KETUHANAN DALAM REFLEKSI RAMADHAN

0
485

KETUHANAN DALAM REFLEKSI RAMADHAN

Oleh : Ferdinand Hutahaean
Komunikator Politik Partai Demokrat

Perjalanan religi Partai Demokrat yang dipimpin oleh Ketua Umum Susilo Bambang Yudhoyono sudah memasuki perjalanan hari ke Empat. Malang sebuah kota di Propinsi Jawa Timur menjadi tujuan Safari Ramadhan hari ke Empat perjalanan religi dalam misinya menyiarkan Agama dan Pancasila dalam satu bingkai yang ditata dalam bingkai besar Negara Republik Indonesia, bingkai besar toleransi dan persaudaraan dalam Bhineka Tunggal Ika. Perjalanan religi sarat makna dan sarat pesan mulia bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, dan pesan yang terkandung semangat mencintai persaudaraan.

Partai Demokrat melihat dan mengetahui niat baik Pemerintah yang sedang gencar-gencarnya melakukan upaya untuk pemantapan dan penguatan nilai -nilai Pancasila. Demokrat menyakan mendukung niat baik tersebut tentu sepanjang tujuannya tidak menyimpang dan menjadi sekedar kepentingan politik atau bahkan bila terjadi penyimpangan nilai-nilai Pancasila. Sepanjang Pancasila sesuai dengan apa yang diyakini oleh Demokrat maka Demokrat mendukung upaya baik dari pemerintah tersebut. Demikian SBY mengawali sambutannya dalam Refleksi Ramadhan dalam perjalana religi hari ke Empat ini yang mengambil thema dari Sila Pertama Ketuhanan Yang Maha Esa.

Kalau bicara tentang Pancasila, sebenarnya bahwa pancasila dan kemajemukan bukanlah sesuatu yang baru bagi Demokrat. Kebinekaan dan kemajemukan adalah pilar partai Demokrat yang mana dicantumkan dalam manifesto partai Demokrat yaitu Nasionalis Religius. Nasionalis Religius itu harus dibaca satu nafas dan tidak bisa dipisahkan, karena sejak Partai Demokrat lahir atau berdiri, Pancasila sudah ditetapkan sebagai dasar partai, sebagai azas partai yang tidak akan pernah digantikan oleh azas apapun.

Topik refleksi adalah tentang sila pertama Pencasila yaitu Ketuhanan Yang Maha Esa. Persoalan apa yang saat ini yang paling harus dicermati yang berpotensi mengganggu Ketuhana Yang Maha Esa Dan apa yang harus dilakukan untuk menjawab permasalahan yang ada ?

Ada 5 persoalan yang harus diperhatikan, yaitu Pertama, bagaimana membuat kehidupan tetap religius dan makin religius. Tanpa kita sadari kehidupan modern telah membuat banyak manusia menjauh dari nilai-nilai ajaran agama. Bahkan ada yang kemudian memusuhi nilai-nilai agama, tentu ini tidaklah baik dan harus dicegah. Maka menjadi sangat penting semua harus ikut berperan dan menjadi contoh tentang bagaimana berperilaku religius. Kedua, bagaimana meletakkan agama sebagai nilai bukan semata simbol. Jika yang dilihat itu adalah nilai kebaikan sebuah agama, maka akan ketemu adalah persamaan-persamaan setiap agama. Semua agama pasti menyerukan kedamaian, menyerukan kebaikan. Tapi kalau yang dilihat simbolnya, maka perbedaanlah yang terlihat, karena tempat ibadahnya pun sudah berbeda. Simbol memang tidak boleh dielakkan, tapi lebihlah melihat nilai-nilai. Ketiga, bagaimana meningkatkan harmoni. Bagaimana membuat kita semua warga yang berbeda tetap makin rukun. Sebenarnya letaknya ada di dalam hati dan pikiran kita. Jika kita semua memiliki kehendak dan sikap untuk hidup rukun maka rukunlah semua. Keempat, bagaimana meningkatkan sikap yang toleransi. Toleransi dan tenggang rasa ada sedikit bedanya meski ada dalam zona yang sama. Toleransi itu adalah ketika apa yang diyakini oleh sudara kita yang beda agama kita mampu memahaminya. Tenggang rasa adalah kita aktif menjaga sikap, tutur kata dan tindakan yang dapat melukai agama lain. Kelima, bagaimana kita mengelola dampak buruk dari sebuah pemilihan politik. Jangan sampai Pilkada itu menjadi ajang politik yang menimbulkan perpecahan antara agama suku dan ras yang menghancurkan sendi-sendi beragama dan bersaudara. Jangan sampai berlebihan mencampur adukkan identitas kedalam politik hingga membuat situasi menjadi tidak baik.

Terakhir, SBY mengirimkan pesannya untuk seluruh kader. Saya ingin pesan ini sampai kepada seluruh kader, maka ini harus disampaikan bukan hanya kepada kader di Jawa Timur yang hadir di acara Safarai Ramadhan kali ini, tapi seluruh kader di seluruh Indonesia. SBY mengajak seluruh kader, marilah kita sempurnakan diri kita masing masing, marilah kita hari demi hari terus menyempurnakan diri, tetaplah kita menjadi insan yang religus, jangan menjauhi agama apalagi memusuhi. Mari melihat agama sebagai nilai bukan sebagai simbol semata. Marilah kita menjadi contoh kerukunan, dan Marilah kita memiliki sikap toleran dan tenggang rasa yang tinggi, tidak mencampur adukkan identitas dan rasionalitas secara membabi buta karena itu akan membuat demokrasi kita rusak dan tercela.

Begitulah SBY menutup pesan refleksinya dalam Safarai Ramadhan di Jawa Timur Kota Malang.

Malang, 15 Juni 2017

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.