MEMBELA HARY TANOE
by Zeng Wei Jian
Baru-baru ini, Hary Tanoe (陳明立) dijerat kasus. Katanya dia ngancem Jaksa Agung Muda Pidana Khusus Yulianto.
Via Whatsapp, Hary Tanoe menulis:
“Mas Yulianto, kita buktikan siapa yang salah dan siapa yang benar. Siapa yang profesional dan siapa yang preman. Anda harus ingat kekuasaan itu tidak akan langgeng. Saya masuk ke politik antara lain salah satu penyebabnya mau memberantas oknum-oknum penegak hukum yang semena-mena, yang transaksional yang suka abuse of power. Catat kata-kata saya di sini, saya pasti jadi pimpinan negeri ini. Di situlah saatnya Indonesia dibersihkan.”
Saya heran. Short messege kaya begini kok dibilang ngancem. Terkesan, maksa banget.
Menurut Ahli Bahasa Rahayu Surtiati Hidayat ya itu ngancem. Karena ada kata “…catat kata-kata saya…”. Tapi Kriminolog Universitas Indonesia Ferdinand Andi Lolo menyatakan sms itu hanya tidak etis. Belum cukup masuk kategori pidana. Tim pembela Hary Tanoe bilang substansi SMS itu bukan ancaman.
Ada yang aneh dalam kasus ini. Jaksa Agung Prasetyo langsung “menetapkan” Hary Tanoe sebagai “tersangka”. Sekalipun polisi belum mengadakan penyelidikan.
Publik tidak bereaksi. Tokoh-tokoh nasional diam. Saya berasumsi ada beberapa alasan.
Salah satunya, karena Hary Tanoe sama kaya Ahok. Tionghoa dan Kristen. Ahok’s effect bikin segelintir orang takut disebut “Antek China”. Hary Tanoe menderita apa yang dikatakan James Baldwin sebagai “burden of representation.”
Ada kasak-kusuk yang curiga Hary Tanoe dikriminalisasi. Sebagai serangan balas dendam. Di Pilgub DKI, Hary Tanoe terbuka pro Anies Sandi. Saya kira, Hary Tanoe punya peran menangkan Anies Sandi. Sekecil apa pun peran itu, dia mesti diapresiasi.
Saya ngga kenal Hary Tanoe. Hanya pernah sekali ketemu di rumah Pa Prabowo. Di Jalan Kertanegara. Itu pun tidak sempat ngobrol. Sebagian orang bilang dia sombong. Saya tidak tau soal itu. Bagi saya, dia biasa-biasa saja.
Saat gelombang serangan kepada Ahok sedang tinggi-tingginya, Hary Tanoe kena side effect.
Dia diserang kubu pro dan kontra Ahok. Hary Tanoe jadi target cyberbully. Blunder kostum berpeci hitam di pesantren dijadikan meim negatif. Ambisinya jadi Wapres atau Presiden bikin ngilu. Sukses di arena bisnis, bikin Hary Tanoe jadi hate-object Korps Penjilat Cendana (KPC). Hary Tanoe didaulat Majalah Forbes sebagai orang terkaya nomor 29 di Indonesia tahun 2016. Kekayaanya capai $ 1.15 Miliar. His Business Empire meliputi sektor telekomunikasi, televisi, radio, newspaper, iklan, properti, musik, investment, online site dan talent agency.
Saya kira, Hary Tanoe mesti sangat berhati-hati dalam manuver politiknya. Banyak orang tidak begitu suka. Plus trauma pasca Ahok berkuasa.
Sebagai sesama pendukung Anies-Sandi, saya curiga ada skenario mengkriminalisasi Hary Tanoe.
Jaksa Agung Prasetyo adalah Kader Nasdem. Orangnya Surya Paloh. Dulu, ada gosip seputar adu pengaruh antara Hary Tanoe vs Surya Paloh di Nasdem. Salah satu partai pengusung Ahok ya Nasdem.
Pasca keluar dari Nasdem, Hary Tanoe gabung dengan Jenderal Wiranto di Hanura. Mereka split saat Wiranto dukung Jokowi. Hary Tanoe keluar dari Hanura karena Pro Prabowo. Relasi Hary Tanoe dan Pa Prabowo berlanjut di Pilkada DKI kemarin. Dari sini, saya kira Hary Tanoe punya pendirian dan konsisten. Dia ngga semerta-merta sama kaya Ahok. Just because he shares the same Chineness. Kita mesti adil.
THE END