GADJAH MADA KISRUH
Yang paling bikin geli dari menjadi mahasiswa UGM adalah sebelum kami masuk ke sana, kami menganggap “wah” betul kampus tua ini. Tapi sesudah masuk ke sana, kami anak-anak UGM cepat sekali berubah menjadi orang yang sering “ngrasani”, mengejek, dan bahkan memaki-maki kampusnya sendiri.
Bukan karena kampus kami aslinya buruk, tapi karena anak-anak UGM memang kritis.
Jadi, jika Anda adalah mahasiswa UGM, lalu Anda memuji-muji UGM, Anda akan ditertawakan sendiri oleh anak-anak UGM lainnya. Sumpah. Itu yang saya perhatikan. Dulu.
Saya menyebut fenomena itu sebagai proses “desakralisasi almamater”. Bagaimanapun, memuja-muji kampus sendiri adalah tindakan yang selain menggelikan juga, ya, memang rendah. “Koyo sales wae,” demikian tanggapan kalau ada warga Bulaksumur yang memuja-muji almamaternya sendiri. “Dibayar piro kowe muji-muji UGM?” Begitu tanggapan lainnya. Mungkin itu sebabnya hanya sedikit anak UGM yang mengidap penyakit megalomania.
Kami memang beda dengan alumni kampus mBandung dan Jekardah yang biasanya sombong-sombong dengan almamaternya itu.
Tapi kebiasaan mengejek dan mengentengkan ejekan itu agaknya sukar dibuang oleh alumni UGM sesudah mereka keluar dari kampus. Itu sebabnya saya hanya tertawa geli beberapa hari terakhir ini menyaksikan sejumlah teman berbaku dalih dan bertukar ejekan mengenai kenapa ada dua grup KAGAMA (Keluarga Alumni Gadjah Mada) di Facebook ini.
Pertengkaran itu tentu saja disebabkan oleh alumni UGM juga. Tidak banyak. Cuma dua orang sih. Biang keroknya, ya, siapa lagi kalau bukan Joko Widodo (Fakultas Kehutanan) dan Anies Baswedan (Fakultas Ekonomi).
Menurut Anda, siapa memang pengkritik paling pedas Jokowi, atau kelompok yang paling sinis pada Anies?! Kuuuaabeh congor UGM kuwi.
Jadi, kata siapa Gajah Mada berhasil mempersatukan Nusantara?!
Asline Gadjah Mada ki seneng ngisruh. Lha wong nggawe grup Facebook wae pecah kok.
Dari FB Tarli Nugroho dan seijin Penulisnya
