PRIBUINEWS.CO.ID – Akademisi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta Muhamad WIldan MA PhD menegaskan, bahwa berbagai kalangan melihat dan menilai Rizal Ramli PhD ( capres rakyat) merupakan sosok kuda hitam pilpres 2019 setelah munculnya Jokowi dan Prabowo. Apalagi problem besar Indonesia menuju Pilpres 2019 adalah masalah ekonomi dimana kini rupiah merosot dan daya beli rakyat melemah. ”RR bisa jadi kuda hitam 2019 yang mencuat setelah nama Jokowi dan Prabowo muncul lebih dulu,”tutur dosen UIN Yogyakarta lulusan Leiden University, Belanda itu.
M WIldan MA PhD
Kesan saya, bahwa Pak Jokowi nampaknya kurang didukung ummat 212, namun saya melihat kelompok ummat 212 itu terpecah belah karena perbedaan kepentingan. ‘’ Ummat 212 condong mendukung Prabowo, namun di luar itu, ada jutaan massa NU-Muhammadiyah yang bisa saja memberi suara ke Jokowi, Prabowo, RR dan Pak Amien Rais secara bebas. Dalam soal ekonomi, nilai lebih RR adalah dia ekonom senior dengan gagasan pembaruan yang kuat untuk bangsa,’’ ujar WIldan, mantan peneliti tamu di Marburg University, Jerman.
Media mengungkapkan bahwa RR bebas dari kubu-kubu Islam politik karena RR merupakan tokoh yang berdiri di atas semua golongan saat ini, dan dia anggota keluarga besar Pesantren Pondok Gontor Ponorogo dan ‘ sosok asuhan politik Gus Dur Pesantren Tebu Ireng Jombang yang para santerinya bergerak mendukung RR ke Pilpres 2019.
Mantan Menko Perekonomian/mantan Menko Kemaritiman Rizal Ramli PhD adalah anak NU-Muhammadiyah karena ayah ibunya pengurus Muhammadiyah Sumatera Barat dan dia juga anggota keluarga Pesantren Tebu Ireng Gus Dur. Dan, dia anggota Keluarga Besar Pondok Gontor pimpinan Gontor Pusat KH. Hasan Abdullah Sahal. Rizal Ramli adalah bagian dari keluarga Gus Dur Pesantren Tebu Ireng Jombang, sebagai orang pergerakan yang panjang, pahit, penuh duri dan berliku sejak masa kanak sampai menjadi mahasiswa ITB, nyantri kilat di Pondok Gontor, studi ke Sophia University Tokyo dan PhD dari Boston University, AS.
Untuk bisa kuliah di ITB, Rizal Ramli yang sejak kecil yatim piatu, di masa remajanya harus bekerja sebagai buruh percetakan di Jakarta guna mendapat uang untuk studi di ITB yang berhasil dia jalani sebagai demonstran mahasiswa. Bahkan RR dipenjara di Sukamiskin oleh rezim Orde Baru kurun 1977/78 karena aksinya menentang ketidakadilan, kesenjangan tajam dan otoriterisme Orba waktu itu. |KFTS/PRB