PRIBUMINEWS – Pertumbuhan ekonomi yang melambat diperkirakan masih akan berlanjut pada tahun 2017 ini. Tahun lalu Pertumbuhan ekonomi Indonesia pada semester pertama 2016 hanya mengandalkan pada konsumsi rumah tangga dan konsumsi pemerintah akibat stimulus fiskal dan pelonggaran kebijakan moneter. Hal ini pula yang tercermin pada perbankan syariah yang mengandalkan pertumbuhan pada nasabah segmen konsumsi.
Hal yang sama secara khusus juga di alami oleh Bank Muamalat Indonesia, sepanjang tahun 2015 dan 2016 yang sedang menghadapi ujian terberat dalam perjalanan bisnis perusahaan belakangan ini.
Problem internal dan miss manajemen dalam Bank yang saat ini di Nahkodai oleh Endi PR Abdurahman ini mulai menampakan tanda tanda goyah.
Berdasarkan laporan keuangan yang di publikasikan Bank Muamalat dan data dari OJK, BMI telah mengalami kontraksi bisnis sejak mengalami pergantian top eksekutive saat ini.
Di mulai dari penurunan laba secara drastis sampai 71,36 % per Juni 2016, yaitu Rp106,54 Milyar menjadi Rp30,51 Milyar. Yang naik tinggi malah NPF gross sebesar 7,23% dari tahun sebelumnya sebesar 4,93% per Juni 2015. Indikator vital lainnya yang agak mengkwatirkan adalah penuruan CAR yang signifikan,per Mei 2106 sudah di angka 11,71% padahal Desember 2015 masih di level 12,36%.
Demikian halnya dengan modal juga tak kalah menyedihkan anjok dari Rp57,1 Trilyun menjadi Rp%53,71 trilyun. Situasi ini diperparah oleh sikap unprofessional jajaran Direksi di bawah komando Endi PR Abdurahman.
Sumber kami di lingkaran dalam BMI bahkan menyebutkan telah terjadi “perampokan” besar-besaran namun halus di Bank Syariah pertama di Indonesia ini.
Masih kata sumber dalam kami dari data-data yang redaksi dapatkan nilainya mencapai ratusan miliar rupiah dan ditengarai melibatkan pimpinan tertinggi di bank ini.
“Modusnya dengan memberikan pembiayaan kepada debitur yang sebenarnya tidak layak untuk mendapatkan pembiayaan,” kata sumber yang namanya minta di rahasiakan.
Redaksi juga memperoleh banyak data-data yang sangat rinci dan mencengangkan. Ada banyak pembiayaan yang terindikasi merupakan upaya keteledoran yang di sengaja secara terstruktur dan terencana. Berdasarkan penelusuran tim khusus kami dari data-data dan wawancara kepada beberapa sumber di Bank Muamalat tersebut mengindikasikan adanya kegagalan risk manejemen yang di sengaja oleh oknum top manajemen dan hal ini menguatkan dugaan aroma mengarah kepada kredit fiktif semakin kuat.
Salah satunya adalah pembiayaan modal kerja kepada PT Rockit Aldeway dengan plafond 100 miliar rupiah. Dropping dilakukan pada bulan November 2015 sebesar 100 miliar rupiah dan langsung macet seketika pada bulan berikutnya yaitu Desember 2015 (first payment default). Hingga Agustus 2016 tahun lalu sampai sekarang, debitur tersebut tercatat tidak pernah melakukan pembayaran sepeserpun.
Berikutnya adalah kasus pembiayaan kepada PT Bintang Jaya Proteina (BJP) senilai 100 miliar rupiah. Selain macet pada bulan ke-empat, anak perusahaan Sujaya grup ini ternyata merupakan perusahaan yang bergerak dalam bidang peternakan dan industri pakan Babi.
Hal inilah yang menguatkan salah satu indikasi adanya unsur kesengajaan dari top manajemen BMI & mengabaikan prinsip-prinsip kehati-hatian dalam tata kelola perbankan syariah.
Dikalangan pengusaha perbankan hal tersebut sudah bukan rahasia lagi jika hal demikian kerap terjadi dengan imbalan nominal tertentu.
Redaksi sudah meminta permohonan klarifikasi secara resmi dan tertulis dan sudah dilayangkan kepada pihak Direksi Bank Muamalat, namun hingga tulisan ini di turunkan tak juga mendapat respon sama sekali bahkan saluran selulernya pun tak pernah ada balasan. Dalam hal ini jelas Direksi BMI bisa diduga melanggar ketentuan investasi jika kejadian tersebut benar adanya dan tidak sesuai menjalankan usaha perbankan syariah. |Bersambung…(Bagian II)
Kasus Memalukan di Bank Syariah Murni pertama di Tanah Air, PT Rockit Aldeway Diduga Sangat Mulus “Merampok” BMI |TIM RED/RS