Baru saja saya dapat buku menarik yang ternyata cukup tebal, kumpulan pidato pidato Bung Karno pasca Gerakan 30 September 1965.
Ada banyak hal menarik yang secara tersirat disampaikan BK, termasuk soal G-30 S itu sendiri yang pada dasarnya beliau juga sangat mengutuk kejadian itu. Seraya mengingatkan betapa berbahayanya hal itu bagi keberlangsungan perjuangan Indonesia melawan imperialisme dan kolonialisme.
Tapi menariknya, di saat masyarakat Indonesia ketika itu sedang memanasnya iisu keterlibatan Cina di balik G-30 S, Bung Karno menyelipkan sebuah isu meskipun terkesan hanya bermaksud mengecam kelakuan pers dan media barat yang banyak menebar gosip dan berita berita sensasi mengenai Indonesia.
Antara lain Bung Karno mengecam pers asing yang bergosip bahwa mantan Wakil Perdana Menteri I Ir Juanda mati karena diracun melalui minuman anggur oleh pemerintah Cina.
Bung Karno bilang, tidak benar Juanda meninggal karena diracun, tapi kena serangan jantung.
Saya coba baca pernyataan BK dalam konteks situasi saat itu yang baru dua bulan terjadinya G-3 S dimana Cina sedang jadi sasaran utama kecurigaan, BK malah kerluarkan pernyataan itu.
Dari bacaan saya ada dua hal yang perlu digarisbawahi. Pertama, Juanda meninggal bukan diracun tapi kena serangan jantung. Bukankah orang orang yang diracun yang sifatnya tidak seketika tapi setelah racun bekerja dua atau tiga har, seringkali secara permukaan seperti orang kena serangan jantung?
Kedua, Meskipun terkesan konteks pernyataan BK dalam rangka mengecam politik keredaksian media media asing yang cenderung menjelek-jelekkan Indonesia, namun terkait kasus Juanda, menurut saya orang malah jadi berpikir jangan jangan Juanda memang dibunuh pihak Cina.
BK merupakan orang yang sangat paham dan menguasai psikologi massa, jadi rasanya rada nggak masuk akal di saat yang lagi sensitif terhadap kemungkinan campur tangan pemerintah Cina dalam mendorong PKI ikut menggerakkan G-30 S, bantahan tentangan matinya Juanda malah membawa efek sebaliknya.