GN Namanya

0
502

OLEH AENDRA MEDITA KARTADIPURA *)

Sebuah kejutan atau mungkin juga terapi kecut atau apalah namanya. Jenderal itu bikin ramai dalam hari-hari ini. Dan mungkin bisa jadi sampai akhir bulan ini, bulan September yang hiruk- pikuk. Arah kekuatan para tokoh bangsa dalam bersikap dalam menentukan pilihan bahkan jelang 2019 ini makin hangat sebelum panas kiranya diprediksi dimulai dari saat ini. Dan semoga saja ini hanya prediksi

Juga tentunya saya yakin bahwa ini menuju arah yang akan dituju untuk kebaikan dalam menata bangsa. Saya juga masih yakin bahwa tatanan tentang nilai luhur bangsa akan tetap dijunjung tinggi, bukan sekadar wacana kosong, bukan begitu?

Kembali ke soal hiruk-pikuk dalam akhir-akhir ini dan kembali saya yakinkan ramai ini akan berakhir di penghunjung September ceria bulan ini. Adalah soal film pemutaran film G30S PKI yang masifnya ajakan nonton bareng (nobar) itulah kisahnya.

Bagi saya ini fenomena, sebab kita tahun sejak 2008 memang film ini sudah tidak diputar rutin di TVRI yang sejak zaman Orde Baru film ini jadi tontonan khusus.  Adalah pemantik ajakan yang kokoh ini datang dari seorang bernama Gatot Nurmantyo (sebutan selanjutnya GN Namanya), kini dia adalah Jenderal Panglima TNI. GN Namanya mengajak semua lapisan nobar film G30S PKI karya Arifin C.Noor ini.

Respon beragam. Antara pro dan kontra. Namun GN namanya tak bergeming GN namanya terus berjalan untuk langkahnya yang tegar. Bahkan Presiden mengusulkan agar Film tentang peristiwa itu di Remark alias dibuat versi barunya. Seperti apa kita tak tahu.

Sejumlah tokoh bahkan mengatakan tak perlu diputar, lalu ada juga yang menarik ucapaknnya awalnya melarang diputar lalu boleh diputar, ungkapan seorang menteri ini kok tidak ajeg ya?

Di media social saling serang antar tokoh terjadi soal film ini. Program ILC dari Karni Ilyas ramai dibicarakan karena soal rokok dalam tokoh di film itu dan kemudian kliping lama muncul kembali. Arsip lama di reborn menjadi arsip digital. Viral sudah informasi ini. Bahkan ada yang ditangkap juga karena mengunduh pasangan mirip-mirip dalam tokoh itu dibentuk Meme.

GN Namanya kuat dalam pendirian jiwa-jiwanya, selayaknya tentara. Saat ditanya soal pemutaran film itu GN namanya dengan lantang berkata, “Ini perintah saya, mau apa?!”

Dengan sikap tegas ini GN Namanya mendapat banyak simpati, sejumlah Purnawirawan TNI bertemu, termasuk mantan Wakil Presiden Try Sutrisno, dan Prabowo di Cilangkap. Namun ada juga yang menuduh –pasti tidak semua– dari partai bahwa GN Namanya sedang berpolitik.

Tapi nampanya GN Namanya itu memang kuat jiwa dalam ketangguhan sikapnya, GN Namanya terus lantang dan GN Namanya  serukan semua prajuritnya menonton film itu. Di istana Cikeas mantan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) bersama petinggi Partai Demokrat (PD) viral di sosmed SBY nobar fillm G30S-PKI, semalam (23/9) di Cijantung (pasukan elit Kopasus) semua nobar juga.

Kekuatan gerakan nobar ini fenomena, dalam sejarah film mungkin Jaya Suprana dari MURI harus berikan penghargaan bahwa film ini ditonton ulang berkali-kali dan berjuta pasangan mata menyaksikan ini film, bahasa kerennya terlaris secara penyaksian. Jaya Suprana harus berikan ini sebagai bukti karya seninya film ini disaksikan berulang-ulang oleh jutaan pasangan mata. Khusus ini tidak melihat soal isi film pro kontra. Tapi fenomena ditonton berulang-ulang ini yang jadi catatan rekor. Jika setuju Jaya Suprana hendaknya lakukan ini, jika tidak ya tak apa-apa juga sih, mungkin saja Jaya Suprana punya alibi lain silakan ditunggu alibinya. Gimana Pak Jaya?

