Sebagaimana diketahui gempa yang terjadi pada pukul 18.46 Wita itu terjadi di koordinat 8,37 Lintang Selatan (LS) dan 116,48 Bujur Timur (BT). Jonan mengatakan titik tersebut sudah berusia sekitar 10 juta hingga 600 ribu tahun yang lalu, atau dikenal dengan istilah Zaman Tersier hingga Zaman Kuarter.
“Pusat gempa berada di laut. Sebagian besar daerah tersebut tersusun oleh endapan gunung api berumur Tersier hingga Kuarter, sedimen dan metamorf Tersier sampai Pra Tersier,” kata dia, dalam keterangan tertulis, Minggu (5/8).
2. Endapan berusia jutaan tahun itu sudah lapuk
Jonan melanjutkan, endapan tersebut rawan gempa karena mengalami pelapukkan. Alhasil, gempa dari kedalaman 15 kilometer dan berjarak 27 kilometer dari timur laut Lombok Utara terjadi.
“Sebagian besar endapan tersebut telah tersesarkan dan terlapukkan. Pada endapan yang terlapukkan diperkirakan guncangan bumi akan lebih kuat, karena batuan ini bersifat urai, lepas, belum kompak dan memperkuat efek getaran, sehingga rentan terhadap guncangan gempa bumi,” terang dia.
3. Gempa susulan hingga tsunami berpotensi terjadi
Berdasarkan posisi dan kedalaman gempa, diperkirakan sumber gempa berasosiasi dengan Flores Back Arc Thrust. Karena itu, sangat memungkinkan gempa susulan dan tsunami terjadi menyusul gempa utama.
“Menurut info dari Pos Pengamatan Gunung Api Agung, gempa bumi ini diperkirakan menimbulkan tsunami, sehingga dikeluarkan peringatan dini,” tutup Jonan. |ID/PRB/RED