PRIBUIMINEWS – Kita tidak pernah punya keberanian untuk mendeskripsikan siapa sejatinya musuh bersama (common enemy) kita yang dituangkan secara jelas dan tegas dalam Doktrin Pertahanan Nasional. Kita kehilangan antagonisme. Kita tak mampu lagi mengenali siapa yang sedang kita lawan di atas ring tinju sejarah. Sebaliknya, kita malah hobi memproduksi musuh-musuh imajiner.
Sementara itu, perampokan sumber daya alam oleh korporasi-korporasi multinasional didiamkan, Freeport dibiarkan menjalankan praktek negara dalam negara dan cukong-cukong kaya diberi izin menguasai jutaan hektar lahan perkebunan. Hari ini, kita sedang mendemontrasikan ‘gagap kolektif’ itu. Seharusnya seluruh energi konfrontasi bangsa diarahkan pada titik pangkal problematika bangsa, yakni REFORMASI. Sebab, telah tiba waktunya kita sudahi ORDE REFORMASI yang menyeret bangsa ini ke lembah kehancuran selama 19 tahun terakhir beserta seluruh sistem dan aktor-aktornya.
Tugas pemimpin nasional adalah mengarahkan bangsa ini menuju terminus ad quem (titik tuju) perjalanan panjang sejarah bangsa, sebagaimana yang tertuang dalam Pembukaan UUD 1945. Nyatanya tidak demikian. Kita malah diarahkan mundur 50 tahun dari zaman Soekarno-Hatta. Hari ini, kita memasuki masa pra-Kemerdekaan. Hari ini, kita berada di masa kolonial. Sebagai bangsa terjajah.
Oleh sebab itu, atas nama nasib dan masa depan bangsa, izinkan saya, Nugroho Prasetyo, menawarkan peta jalan baru menuju puncak kejayaan bangsa. Peta jalan baru itu bernama REKONSTRUKSI TOTAL. OLEH NUGROHO PRASETYO