Kembali saya menelan kekecewaan, dengan ketidak-hadiran para calon petahana DPD RI Dapil Jabar yaitu H. Oni Suwarman, Dra. Ir. Hj. Eni Sumarni, M.Kes dan Ir. H. Ayi Hambali. Yang saya tahu sejak awal pencalonan, lebih 1 tahun lalu, dalam berbagai pertemuan, deklarasi kampanye damai yang diadakan KPUD Jabar; sampai acara silaturahmi Pemilu Damai yang digagas Kapolda Jabar dan Pangdam III Siliwangi hari Senin kemarin, ketiganya belum pernah hadir.
Apakah mereka super sibuk dengan kegiatan dinasnya, atau mereka menganggap tidak perlu repot-repot ikutan acara yang mereka anggap tidak penting.
Saya sebagai calon muda yg paling tidak tahu apa2 tadinya berharap bisa bersilaturahim sebagaimana dengan para calon lainnya, bisa bertemu dengan para petahana tentu lebih memiliki arti, paling tidak bisa belajar cara-cara mereka tampil dalam acara2 resmi.
Harapan itu sia-sia! Sebagai penantang, sekalipun saya seorang ingusna, merasa tidak dipandang sebelah mata, namun ternyata perasaan itu dimiliki juga calon penantang lainnya. Dalam obrolan sehabis acara makan siang, kekecewaan kami menjadi bahan diskusi panjang terhadap kinerja para petahana selama hampir 5 tahun mewakili rakyat Jawa Barat yang 32 juta lebih DPTnya.
Oni Suwarman dengan pemilih terbanyak (2.167.458) dari anggota DPD seluruh Indonesia ternyata selain kurang kedengaran kontribusi kepada warga Jabar juga tidak berhasil menjadi salah-satu unsur pimpinan DPD RI, setali tiga uang dengan anggota DPD RI asal Jabar lainnya (Eni Sumarni, Ayi hambali dan Aceng HM Fikri).
Yang membuat saya sebagai pemuda Sunda merasa sangat prihatin, kok bisa-bisanya IPP (Indeks Partisipasi Pemuda) versi Bappenas thn 2016-2017 provinsi Jabar berada di peringkat ke 31 dari 34 provinsi di Indonesia.
Sejauh mana peran 4 orang wakil warga Jabar dalam membantu kinerja pemerintah daerah sesuai dengan visinya sebagai lembaga perwakilan yang mampu secara optimal dan akuntabel memperjuangkan aspirasi daerah untuk mewujudkan tujuan nasional demi kepentingan bangsa dan negara kesatuan Republik Indonesia.
Bagaimana mungkin bisa melaksanakan misinya untuk memperkuat kapasitas pelaksanaan fungsi representasi yang mencakup penampungan dan penindaklanjutan aspirasi daerah dan pengaduan masyarakat kalau tidak bisa memberikan teladan yg baik kepada kami para calon penerusnya.
Kami para penantang berusaha secara maksimal untuk menghargai dan mengikuti tahapan proses pencalonan sebagai bagian penting dengan tidak hanya cukup mengirimkan narahubung.
Sementara para petahana tidak pernah berkumpul bersama kami, sepertinya mereka menjadi calon elite yang tidak memandang sebelah mata semua tahapan pencalonan dan kampanye.
Saya jagi curiga apakah mereka juga menganggap tidak pentung hari pencolosan 17 April nanti karena mereka punya keyakinan akan tiba-tiba menjadi pemenang.
Jadi sudah selayaknya #2019untukyangmuda
– Maulidan Isba Calon DPD RI No 51