PRIMORDIALISME YANG MENGHILANGKAN INDONESIA​

0
2425

PRIMORDIALISME YANG MENGHILANGKAN INDONESIA​

​Oleh  Ferdinand Hutahaean​
​RUMAH AMANAH RAKYAT​

Saya sungguh heran dan sangat risau melihat situasi bangsa Indonesia saat ini. ​Ada perubahan yang sangat deras merubah jiwa anak-anak bangsa ini dari idealisme, nasionalisme berubah menjadi pragmatisme dan primordialisme sempit yang justru menghilangkan Indonesia dari semangat relitas perjuangan.​

Kondisi Jakarta terlihat jelas mempengaruhi perpolitikan nasional. Pilkada Jakarta kini terpolarisasi menjadi dua kutub primordialisme sempit. Primordialisme Kristen vs Islam dan Primordialisme konyol antara Cina vs Arab. ​Pertanyaannya, dimana Indonesia itu kini wahai anak bangsa?​

Pilkada DKI Jakarta bukanlah pertarungan Islam dengan Kristen, bukan juga pertarungan Cina dengan Arab, mengapa kita jadi hanyut larut dalam perselisihan yang tidak sepatutnya terjadi?​Mengapa anak-anak bangsa ini tidak serta merta menyatakan bahwa KITA INDONESIA?

Kedatangan Raja Salman dari Saudi semakin mengerucutkan polarisasi yang terjadi. Polarisasi yang menghilangkan Indonesia atau setidak-tidaknya hanya menempatkan Indonesia sebagai objek embel-embel bangsa asing. ​Rasanya tak bisa menerima situasi ini karena kita sebagai bangsa justru memuja muji dan membanggakan asing dan kita lupa bahwa KITA ADALAH INDONESIA terlepas apa sukumu, apa agamamu, apa rasmu.​

Kerasnya pilkada Jakarta tampaknya sangat mempengaruhi opini masional. Pertarungan yang menyisakan Ahok yang keturunan Cina dan Anies yang berdarah Arab menjadi polarisasi pemilih ke sentimen primordialisme. ​Betapa memalukannya kita sebagai bangsa harus larut dalam sentimen konyol primordialisme. Menangapa kita lupa bahwa KITA INDONESIA?​

Opini disebar deras merusak dan mengacaukan logika publik. Kedatangan Raja Salman dijadikan menjadi opini besar seolah Indonesia akan diselamatkan oleh Raja Salman dari Arab dan akan mengalahkan Cina. Berita dan informasipun berselancar dari media ke media dan medsos ke medsos. Rencana investasi USD 25 Milliar yang katanya dibawa oleh Raja Salman akan menyelamatkan Indonesia dari Investasi Cina, kemudian dikaitkan dengan pilkada yang menyisakan Ahok dan Anies pasca kekalahan AHY.

Pernahkah kita sebagai anak bangsa menelusuri kondisi Arab sesungguhnya seperti apa? Pernahkah kita mencoba melihat karakter Arab sesungguhnya? ​Semoga kita semua kemudian tidak gigit jari dengan janji besar tersebut dan berharap bahwa ini bukan angin surga. Dan investasi cina yang selama ini telah masuk memang sangat merisaukan karena dengan syarat-syarat yang memberatkan kita sebagai bangsa.​

Mengaitkan kedatangan Raja Salman dengan segala macam hiperbolik kata-kata situasi mungkin akan membuat publik kecewa karena opini dibangun demi kepentingan primordialisme dalam demokrasi. Pemerintah harus sangat berhati-hati dan harus sangat perduli dengan polarisasi primordialisme yang sekarang terjadi karena bukan sesuatu yang mustahil jika kemudian pecah konflik berbau sara. ​Pemerintah jangan besar kepala membangun opini bahwa kedatangan Raja Salman adalah karena kehebatan Jokowi, bukan sama sekali. Pemerintah juga jangan memamfaatkan euforia kedatangan Raja Salman untuk menutupi hasrat berhutang dan penambahan hutang kita sebagai negara.​ Tidak ada investasi yang gratis, semua hanya kedok yang ujung-ujungnya adalah beban bagi bangsa kelak kemudian hari.

Saya ingin mengajak semua anak bangsa ini untuk bangun dan sadar dari opini bentukan untuk kepentingan semu para elit yang mengorbankan kepentingan rakyat.​ Hutang yang bertambah hanya akan menambah sengsara bangsa ini, karena rakyat jugalah yang akan menanggung semua beban itu. Sementara tol yang dibangun, bandara yang dibangun, pelabuhan yang dibangun bukan milik kita dan kita wajib bayar menggunakannya. ​Kita hanya jadi objek yang diexploitasi. Saatnya berhenti banga dapat hutang, saatnya kita bangun bangsa ini dengan terukur dan dengan apa yang kita miliki.​

Selamat datang Raja Salman, kami ucapkan semoga Yang Mulia Raja sehat sepanjang hayat, kami senang menyambut Yang Mulia, tapi aku tak bangga dan malu sebagai negara yang menumpuk hutang.

Jakarta, 27 Pebruari 2017
Ferdinand Hutahaean

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.