus diseret pada konflik yang sebenarnya tidak perlu,” harap Lieus.
Lieus juga meminta agar tokoh-tokoh politik tidak mengeluarkan pernyataan yang justru memanas-manasi keadaan. “Para politisi itu seharusnya bertindak sebagai negarawan dengan membuat situasi yang panas menjadi dingin. Bukan malah sebaliknya, justru memperkeruh keadaan,” ujar Lieus.
Hal itu dinyatakan Lieus terkait pernyataan Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto yang dengan lantang menantang balik Habib Rizieq. “Sikap Hasto sangat tidak bijaksana. Itu bukan sikap seorang negarawan. Seharusnya yang didahulukan adalah dialog, bukan tantang menantang. Kalau begitu terus, kapan negeri ini bisa damai?” ujar Lieus lagi.
Karena itulah, Lieus mengusulkan perlunya dilakukan dialog nasional untuk mengembalikan semangat persatuan di bangsa ini. “Bangsa ini sudah terseret jauh pada konflik kepentingan yang dilandasi perebutan kekuasaan semata. Ini tidak baik. Para tokoh bangsa ini harus mau duduk satu meja untuk menata kembali ke-Indonesia-an kita. Atas dasar itulah upaya Din Syamsuddin untuk membangun dialog tersebut perlu didukung dan diberi ruang seluas-luasnya,” tegas Lieus. (*rl)