Kabar bahwa DPP Partai Golkar mencabut dukungan bagi Ridwan Kamil sebagai calon gubernur dalam Pemilihan Gubernur Jawa Barat (Pilgub Jabar) 2018. Lumayan mengejutkan. Tapi tak seseram “gagal”-nya Ridwan Kamil untuk maju ke Gedung Sate.
Pencabutan dukungan ini dilakukan Golkar menjelang Musyawarah Nasional Luar Biasa (Munaslub) yang digelar untuk mengukuhkan Airlangga Hartarto sebagai Ketua Umum menggantikan Setya Novanto. Pencabutan dukungan Ridwan Kamil beredar luas dan hampir semua kalangan kaget. Kagetnya karena Golkar nikin manuver ini ditengah-tengah usai aksi #pedulipalestine.
Surat keputusan DPP Partai Golkar tertanggal Minggu 17 Desember 2017) bernomor R-552/GOLKAR/XII/2017 itu ditandatangani Ketum Airlangga Hartarto dan Sekjen Idrus Marham. Dalam surat itu, DPP Golkar menindaklanjuti syarat dukungan yang diberikan kepada Ridwan Kamil, yakni untuk segera menetapkan pasangan calon wakilnya, Daniel Mutaqien Syafiuddin sampai batas waktu 25 November 2017. Namun sampai batas waktu dimaksud, bahkan sampai saat ini, Ridwan Kamil belum memutuskan calon wakilnya sebagaimana tertuang dalam surat rekomendasi saat itu ditanda tangan Ketum Setya Novanto dan Sekjennya Masih Idrus Marham dengan Nomor R-485/GOLKAR/X/2017.
Atas dasar itu, DPP Golkar memutuskan untuk mencabut dan menyatakan tidak berlaku surat rekomendasi dukungan tertanggal 24 Oktober 2017 tersebut.
Selain itu, DPP Golkar juga akan menyampaikan pencabutan dukungan ini kepada Ridwan Kamil, Daniel Mutaqien, serta pihak-pihak terkait.
Ketua Badan Pemenangan Pemilu (Bappilu) DPD Golkar Jawa Barat MQ Iswara mengatakan, Ketua DPD Golkar Jabar Dedi Mulyadi sudah mengetahui soal pencabutan dukungan terhadap Ridwan Kamil di Pilgub Jabar 2018. Dan Dedy Mulyadi sudah mengetahui adanya surat ini. Saat ini Dedi Mulyadi ada di Jakarta untuk mengikuti Rapimnas dan Munaslub Golkar yang berlangsung hari ini sampai Kamis, kata Iswara kepada media Ahad (17/12) malam.
DPD Golkar Jabar menerima surat keputusan pencabutan dukungan dari DPP Golkar. Alasan pencabutan yang disampaikan sudah tertuang dalam surat keputusan tersebut diatas tadi.
Politik itu harus cepat. Kegagalan Ridwan Kamil karena tidak cepat, menurut Waksekjen bahwa salah satu alasan Golkar mencabut dukungan ke Ridwan Kamil adalah karena Emil tak kunjung menunjuk Daniel Muttaqien sebagai Cawagub. Padahal, Golkar telah memberi waktu Emil hingga 25 November 2017 untuk menentukan Cawagub. “Tidak ada dinamika, semua setuju (dukungan untuk Emil dicabut),” jelas Wasekjen Golkar katanya di kutip Kumparan. Inilah yang mungkin dianggap tidak cepat, bayangkan menentukan Wakil Emil alot. bahkan partai pendukung lain dari PPP sebenarnya sudah sempat menegur Emil tentang keputusan Wakil ituitu dan sempat mengancam tarik dukungan
Nah apakah sosok Ridwan Kamil yang bermimpi ke Gedung Sate akan kandas di Pilgub Jabar 2018?
Analisa saya kasus pencabutan ini bukan jalan buntu atau malah bikin Ridwan Kamil patah arang. Karena Ridwan Kamil adalah sosok yang sebenarnya sudah mumpuni. Kepedeannya tak usah diragukan lagi. Ia sudah Deklarasi lebih dulu bahwa ingin maju jadi Gubernur Jabar bersama Nasdem. Bahkan beredar video di salah satu pesantren kenapa dia mau maju di usung partai Nasdem, karena ada alasannya pertama Nasdem Punya Media dan Nasdem ada Kejaksaan Agung. (baca: http://jabarhiji.com/2017/05/20/inilah-video-ridwan-kamil-mengaku-ingin-maju-ke-gedung-sate-bersama-nasdem-karena-punya-media-dan-kejaksaan/)
Hal lainnya sosok Ridwan Kamil mungkin paling siap maju di bursa Pilgub Jabar 2018. Namanya populer bukan sekadar di kota Bandung. Dia sangat moncer di dunia maya, karena selain paling gaul di sosmed. Dia juga punya ide-ide baik dalam penataan kota. Misalnya kota Bandung yang banyak taman-taman. Meski yang lainnya agak terbengkalai, semisal pedagang kali lima (PKL) Cicadas dan Pagarsih atau Astana Anyar yang sampai kini di Bandung masih sarumpek alais kumuh. Tapi konsep BDG Juara adalah idenya dan BDG JUARA cukup dengan menutup para PKL Cicadas itu dengan Spanduk Digital Printing membentang di sekitar Cicadas Ahmad Yani. Tapi kini Cicadas tetap berlalu, konsep tekno bergerak di Bandung Timur dan rencana mimpi yang hebat. Belum lama beredar bahwa ada Kiara Artha yang akan di bangun di pojokan Jalan Jakarta Bandung dibawah jembatan terkenal Antapani.
