Sebenarnya Pendiri Bangsa kita sangat visioner. Beliau- beliau telah menetapkan sistem Ekonomi Konstitusi Indonesia, yang menyandarkan pada Gotong Royong, kekeluargaan dan Berdikari selaras dengan jatidiri koperasi.
Bukti ini membuat Majelis Umum PBB menetapkan resolusi bernomor 64/136 tahun 2012, dengan menyatakan bahwa “Koperasi Membangun Dunia yang Lebih Baik”.
Bukti lainnya kawasan Eropa atau negara yang keberadaan koperasi nya leluasa berkembang maju hingga kemakmuran dan kesejahteraan masyarakatnya adalah keniscayaan, Khususnya kawasan negara skandinavia dinyatakan warga negaranya berpenghasilan tinggi, hidup paling bahagia dan berumur panjang, karena terkorelasi hampir 90% warganya merupakan anggota koperasi.
Demikian diungkapkan Mohamad Sukri, Sekjen Dekopin, di sela-sela kesibukannya sebagai Ketua Steering Committe PANHARKOPNAS ke 72, di Purwokerto, Kamis, (11/7).
Menanggapi koperasi di Indonesia yang kontribusi koperasinya terhadap PDB masih kisaran satu digit dari PDB nasional. Menurutnya perlu ada lompatan-lompatan Inovasi Teknologi (IT) dalam berbagai hal di koperasi. Baik di internal maupun ekternal sistem perusahaannya. Namun kata dia, tetap harus memperhatikan norma dan jati diri koperasinya. “Sebab, lambat laun Indonesia akan juga terintegrasi dengan berbagai negara lainnya, di era globalisasi sekarang ini,” tegasnya.
Terkait dunia usaha yang menuntut penyesuaian dan implementasi teknologi, sebagaimana di”skenario”kan oleh Revolusi Industri 4.0. Menurut Sukri, koperasi pun harus bisa dan mau beradaptasi dengan perkembangan teknologi digital dalam mengembangkan bisnisnya. Begitu pun skala usahanya juga harus mengalami lompatan kemajuan dengan bantuan teknologi mutakhir. “Intinya, koperasi itu perusahaan sehingga perlu diingatkan, bahwa perubahan di segala lini sekarang sedang berproses dengan cepat. Jadi koperasi juga harus mampu menyesuaikan dan menerapkannya. Mengingat persaingan adalah sebuah keniscayaan,” tandasnya lagi.
Sukri juga menanggapi terkait program Kementerian Koperasi dan UKM, yang ternyata dilakukan bersama Gerakan Koperasi (DEKOPIN), dan kini tengah berjalan. Yakni Program Reformasi Total Koperasi yang dikatakan meliputi tiga langkah strategis, seperti Reorientasi, Rehabilitasi dan Pengembangan. Dimana tujuan besarnya menurut dia, adalah mengembangkan koperasi secara berkualitas. “Koperasi sebagai perusahaan yang memberikan kesejahteraan kepada anggotanya, dan kemanfaatan kepada masyarakat. Maka, target kualitas lebih utama ketimbang kuantitas kelembagaannya,” pesannya.
Menanggapi ketatnya kompetisi bisnis, keberadaan pasar terbuka, serta kemajuan teknologi yang super cepat. Menurut Ketua Umum Induk Koperasi Pondok Pesantren (INKOPONTREN) ini, bahwa kondisi ini menjadi peringatan bagi koperasi untuk melakukan perubahan dengan jeli. Dengan begitu kata dia, koperasi akan mampu memproyeksikan tentang peningkatan kelayakan, produktivitas, dan nilai tambah koperasi untuk “naik kelas”. Kemudian bertumbuh ke skala yang lebih besar dan berdaya saing global, merupakan sebuah hal yang mandatory. “Maka modernisasi manajemen bisnis dan organisasi koperasi dengan berbasis IT menjadi sebuah keharusan,” tandasnya.
Dari semua apa yang diuraikan tersebut, lanjut Sukri, katanya telah terkonstruksi dalam peringatan Hari Koperasi ke 72 tahun 2019 di Purwokerto Jawa Tengah ini. Kata dia, bisa dikatakan menjadi penanda perubahan dan lompatan yang akan dilakukan koperasi.
Masih menurutnya, ini perayaan nasional pertama di Indonesia, yang memandu peserta, undangan dan masyarakat menggunakan aplikasi digital bernama MyCoop. Demikian pengenalan Bisnis Model Koperasi Keuangan melalui sistem digital bernama CUSO Mobile. Termasuk optimalisasi Nomor Induk Koperasi (NIK) untuk Layanan Koperasi. Selain itu seluruh peserta dan undangan juga diupayakan tidak berplastik. Ini sebagai bentuk keberpihakan koperasi pada lingkungan. “Demikian rangkaian acaranya, hampir keseluruhannya membahas implementasi Teknologi Digital dan SDM Milenial sebagai tombak reformasi koperasi Indonesia dimasa mendatang,” pungkasnya. |RGE