REJIM YANG KELIRU, REJIM YANG SUBUR DENGAN ISU MEMILUKAN DAN MURAHAN​

0
3018
Ferdinand Hutahean

REJIM YANG KELIRU, REJIM YANG SUBUR DENGAN ISU MEMILUKAN DAN MURAHAN​

​Oleh  Ferdinand Hutahaean​
RUMAH AMANAH RAKYAT​
BELA TANAH AIR​

​Yang pertama dan terburuk dari semua penipuan adalah menipu diri sendiri. Begitulah saya memulai tulisan ini dengan mengutip Philip James Bailey penulis buku Britania Raya tahun 1893. Dan saya harus minta maaf menyampaikan penilaian saya terhadap rejim penerintah ini, bahwa anda sedang terus menerus menipu diri sendiri.

​Entah harus dengan apa lagi rejim ini dikritisi. Memberikan masukan, informasi, kritik, solusi, tampaknya tidak berarti apa-apa karena rejim ini tidak juga berhenti menipu diri sendiri, membohongi logika dan menghiperbola keberhasilan palsu sebagai bahan menipu diri dan membohongi logika.​

Rejim ini lebih sibuk dengan isu-isu yang justru memilukan bagi jiwa-jiwa yang cinta bangsa ini, dan lebih sibuk memproduksi isu-isu murahan untuk menutupi isu yang justru sangat penting untuk ditindak lanjuti secara serius karena menyangkut masalah masa depan bangsa dan negara.

Coba kita lihat kemarin, betapa sibuknya rejim ini menipu diri dengan menjadikan isu murahan mobil mogok sebagai berita utama ditengah publik, dan mengalahkan berita keterlibatan adik ipar Presiden Jokowi Arif Budi Sulistyo dalam kasus pajak Ramapanicker Rajamohanan Nair, Country Direktur PT Eka Prima Ekspor Indonesia (EKP) yang sekarang disidangkan di pengadilan tindak pidana korupsi Jakarta.​

Adik ipar Presiden Jokowi diduga terlibat dan dalam skandal pencurian penerimaan negara dari sektor pajak tersebut. Pantas jugalah kenapa penerimaan pajak negara tidak mencapai target, rupanya ada yang menerimanya secara tidak berhak dan ilegal.

Isu murahan mobil mogok tersebut bahkan dengan keji dijadikan alat untuk menciptakan isu lain dengan melibatkan Presiden RI Ke 6 Susilo Bambang Yudhoyono. ​

Dengan tanpa malu dan tanpa rasa hormat terhadap Presiden RI Ke 6 SBY, dengan meminjam lidah Kepala Sekretariat Presiden Dharmasjah Djumala, kemudian seolah mobil mogok itu akibat kesalahan Presiden RI Ke 6 SBY, seolah karena SBY minjam mobil dari negara, padahal faktanya mobil itu bukan dipinjam SBY tapi dipinjamkan negara untuk memenuhi UU No 7 tahun 1978 tentang kewajiban negara memberikan mobil dan pengemudinya kepada Mantan Presiden.​

Maja SBY pun menjadi bulan-bulanan kaum rejim keliru dengan menghabisi nama baik SBY dimedia sosial. SBY jadi korban caci maki karena isunmurahan mobil mogok itu.

Isu sangat memalukan dan murahan tentang mobil mogok itupun sukses membenamkan berita tentang meninggalnya ibu Patmi didepan Istana karena memperjuangkan masa depan kehidupan anak cucunya atas ketidak adilan pembangunan pabrik semen dikampungnya.​

Sungguh memilukan hati ketika seorang ibu, yang memperjuangkan masa depan anak cucunya harus meregang nyawa didepan Istana. ​

Mengapa istana begitu lamban merespon rakyatnya hingga ibu Patmi harus meninggal? Presiden Jokowi harusnya bertanggung jawab atas ini, bukan malah meramekan isu murahan mobil mogok.​

Kekeliruan rejim ini tampaknya tidak akan bisa diluruskan lagi, karena semua kekeliruan itu dianggab sebuah kebenaran oleh penguasa dan para gerombolan pemuja dan pemuji rejim keliru ini.​

Coba kita lihat kasus dugaan korupsi RS Sumber Waras dan kasus penodaan agama oleh Basuki Tjahaja Purnama. Bagi rejim ini, itu semua tampaknya bukan kesalahan sehingga sang terdakwa dan sang terduga korupsi itu bisa duduk satu mobil dengan Jokowi, menggunakan mobil kepresidenan. Jangan-jangan mobil Jokowi itu mogok karena diduduki terdakwa penodaan agama. ​

Namun kasus besar seperti ini tampaknya tidak lebih menarik untuk ditindak lanjuti secara serius dibanding isu kambing Presiden yang beranak dan menjadi berita viral.​

Sungguh memilukan hati melihat cara rejim ini mengurus negara. Isu dan kasus atau skandal besar ditutupi dengan isu murahan. Penegakan hukum menjadi tidak begitu penting, jauh mengalahkan kepentingan untuk tetap berkuasa. Klaim keberhasilan rejim ini pun baru sebatas retorika yang dihiperbola oleh para kaum pemuja dan pemuji rejim keliru ini.

Entah dimana infrastruktur yang dibesar-besarkan itu kini, saya belum pernah melihat Presiden meresmikan proyek infrastruktur yang dimulainya kecuali yang sudah dikerjakan dari era penerintahan sebelumnya.​

Presiden Jokowi baru sebatas meresmikan ground breaking, meresmikan sesuatu yang tak berwujud hingga kini. ​

Lantas mengapa kalian selalu menyalahkan era 10 tahun SBY tapi tidak berani menuding era 3 tahun Megawati yang sangat merusak bangsa?​

Bukankah Presiden meresmikan Cipali setelah dikerjakan dari era SBY? Ahhhh sudahlah… percuma bicara dengan kaum buta hati. Meski demikian, fakta dan kebenaran harus saya sampaikan. ​

Terakhir saya harus tetap mengingatkan, berhentilah menipu diri sendiri karena itu sangat buruk dan bahkan paling buruk dari yang buruk.​

Jakarta, 22 Maret 2017

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.