KALAU MEMANG TERBAIK, KENAPA SMI TIDAK MENYAMBUT TANTANGAN DEBAT RIZAL RAMLI?

0
538
Sri Mulyani /ant


Oleh: Radhar Tribaskoro

“Karena prestasi-prestasi yang disebutkan The Banker itu sampah!” Jawab saya.

The Banker mengatakan bahwa SMI dianggap berhasil karena berhasil mengelola stabilitas keuangan di tengah bencana mendera. Saya bingung. Ini kualifikasi apaan? Di mana ada negara di dunia yang bangkrut karena alasan bencana? Hal yang tidak signifikan kenapa bisa menjadi kriteria?

Kedua, The Banker mengatakan bahwa SMI sukses karena berhasil mengelola resiko bencana melalui asuransi dsb. Kelaziman yang berlaku dalam pemberian penghargaan, seperti misalnya diterapkan oleh Panitia Nobel, penghargaan diberikan kepada seseorang berdasarkan kepada dampak (perbuatan atau kebijakannya), bukan dari rencananya. Skema asuransi bencana baru direalisasikan tahun lalu. Skema itu belum menunjukkan bukti, misalnya percepatan dan peningkatan kualitas pemulihan akibat fisik bencana, kepuasan rakyat terdampak bencana, maupun perbaikan mekanisme mitigasi bencana. Tentang semua itu model asuransi bencana SMI belum menghasilkan apa-apa.
Ini jelas alasan minor. Nilai asuransi itu hanya 15T. Bagaimana bisa efisiensi sebesar $1 milyar untuk negara sebesar Indonesia sudah bisa bikin tergetar bankir sedunia?

Ketiga, The Banker menyebutkan SMI sukses sebab berhasil melahirkan inovasi perpajakan. Itu sama sekali keliru. Sebuah inovasi haruslah memberikan dampak positif. Kenyataannya rasio pajak Indonesia 2018 hanya 9,2%, terendah dalam 45 tahun terakhir (Gede Sandra).

Jadi kenapa The Banker mau memberi penghargaan tanpa dasar yang layak? Tidakkah The Banker takut dianggap memperjual-belikan kredibilitasnya? Bagi kapitalis, jual-beli adalah sebuah metode dan bagi mereka tidak ada yang tidak bisa diperjual-belikan. Tetapi saya curiga bukan uang alasannya, melainkan ideologi. SMI adalah elemen kunci bagi tetap bercokolnya pengaruh neoliberal di Indonesia. SMI adalah penganut setia dan penjaga kepentingan kekuatan neoliberal terbesar di dunia: Bank Dunia dan IMF.

Maka ketika The Banker memberi penghargaan kepada SMI, itu sama dengan ketika tuan memberi pujian kepada budaknya. Pujian diberikan agar harga sang budak naik di pasaran, dan pada saat yang sama supaya budaknya itu mau bekerja lebih keras untuk sang tuan.

Karena alasan itulah Hitler memberi pujian kepada Mussolini dengan menyebutnya “kakak tertua” (fasisme Italia lahir lebih dulu ketimbang Jerman). Hitler terus melambungkan Mussolini sebagai setara dengan Julius Caesar, “…pewaris sah dari kaisar-kaisar termulia di masa lalu.”

APAKAH NEOLIBERALISME MENGAPA SMI PENTING

The Banker adalah media corong kaum neoliberal sedunia. Neoliberalisme adalah topik yang sangat luas mencakup sejarah, filsafat, politik, ekonomi, geografi dsb. Oleh karena itu neoliberalisme memiliki varian yang juga sangat luas yang dibedakan menurut variasi-variasi sejarah, filsafat, dsb. Pembahasan di sini hanya bersifat sketsa, bila diperlukan bisa dikembangkan lebih mendalam.

Ideologi neoliberal memiliki tujuan menjaga kepentingan orang-orang kaya. Neoliberal adalah salah satu Ideologi yang menempatkan demokrasi dan kapitalisme sebagai nilai-nilai utamanya. Menurut Tariq Ali, pada rejim yang menerapkan kapitalisme demokrasi, ideologi neoiiberal cenderung lebih mengetatkan regulasi kepada demokrasinya ketimbang kepada kapitalisnya (Tariq Ali).

Dalam kasus Indonesia, rejim neolib jokowi menerapkan regulasi yang ruwet dan berlapis-lapis untuk menghambat kebebasan berbicara yang merebak di dunia maya. Sementara itu orang-orang kaya menguasa aset-aset tanpa hambatan. Ketimpangan terus memburuk, tidak ada kebijakan pemerintah yang signifikan untuk memperluas dan meningkatkan kekayaan the bottom of the pyramid.

Rancangan utama prinsip-prinsip neoliberal adalah menyerang langsung demokrasi, kata Noam Chomsky. Tujuannya adalah untuk menciptakan suatu tempat dimana keuntungan menjadi milik pribadi tetapi kerugian menjadi beban sosial (Greg Palasz).

Neoliberalisme membikin sesak atmosfir dengan mempersempit ruang publik. Dikombinasikan dengan komersialisasi politik maka terciptalah kehidupan politik yang beracun dan tidak inspiratif – penuh dengan celoteh dan cemooh, kosong dari kesungguhan intelektual, penggiringan orang-orang dungu, manipulasi pemilu, dan skandal korporasi, selebritas politik dan media.

Pada pokoknya neoliberalisme menciptakan kondisi politik tanpa institusi yang memadai untuk menyokong demokratic public agar mampu menampilkan yang terbaik dari publik kita, yaitu gairah dari pengetahuan yang mendalam, perbincangan yang saling menghormati, kedaulatan yang aspiratif, dan pertahanan kokoh dari intervensi kekuasaan yang ingin merobohkannya (Wendy Brown).

Anda mau contoh? Baca wall facebook saya. Betapapun saya dan sejumlah teman menulis dengan serius, sejumlah orang memberi tanggapan yang serampangan dan secara intelektual tidak ada kesungguhannya.

Neoliberalisme adalah bendera yang ditancapkan para orang kaya. Ketika orang-orang kaya sedunia bersatu mereka membutuhkan komprador (budak, orang suruhan) di pusat-pusat pemerintahan dunia (IMF, Bank Dunia) dan pemerintahan nasional untuk menjaga agar benderanya itu tetap berkibar. Di Indonesia Sri Mulyani adalah salah satu komprador neolib.

Sekarang apakah anda masih heran kenapa orang-orang kaya di balik The Banker itu memberi Sri Mulyani penghargaan? Saya tidak.

SMI bisa membuktikan bahwa ia bukan komprador neolib kalau ia menerima ajakan debat Rizal Ramli, tokoh utama anti-neolib di Indonesia. Tetapi saya meragukan keberaniannya.

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.