Ada Apa dengan Ananda Sukarlan (selanjutnya AADAS)?
AADAS saya hanya ingin menuliskan ini saja. Awalnya saya tak minat berkomentar atas kasus yang katanya ada adegan walk out saat tamu yang diundang resmi Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedanmemberikan sambutan.
Satu peristiwa yang sampai kini hangat dan menjadi viral tak bertepi. Terus terang kata lagi awalnya tak terusik namun kok nampaknya hal ini patut dipertanyakan juga kenapa sang maestro piano ini. Maka judulnya AADAS saya tulis. Dari pagi sampai akhirnya tulisan ini muncul saya menerima banyak data viral yang nyaris sama dari sejumlah Group Whatsapp. Viral sejumlah tulisan ini isinya beragam datang berkomentar tentang walk out pianis yang tinggal di Spanyol itu dan sering bolak-balik ke Indonesia kalau ada Konser atau bikin konser.
Sejumlah orang tenar yang berkomentar datang dari alumni Kolese Kanisius, Erros Djarot, Alhadi Muhammad, Agnes Marcellina, Zeng Wei Zian atau biasa disapa Ken Ken sampai Romo Franz Magnis Suseno (Romo Magniz) itu yang termonitoring datanya di viral dunia media social saya.
Saat tulisan ini dibuat saya baru beberapa jam menerima dua video yang merekam dua peristiwa dalam acara 90 tahun Kolese Kanisius. Video itu dikirim kawan saya seorang jurnalis senior sebuah TV ternama di tanah air.
Dalam video pertama yang berdurasi 2.14 menit berisi kedatangan Anies baswedan sampai ke Pidato yang cerdas menyambut perayaan 100 tahun Kolese Kanisius. Acara ini di ruang di Jakarta-Expo Kemayoran itu saat Anies datang yang berpakaian batik bunga-bunga Anies disambut sejumlah romo berpakaian putih-putih, nampak mereka santun menyambut tamunya.
Aula itu ditaksir dipenuhi 1000an undangan, karena riuhnya begitu mengema. MC atau pembawa acara mengumumkan selamat datang Gubernur Jakarta Anies Rasjid Baswedan. Dalam sambutan pidato Anies sangat manis dan cerdas. Ia membawa semangat untuk Kolase Kanisius dan mengajak warga Jakarta untuk bisa meningkat mutu pendidikan, Jakarta masa depan lebih baik dan akhirnya Jakarta menjadi simbol dari bagi persatuan kebhinekaan Indonesia.
Usai Pidato Anies mendapat sambutan tepuk tangan yang luar biasa. Ia dengan tenang dan saat sudah turun podium sejumlah Romo menyambutnya sama speerti saat dia bartu masuk Aula.
Benar kata Romo Magniz bukan salah Panitia. Dan menurutnya memalukan dan sangat disesalkan. Yaitu, begitu Gubernur bicara, sebagian besar hadirin, mengikuti Bapak Ananda Sukarlan, meninggalkan ruang. Andaikata Gubernur mengatakan sesuatu yang tidak senonoh/jahat/menghina, walkout dapat dibenarkan.
Foto-foto Anies disambut di acara Kalose Kanisius /sumber video/ist
“Tetapi walkout kemarin menunjukkan permusuhan terhadap pribadi Gubernur merupakan suatu penghinaan publik. Kok bisa? Di negara mana pun, di luar pertemuan polltik, hal itu jarang terjadi,” demikian tulisanya yang sedang viral.
Romo Magniz bahkan kutip Abdillah Toha: apakah, dengan kejadian ini diviralkan, “justru tidak menjadi counter productive dan akan mempertajam permusuhan di negeri yang sudah rentan intoleransi itu?”
Budayawan Eros Djarot berkomentar bagi Pianis terkenal Ananda Sukarlan,
Apakah walk out meninggalkan tempat duduk saat tamu yang diundang memberikan sambutan…juga termasuk nilai-nilai yang diajarkan oleh perguruan Kanisius???
Bahkan dengan pengetahuan keagamaan terbatas, merujuk pada perilaku dan ajaran Jesus Kristus sang penebar kasih, penebar damai.. dan sang pemaaf yang luar biasa kebesaran hatinya….’kekerasan’ budaya yang dilakukan teman-teman saat walkout ketika seorang Gubernur sebagai tamu diundang memberi sambutan…saya yakini bukan ajaran dan perilaku yg berpijak pada ajaran sang Juru Selamat…yang begitu indah dan menghadiahkan kepada kehidupan ini musik yg penuh cinta kasih sehingga setiap telinga yang mendengar akan merasakan betapa damai itu indah…memaafkan itu indah…menebar kasih itu indah…!
“Maaf…saya terpaksa menulis pendapat saya ini setelah menerima postingan dari seorang teman yg seakan bangga terhadap walk out ala sahabat saya yang terhormat, komposer dan pianis hebat, maestro Ananda Sukarlan,” tulis Erros.
Ini kritik dari seorang sahabat yang bermusik hanya dengan pengetahuan dan kebisaan yang sangat sederhana dan terbatas, tapi menjadi pengagum Jesus sang pejuang kemanusiaan yang penuh damai sehingga layak saya jadikan sumber inspirasi di banyak lagu-lagu yang saya ciptakan…. Sekalipun saya pengikut Muhammad SAW. “Maafkan jika saya salah,” katanya.
Lagi-lagi saya katakan AADAS? Kenapa begitu. Untuk itu saya lihat video kedua dimana Ananda yang mengaku tidak berpolitik, sebenarnya sedang bermain-main di politik baper (bawa perasan) yang tak pernah lepas akibat sang mantan kalah. Ini dibuktikan di kicauannya di linimas twitter @anandasukarlan Memang. Saya masih cinta mantan, yaitu koh ahok. Semua org akan lakukan ini utk seseorg yg dicintai tapi tidak bisa didapatkan, bro
Dalam video berdurasi 1.38 menit ini diklaim sebagai Pidato pianis dan musisi kelas dunia milik Indonesia tentang “Perbedaan dan Keberagaman”. Ini bagi saya sah saja kalau klaim itu. Dan harusnya buktikan perbedaan dan keberagaman itu tidak harus WO kenapa karena kalau lihat Videonya Anies jelas dan tegas. Ia membawa semangat untuk Kolase Kanisius dan mengajak warga Jakarta untuk bisa meningkat mutu pendidikan, Jakarta masa depan lebih baik dan akhirnya Jakarta menjadi simbol dari bagi persatuan kebhinekaan Indonesia. Nah loh bung. Saya katakan AADAS?
Jadi kiranya sebagai seniman kelas dunia, Anda harusnya legowo dan juga harus berlapang dada bro, jangan begitulah. Toh Anies tidak benci Anda loh lantas kenapa Anda “seolah-olah” benci Anies karena jagoan Anda kalah di Pilkada. Atau Anda yang mengklaim bahwa inisiatif sendiri WO itu ikuti jejak Djarot yang tdiak mau hadir dalam pelantikan Gubernur karena sakit hati kalah? Saya tak meminta alibi Anda tapi jika Anda mau bantah tulisan saya ya silakan saya tunggu dan seperti biasa Anda kirim acara ke media SENI saya. Ok Bro…???
-AENDRA MEDITA, penulis biasa, manusia biasa