PRIBUMINEWS.CO.ID – Indonesia dari sejak dulu kala sudah terkenal ke seantero dunia tanahnya subur makmur gemah ripah loh jinawi, tak urung kekayaan alam negeri Jamrud Khatulistiwa ini menjadi magnet yang kuat bagi pedagang-pedagang Spanyol, Portugis , Inggris, hingga Walanda untuk datang mencari rempah-rempah ke nusantara. Hingga akhirnya mitra-mitra dagang yang serakah tersebut berubah jadi penjajah. Tapi sayang sesudah jaman merdeka kekayaan sumber daya alam (SDA) kita tidak dikelola dengan baik, jangankan dikembangkan malah tanah yang subur makmur ini ditanami tembok-tembok beton, perumahan dan pabrik-pabrik dan dampak dari alih fungsi lahan yang serampangan ini sekarang pun sudah sudah terasa, dari mulai diserang polusi udara dan air sungai tercemar limbah industri, banjir di perkotaan, tatanan sosial dan budaya berantakan dan bangsa kita jadi kuli di negeri sendiri, jadi bangsa pembeli, lihat saja Negara agraris ini kini mengimport ratusan ribu ton bahkan jutaan ton beras dari Thailand dan Vietnam. Sungguh Ironis!
Hal demikian juga termasuk daerah Garut yang sudah sejak dulu sangat terkenal jadi daerah pertanian yang indah dan subur hingga Tuan-tuan Walanda menyebut Garut “Swis Van Java”.
Kebetulan wartawan bertemu dengan mantan Bupati Garut H. Aceng Fikri, S.Ag yang sekarang jadi anggota MPR/DPD RI di suatu acara Diskusi komunitas EDAS (Eksplorasi Dinamika dan Analisis Sosial) di Bale M Cave Arcamanik Endah (20/5/2018).
Kata Aceng ketika menjabat bupati , daerah Garut adalah salahsatu basis pertanian dari 27 kabupaten di Jabar. Dalam Rencana Umum Tata Ruangnya tidak boleh dirobah dialihpungsi lahankan. Tapi ketika Aceng pensiun, Dia heran di Kecamatan Leles ujug-ujug ada pabrik sepatu serta pabrik lainnya, dan terus berkembang hingga ke daerah lainnya seperti Limbangan dan Malangbong, “ Ah sepertinya sangat besar keuntungannya ya”, sindir Aceng
Aceng pun bingung menyaksikan semua ini, apakah perubahan perda alih fungsi lahan itu niatnya hanya sekedar pamer gengsi jadi prestise punya daerah/kota yang banyak industrinya, “Padahal yang namanya daerah industri itu belum bisa dikatakan daerah maju loh, sebaliknya negara Vietnam dan Thailand lebih fokus ke pertanian tapi pertumbuhan ekonominya sangat pesat. Kenapa Indonesia yang jelas-jelas negara agraris memaksakan diri jadi negara industri, “
Menurut Aceng dalam Rencana Umum Tata Ruang itu sudah jelas pabrik, perumahan, pertokoan sudah ditata rapih ditempatkan dalam tempatnya masing-masing. Tapi dengan adanya revisi Perda jadi berubah. Tapi motivasinya apa, apa untuk kepentingan rezim sekarang atau kepentingan pemilik modal? Inilah yang menjadi pertanyaan kita.
”Nu jelas saya tidak rela industrialisasi jadi trade mark Garut yang sudah sejak jaman Walanda terkenal dengan sebutan Swiss Van Java.
Oleh karena itu saya mengajak bukan ke orang Garut saja tapi kum ke daerah di Indonesia mari kira rubah cara berfikir kita, tidak selalu di era digital ini kita harus merubah daerah pertanian menjadi daerah industri. Percumah saja jadi daerah industri juga kalau hanya merusak industri dan menyengsarakan masarakat dan lingkungan mah. Contohlah Negara Thailand, Vietnam, Malaysia, bahkan Eropa yang mengandalkan pertanian tapi masyarakatnya sejahtera. Katanya pasti. Menurut Aceng industri banyak risikonya, butuh lahan yan sangat luas, belum dampak polusinya yang mengancam kesehatan dan lingkungan hidup serta tatanan budaya dan sosial pun terancam.
Jadi kata Aceng kalau memang cocok buat pertanian kenapa dirobah, tinggal dikelola saja secara serius, petaninya dididik jadi ahli pertanian seperti para petani di kampungnya yang mengelola pilot project menanam cabe dan kentang bekerjasama dengan Indofood, sudah jelas prosfeknya. “Coba kalau dimekarkan dari 421 desa yang ada di kabupaten Garut menanam berbagai produk unggulan perrtanian, pan hebat bisa mensejahterakan rakyat, katanya .
Akhirnya Aceng berharap harus betul-betul dipikirkan dan ada perubahan dari perda yang bernimpi seolah industri bisa menekan angka pengangguran sebaliknya akibat buruk dari industri ke depannya tidak menutup kemungkinan negara kita akan jadi pangsa pasar dunia, jadi pembuangan limbah sedunia sebab teknologi robotik sudah masif jadi standarisasi industri dunia yang akan mengakibatkan meningkatnya angka pengangguran masal di Negara kita.***LAPORAN BIRO JABAR Asep GP