Sumber saya di lingkarannya bahwa semua sedang dipersiapkan penataannya untuk semua. Baik PKL, Tekno dan konsep lain agar Bandung tidak heuring ku tangtu (Padat berdiri) dan kumuh.
Sosok Ridwan Kamil atau disapa Kang Emil. Sosok walikota satu ini sangat terkenal di kalangan masyarakat Bandung sebagai pemimpin yang membawa perubahan bagi kota Bandung, begitu tulis sebuah media online dalam lamannya yang dibaca cukup banyak.
Lahir di Bandung pada tanggal 4 Oktober 1971, ia paling suka imajinasi sejak masa kecil bacaannya komik dan melihat foto kota-kota dunia. Maka tak heran di Institut Teknologi Bandung (ITB) ia kuliah jurusan Teknik Arsitektur 1990 dan lulus 1995.
Lulus dari ITB, ia bekerja di Amerika Serikat dan mendapat Beasiswa di University of California, Berkeley untuk S2 di Univesitas tersebut. Ia mendirikan Urbane, firma yang bergerak dalam bidang jasa konsultan perencanaan, arsitektur dan desain, sejumlah gedung di Jakarta dia arsiteki. Ia menjabat sebagai Prinsipal PT. Urbane Indonesia, Dosen Jurusan Teknik Arsitektur Institut Teknologi Bandung, serta Senior Urban Design Consultant SOM, EDAW (Hong Kong & San Francisco), dan SAA (Singapura). Namanya makin moncer saat ia ikut kompetisi di bidang desian arsitektur tingkat nasional seperti Juara 1 kompetisi desain Museum Tsunami di Nangro Aceh Darrussalam tahun 2007, Juara 1 kompetisi desain kampus 1 Universitas Tarumanegara tahun 2007, Juara 1 kompetisi desain Fakultas Ilmu Budaya di Universitas Indonesia tahun 2009, juara 1 kompetisi desain Sanggar Nagari di Kota Baru Parahyangan di Kabupaten Bandung Barat dan juara 1 kompetisi desain Pusat Seni dan Sekolah Seni di Universitas Indonesia tahun 2009.
Ridwan kamil kini Walikota Bandung berpasangan dengan Oded dari PKS.Saat menjadi Walikota Bandung dia diusung Partai Gerindra dan PKS bersama Wakilnya dan mengalahkan Istri Walikota Dada Rosada bersama Petahana Wakil Walikota Ayi Vivanda juga mengalahkan Sekda dan pasangan Independen lainnya.
Dan kini sejak Partai NasDem resmi mendeklarasikan Ridwan Kamil sebagai kandidat calon gubernur Jawa Barat 2018-2023 di Monumen Bandung Lautan Api, Tegalega, Kota Bandung. Rupanya Emil banyak jalan ke liling Jabar, mulai dari pesantren-pesantren. Lalu tugasnya jadi Walikota bagaimana? Info yang terpercaya, dipercayakan ke Sekda Kota Bandung yang juga dikabarkan akan maju jadi Walikota Bandung 2018-2023.
Lalu bagaimana bursa pertarungan PILKADA #JABAR2018 saat ini dan andai-andai saja Ridwan Kamil Jadi Gubernur Jabar pertama dia harus digandeng partai lain. Karena Partai Nasional Demokrat (Nasdem) hanya 5 kursi. Aturan Komisi Pemilihan Umum (KPU), di Jawa Barat sendiri syarat calon yang diusung parpol harus memiliki 20 persen jumlah perolehan kursi di DPRD Jabar atau 25 persen perolehan suara parpol atau gabungan parpol.
Data dari hasil Pemilu Legislatif 2014 di Jabar, menyebut bahwa perolehan jumlah kursi Partai NasDem yakni 5 kursi. Mau tidak mau Nasdem harus berkoalisi dengan partai lain jika ingin mengusung Emil.
Sekadar gambaran saja catatan, dari hasil Pemilu Legislatif 2014 di Jabar, ada 100 kursi yang diisi oleh 10 partai politik. Jumlah kursi tertinggi di DPRD Jabar diraih oleh PDIP dengan jumlah 20 kursi. Setelah itu Partai Golkar dengan jumlah 17 kursi, disusul PKS 12 kursi, Demokrat 12 kursi dan Gerindra 11 kursi, PPP memiliki 9 kursi, PKB 7 kursi, NasDem 5 kursi, PAN 4 kursi dan Hanura 3 kursi.
Jadi jelas paling tidak Emil harus didukung 2-3 partai lagi. Siapa saja yang minat sya belum tahu.
Sementara andaikan sudah ada dan siap daftar maju di pertarungan Pilkada maka pesannya sangat simple warga Jabar tidak butuh janji dan juga bukan warga yang terbuai mimpi di Jabar ini. Bisakah Emil menjalani kenyataan ini?
Lalu siapa kira-kira wakil yang cocok buat Emil? Jawabanya ya harus dari partai agar suara usungan dia jadi banyak bisa ikut berpilkada 2018.
Itulah kira-kira sosok Emil eh Ridwan Kamil yang kini Walikota Bandung. Dan semoga saja Emil mendapat dukungan partai lain jika maju karena kursi Nasdem kurang sehingga syarat terpenuhi.
Ingatlah ada istilah yang keren saat ini di Pilkada “Suka partainya tidak suka calonnya atau suka calonnya tidak suka partainya.” Hmmm pelajaran politik dari semua yang ada dalam Pilkada saat ini. bukan begitu Kang Emil….Untuk itu ikuti terus serial ini. dan bagian berikutnya.
Baca juga PILKADA #JABAR2018: Berandai-Andai Dedi Mulyadi Jadi Gubernur Jabar (Bagian 4 dari 8 Bagian)
*) Anggota Pusat Kajian Komunikasi Politik Indonesia (PKKPI) dan Warga Jawa Barat.