PERJALANAN GN NAMANYA 

GN Namanya tentara, dan Jenderal, dikabarkan dia pensiun Maret 2018, sebab film ini banyak prediksi selain GN Namanya sedang berpolitik bahkan ada sinyalemen dia ini akan maju di 2019. Sah-sah saja pandangan terhadap GN Namanya apa saja. Toh hak menyatakan pendapat dilindungi selama sesuai koridor.

Namun sikap GN Namanya juga nampaknya siap lahir bathin jika jabatan saya akan di copot menjadi panglima, hal ini pernah GN Namanya sampaikan di pagi selesai apel di DENMABES TNI GN Namanya mengumpulkan para PATI, PAMEN dan PRAJURITNYA pada 9 November 2016.

Menurut GN Namanya bahwa segala jabatan mempunyai resiko yang wajib kita terima konsekuensinya, dan siapapun pengganti saya nantinya wajib menjaga kepercayaan masyarakat terhadap TNI.

“KEHORMATAN LEBIH PENTING DI BANDINGKAN JABATAN, SAYA TIDAK AKAN MENJUAL HARGA DIRI DEMI JABATAN SEMATA. SAYA ADALAH PRAJURIT NKRI, dan pada saat itu juga para prajurit bersorak dengan semangat dan melakukan yel-yel SIAPA KITA, #NKRI_HARGA_MATI.”

Ada kisah GN Namanya tentang mewujudkan impian demi almarhumah Ibunya, GN Namanya rela mengikuti dan menempuh latihan dasar Kopassus layaknya prajurit biasa.  Kisahnya GN Namanya menarik. GN Namanyadi Tegal, Jawa Tengah, pada 13 Maret 1960. Tapi sejatinya ayahnya berasal dari Solo dan ibunya dari Cilacap. GN Namanya di besarkan dari keluarga yang berlatar militer pejuang sangat kental. Ayahnya bernama Suwantyo, seorang pejuang kemerdekaan yang pernah menjadi Tentara Pelajar.

Di masa perang kemerdekaan ayahnya bertugas dibawah komando Jenderal Gatot Subroto. Dari nama tokoh militer kharismatik itulah, ayahnya kemudian memberi nama anaknya “Gatot”.  Ayahnya pensiun dengan pangkat terakhir Letnal Kolonel Infanteri dan tugas terakhir sebagai Kepala Kesehatan Jasmani di Kodam XIII/Merdeka, Sulawesi Utara. Sedangkan ibunnya, anak seorang Kepala Pertamina di Cilacap, memiliki tiga orang kakak kandung yang mengabdi sebagai prajurit TNI AD, TNI-AL dan TNI-AU.

Karena anak tentara, sejak kecil GN Namanya hidup berpindah-pindah. Setelah dari Tegal, ia pindah ke.Cimahi, Jawa Barat, hingga kelas 1 Sekolah Dasar. Setelah itu ia pindah Cilacap sampai kelas 2 SMP. Lalu ia pindah ke Solo hingga tamat SMA.  Sebenarnya GN Namanya ingin menjadi arsitek. Makanya ia mendaftar ke Universitas Gadjah Mada (UGM). Tapi mengetahui anaknya mau masuk  UGM, ibundanya berpesan: “Ayahmu hanya seorang pensiunan. Kalau  kamu masuk UGM, maka adik-adikmu bisa tidak sekolah.”

Mendengar hal tersebut, GN Namanya berubah haluan. Diam-diam dia berangkat ke Semarang, mendaftar Akabri melalui Kodam Diponegoro. Sekembalinya dari Semarang, ia memberitahu ibunya bahwa ia sudah mendaftar ke Akabri.

Ibunya langsung mengizinkan dengan pesan, “Jika kamu menjadi tentara, kamu harus menjadi anggota RPKAD.”  Menurut GN Namanya ibunya terobsesi anaknya menjadi anggota RPKAD karena rumah orang tua ibunya dekat dengan markas RPKAD di Cilacap.   Setelah lulus Akabri 1982, GN Namanya berusaha masuk menjadi anggota Kopassus (nama baru RPKAD).

