OLEH Tb Ardi Januar
Dari sekian banyak tempat yang menghelat pemilihan kepala daerah kemarin, Jawa Barat menjadi provinsi yang paling ramai diperbincangkan. Pasalnya, banyak kejutan dan pemandangan yang tak masuk akal di sana.
Berdasarkan hitungan cepat (quick count), pasangan Sudrajat-Syaikhu (Asyik) dan Ridwan-Uu (Rindu) bersaing ketat di semua penjuru. Selisih suara keduanya pun sangat tipis. Ada yang memenangkan Asyik, ada juga yang memenangkan Rindu.
Di sisi lain, Pilgub Jabar juga membawa tamparan keras bagi sejumlah lembaga survei ternama yang kerap merilis hasil penelitiannya menjelang pemilihan digelar. Hasil survei yang mereka paparkan, tidak ada yang sama dengan kenyataan di lapangan saat hari pencoblosan.
PASANGAN ASYIK TIDAK PERNAH MEREKA PERHITUNGKAN. BAHKAN MEREKA MENEMPATKAN PASANGAN YANG DIUSUNG GERINDRA DAN PKS INI DENGAN RAIHAN ELEKTABILITAS HANYA LIMA PERSEN. BAHKAN ADA JUGA YANG TEGA MENEMPATKAN TIGA PERSEN SAJA. ENTAH SIAPA RESPONDEN MEREKA. DAN ENTAH UNTUK SIAPA MEREKA BEKERJA.
Pasangan Asyik yang kerap mereka degradasi secara posisi ternyata memiliki perolehan suara cukup tinggi. Lima bahkan enam kali lipat raihan dari yang mereka prediksi. Asyik bersaing ketat dengan Rindu dan mengalahkan Deddy-Dedi.
Setelah gagal menganalisa pertarungan, para lembaga survei ini kembali merilis hasil hitung cepat di sejumlah lembaga penyiaran. Mereka mendaulat pasangan Rindu sebagai pemenang. Asyik kembali tidak diunggulkan. Sumber penilaiannya hanya dari beberapa tempat coblosan.
HASIL HITUNG CEPAT MEREKA LANGSUNG DIJADIKAN LEGITIMASI PASANGAN RINDU DALAM MERAIH KEMENANGAN. MULAI DARI SUJUD SYUKUR HINGGA PIDATO KEMENANGAN DILAKUKAN. PADAHAL KPU JAWA BARAT BELUM MEMUTUSKAN SIAPA YANG RESMI MENJADI PEMENANG. TERLEBIH SELISIH ANGKA TERBILANG SANGAT RISKAN.
Perhitungan cepat versi mereka telah menggiring opini dan menciptakan persepsi publik bahwa Asyik kalah dan Rindu lah yang menang. Ucapan selamat kepada Rindu sudah bertebaran dan berdatangan. Ini berbahaya. Apa jadinya nanti bila hasil real count tidak sejalan dengan quick count?
Bila benar terjadi tentu akan menimbulkan gejolak dan polemik baru di Jawa Barat. Dengan selisih yang sangat tipis, seharusnya Ridwan Kamil bersikap seperti Sudrajat. Mampu menahan diri, tidak mengklaim kemenangan sepihak dan sabar menunggu hasil real count dari penyelenggara resmi yakni KPU. Sayang, Emil tidak sampai berpikir ke arah sana.
JAWA BARAT MEMILIKI 74 RIBU LEBIH TPS YANG TERSEBAR HINGGA PELOSOK DESA. DAN HASIL QUICK COUNT DARI LEMBAGA SURVEI HANYA BERSUMBER DARI SEBAGIAN KECIL TPS . 10 PERSEN SAJA BARANGKALI TIDAK SAMPAI. LANTAS BAGAIMANA BISA HASILNYA DIJADIKAN PEGANGAN? APALAGI SELISIH RAIHAN SANGAT KETAT.
Jerman adalah tim sepakbola yang dijagokan banyak pengamat bahkan mungkin diunggulkan lembaga survei. Tapi kenyataan tadi malam Jerman harus pulang duluan setelah disingkirkan Korea Selatan. Dan yang menyatakan Jerman tersingkir adalah perangkat pertandingan. Bukan pengamat apalagi lembaga survei.
Jadi bagaimana baiknya kita menyikapi Pilgub Jabar saat ini? Siapakah yang resmi menjadi pemenang dan memimpin Jabar lima tahun ke depan? Jawabannya, tunggu saja pengumuman resmi dari KPU.
UNTUK PILGUB JAWA BARAT, KITA JANGAN MAU DAN TIDAK PERLU PERCAYA HASIL QUICK COUNT DARI LEMBAGA SURVEI. BAGAIMANA MUNGKIN KITA HARUS PERCAYA HITUNGAN MEREKA, SEDANGKAN ANALISA DAN PREDIKSI MEREKA SEBELUM COBLOSAN SAJA NGAWUR DAN NGELANTUR.
Pesan saya kepada KPU Jawa Barat, teruslah menghitung manual secara jujur dan profesional. Jangan terpengaruh dan terbebani pemberitaan yang berkembang. Sedangkan untuk para saksi dan relawan, awasi terus proses perhitungan. Jangan biarkan ada pihak-pihak yang ingin melakukan kecurangan dengan cara pengurangan atau penggelembungan.
Saya pendukung Asyik. Selalu siap menang dan siap kalah. Itu bentuk komitmen dalam berdemokrasi. Tulisan ini bukan untuk mengklaim kemenangan apalagi mengakui kekalahan, tetapi untuk menjaga nalar dan kewarasan. Bahwa Asyik dan Rindu sampai saat ini masih kejar-kejaran. Hasil akhirnya belum ketahuan dan belum bisa diumumkan.
Kalau enggak percaya tanya saja sama Iwan Bule.