PRIBUMINEWS.CO.ID – Berita media mainstream dan online hari Kamis (2/8) tentang pelaksana tugas (Plt) Direktur Utama (Dirut) PT Pertamina (Persero) Nicke Widyawati dan Kepala Satuan Kerja Khusus Pelaksana Kegiatan Usaha Hulu Migas (SKK Migas) Amien Sunaryadi yang dikabarkan menjadi kandidat kuat pengisi posisi Dirut Pertamina yang definitif.
Bahkan Nicke telah menemui Presiden Joko Widodo (Jokowi) pada Kamis siang (2/8) pukul 13.00 WIB di Istana Merdeka yang berlangsung kurang lebih satu jam, yang salah satu tujuannya membahas beberapa proyek kilang minyak yang digarap Pertamina seperti di Balikpapan dan Tuban yang diminta Presiden Jokowi dijalankan sesuai rencana.
Pendiri eSPeKaPe (Solidaritas Pensiunan Karyawan Pertamina) Teddy Syamsuri menyikapinya dengan enteng dan meyakini bakal adanya keberlanjutannya neraca keuangan badan usaha milik negara (BUMN) bidang minyak dan gas bumi (migas) tetap akan bermasalah.
Sementara Juru Bicara (Jubir) Presiden Jokowi, Johan Budi menyatakan tidak tahu menahu mengenai alasan Presiden Jokowi memanggil Plt Dirut Pertamina Nicke. Memperkuat sikap Teddy Syamsuri yang Jubir Gerakan Spirit ’66 Bangkit (GS66B) bahwa kedatangan Nicke menghadap Presiden di Istana Merdeka diperkirakan tidak terkait erat dengan kuatnya nama Nicke bakal menjadi Dirut Pertamina yang definitif.
Namun jika hal kabar kuatnya nama Nicke terpilih menjadi Dirut Pertamina yang baru oleh Presiden Jokowi sebagai Ketua Tim Penilaian Akhir (TPA) untuk jabatan Dirut Pertamina kemudian menjadi benar adanya, Teddy yang juga Ketua Umum Lintasan ’66 (Lembaga Informasi dan Komunikasi Pembangunan Solidaritas Angkatan 1966) dengan tegas menyatakan bahwa perusahaan National Oil Company (NOC) yang lahir sejak 10 Desember 1957 tinggal tunggu kehancuran.
“Pilihan Dirut Pertamina yang definitif yang bukan ahlinya, diyakini perusahaan Pertamina yang didirikan 61 tahun itu hanya tinggal menunggu kehancuran,” kata dalam rilisnya yang diterima Redaksi, (3/8/18).
Mungkin publik masih belum lupa ada isu aset Pertamina akan dijual hanya karena neraca keuangan korporasinya berdarah-darah, yang oleh Federasi Serikat Pekerja Pertamina Bersatu (FSPPB) menganggap kebijakan dari Menteri BUMN Rini Mariani Soemarno dan dituntut oleh FSPPB untuk mundur dari jabatannya, pada realitanya justru Plt Dirut Pertamina Nicke yang berencana menjual sebagian aset namun perseroan masih menunggu restu Pemerintah, dalam hal ini Menteri BUMN. Dan surat Menteri BUMN yang beredar di ruang publik justru dimaksud jika Direksi Pertamina mau melakukan jual aset korporasinya, harus mendapatkan persetujuan dari pemegang saham dan melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) sesuai UU Perseroan Terbatas No 40 Tahun 2007 (UU PT), jelasnya.
Artinya menurut pandangan Pendiri eSPeKaPe, sudah ada niatan negatif Nicke untuk menjual sebagian aset Pertamina hanya karena untuk menstabilkan neraca keuangan korporasinya.
“Ini kan bukti betapa ringkihnya Nicke sebagai Plt Dirut Pertamina hanya karena adanya penugasan Pemerintah agar perusahaan menjual bahan bakar minyak (BBM) subsidi seperti premium dan solar dengan harga yang sama untuk masyarakat seluruh pelosok tanah air, begitu mudah ingin menjual sebagian aset perusahaan plat merah hanya karena untuk menanggulangi faktor kerugian yang timbul akibat harus memenuhi kebijakan keadilan sosial yang ditugasi oleh Pemerintah. Ini akan menjadi preseden buruk jika Nicke justru dipilih menjadi Dirut Pertamina yang definitif,” bebernya tanpa ada kepentingan apapun selain eSPeKaPe sebagai stakeholders merasa ada kewajiban dan tanggungjawab moralnya untuk mengawal Pertamina harga mati.
Apabila disimak dengan hati yang bersih dan otak yang sehat pada konteks neraca keuangan Pertamina yang sedang bermasalah dan bisa terancam bangkrut untuk bisa diantisipasi bahkan dapat terselesaikan dengan baik dan bisa menjadi kuat, hanya dapat dijalankan oleh sosok atau figur Dirut Pertamina yang pemberani dan bernyali, yang benar-benar ahlinya dan profesional.
“Dirut Pertamina bukan saja harus mampu menggenjot produksi sektor hulu dan meraih margin bisnis di sektor hilirnya, tapi harus mampu mendulang profit yang besar melalui inovasi kreatif bisnis migas secara internasional. Harus punya terobosan agar BUMN Pertamina tidak rugi apalagi bangkrut dan wajib memenuhi persediaan BBM untuk kepentingan terpenuhinya hajat hidup orang banyak serta yang dipergunakan untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat sesuai dengan UU BUMN,” beber Teddy.
Dengan demikian kedua nama kandidat Dirut Pertamina yang definitif, baik nama Nicke Widyawati maupun Amien Sunaryadi, dinilai Pendiri eSPeKaPe akan memperpanjang banyaknya permasalahan di Pertamina yang sulit terselesaikan dengan tuntas, apalagi keduanya belum ada komitmen bagaimana bisa Pertamina meraup laba sekitar Rp 56 trilyun setiap tahunnya.
“Boleh saja Nicke dan Amien dibilang termasuk ahli dan profesional, tapi menurut hemat eSPeKaPe hanya ‘jago kandang’ saja. Kedua sosok atau figur itu belum paham untuk mencari terobosan inovasi kreatif di bisnis migas internasional,” beber Teddy.
Jika ternyata dipaksakan terpilih salah satunya, jangan berharap impian Pertamina untuk menjadi World Class Energy Company bisa terwujud. “Sebaliknya bisa menuju kebangkrutan dan kelak anak cucu kita hanya bisa bercerita bahwa dulu Pertamina digjaya tapi kemudian nama perusahaan yang sempat berjaya itu hanya menjadi kenangan karena sudah tiada,”tandasnya. |RED/ATA