Betapa di GP Ansor, meskipun para anggotanya memang bertipe jawara atau malahan preman,. tetap saja latarbelakang dan asal usulnya kan dari dunia santri dan keulamaan di daerah asalnya.
Sehingga ketika memberi gelar seseorang Sunan, jangankan yang memang lagi kontroversial seperti Ahok, lha wong kepada orang orang lain yang relatif tidak bermasalah pun, menurut saya merupakan tanda adanya degradasi peradaban. Khususnya dalam spiritualitasi keagamaan, utamanya Islam. Selain menggambarkan betapa lemahnya narasi sejarah generasi muda kita saat ini, termasuk yang berkiprah di organ organ keagamaan.
Gelar Sunan bukan dinisbatkan pada seseorang secara sadar. Tapi merupakan konsekwensi logis dari perjalanan panjang seorang salik,. seorang pejalan spiritual. Ketika mencapai tahapan tertinggi dari Ilmu Makrifat, maka seseorang tersebut merupakan Wali Allah. Orang yang dekat dan dicintai Allah.
Di situlah gelar Sunan, entah bagaimana, melekat pada diri para Wali Allah tersebut. Ada Suinan GIri, Ada Sunan Kalijaga, ada Sunan Kudus, dan Ada Sunan Bonang. Intinya bukan pada Kesunan-an para beliau tersebut, tapi pencapaian tahapan tertinggi dari Ilmu Makrifat pada diri para beliau tersebut.
Sehingga para raja Jawa, baik di era Demak hingga Pajang sampai Mataram Islam, sangat menghormati dan memuliakan para Wali Allah tersebut.
Apa yang dilakukan GP Ansor, menurut saya bukan masalah di Ahok, tapi betapa de-spiritualisasi agama dan demoralisasi spiritual, memang sedang berlangsung di republik kita saat ini.
Betapa wawasan kesejarahan, termasuk yang paling langsung berhubungan dengan dunia ke-Islamanan, orang orang Islam pun sudah banyak yang tidak mengenali asal usul budaya dirinya sendiri. Maka GP Ansor, adalah salah satunya. |PRB