Tapi dalam usaha pertama GN Namanya tidak diterima. Pada kesempatan berikutnya, setelah berpangkat Kapten, saat bertugas di Pusat Latihan Tempur di Baturaja, Sumsel, GN Namanya kembali mendaftar masuk Kopassus. Kembali tidak diterima. Sebenarnya kesempatan tersebut sudah habis.

Tapi Gatot tidak pernah menyerah. Ia terus berdoa kepada Allah SWT agar suatu hari bisa diterima menjadi prajurit Kopassus.  Kesempatan itu akhirnya datang di Usia GN Namanya 55 tahun, yang akhirnya datang setelah GN Namanya menjabat KSAD (25 Juli 2014–15 Juli 2015). Tak lama setelah pelantikan, GN Namanya memanggil Danjen Kopassus Mayjen TNI Agus Sutomo dan menyampaikan maksudnya ingin mendaftar pendidikan Kopassus. Tapi Agus Sutomo menyampaikan, “Tidak usah ikut pendidikan Pak, nanti Bapak saya kasih brevet kehormatan saja”. Tapi GN Namanya menolak. GN Namanya bersikukuh mau mendapat baret merah melalui jalur normal.

Maka masuklah GN Namanya menjadi siswa Kopassus. GN Namanya mengikuti semua prosedur normal, mulai dari pendaftaran, ujian, hingga penyematan brevet komando dan baret di pantai Cilacap.

Untuk itu, GN Namanya harus melalui ujian yang keras, antara lain senam jam 2 pagi, lalu direndam di kolam suci Kopassus di Batujajar.  Kemudian longmarch, hingga berenang militer selama lebih 2 jam dari pantai Cilacap ke pulau Nusakambangan. Bahkan GN Namanya juga mengikuti pendidikan Sandi Yudha yang salah satu ujiannya harus menyusup masuk ke suatu tempat yang terkunci dan dikawal ketat oleh prajurit Kopassus.  GN Namanya lolos mulus.

GN Namanya akhirnya dinyatakan lulus semua tahapan dan resmi diangkat menjadi keluarga besar Korps Baret Merah di pantai Permisan Cilacap, Jawa Tengah, pada 2 September 2014. Tidak seperti “brevet kehormatan” Kopassus yang disematkan di dada sebelah kiri penerimanya, brevet pasukan komando tersebut disematkan di dada sebelah kanan GN Namanya, sebagai tanda GN Namanya menerimanya melalui prosedur selayaknya yang harus dilalui setiap prajurit Kopassus.  Setelah resmi menjadi prajurit Kopassus, GN Namanya naik helikopter dari Cilacap ke Kartosuro (Markas Grup 2 Kopassus).

Masih berbaret merah, pakai loreng, darah mengalir, masih pakai hitam-hitam samaran dan masih bau lumpur, GN Namanya langsung menuju makam kedua orang tuanya di Solo. Di depan makam kedua orang tuanya itu GN Namanya memberi hormat dan menyampaikan, ”Ibu saya sudah menunaikan tugas.”

Dan itu terjadi saat Gatot berusia 55 tahun. Tulisan itu saya kutip dari Majalah FORUM KEADILAN Edisi 08.

Berikut dokumentasi videonya dari Net.tv

 https://youtu.be/ZT7Y9X-0ui8 

atau di sini: https://www.facebook.com/militermeter/videos/1220375028001925/ 

Lantas kini GN Namanya sedang bersinar, terlepas banyak yang suka dan tidak kini GN Namanya adalah adalah harapan. Harapan kedepan. Tapi saya tidak yakin bahwa dia akan lancar jika akan maju di Pilpres 2019, sebab partai-partai mana yang akan minang atau melirik kita tidak tahu. GN Namanya menang Eduuuunnnn Jenderal yang satu ini….Ah maaf ini cuma analisa kecil, semoga saja benar. GN Namanya….Salut!!!

*) ANALIS PUSAT KAJIAN KOMUNIKASI POLITIK INDONESIA (PKKPI)

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.