Seniman Lukis Indonesia Gelar Pameran Hari Pahlawan di Bandung

0
274

INTERPRETASI BEBAS DALAM REFLEKSI PAMERAN LUKISAN “PAHLAWAN PENUH JASA”

OLEH SUSI ANDRINI

Setiap tanggal 10 November bangsa Indonesia  memperingati  hari  Pahlawan yang   telah   berjasa   memperjuangkan kemerdekaan negeri ini di bawah kibaran Sang  Saka  Merah  Putih.  Merah  berarti Berani dan Putih itu Suci. Teks Proklamasi 17 Agustus 1545 yang dibacakan Soekarno menjadi saksi sejarah tanah dan tumpah darah   Indonesia   dengan   satu   kata “MERDEKA”.
Seperti halnya dalam pameran yang bertajuk ”Pahlawan Penuh Jasa.”
Sebanyak 22  lukisan buah tangan dari karya pelukis, A R Tanjung, Andi Sopiandi, Bambang Sudarto, Casjiwanto, Irwan, Iwan,Koeswanna, Kembang Sepatu, Indra  Wahyu  Srikaryadi Nurdin Yusup, dan Toni Fatoni,  menghiasi ruang pamer pada 7-14 November 2023 di IMAH ANIES KAFE PEDJUANG, Bandung dan di buka oleh Dr. Memet Hakim.
Menilik  sejarah perjuangan pahlawan ke belakang,  yang gugur di medan laga  (pada pasca kemerdekaan di Surabaya) saat itu. Sekitar 20.000  jiwa melayang,  sebagian adalah warga sipil yang  menjadi korban, disamping itu sebanyak  150.000 orang dijarah meninggalkan Surabaya. Pertempuran 10 November saat itu tak terelakkan, karena di sulut karena Kematian Jendral Mallaby (Pimpinan tentara Inggris di Jawa Timur) yang memicu kemarahan pihak Inggris kepada Indonesia.
Pertempuran selama lebih kurang tiga minggu lamanya, menewaskan sekitar  1500 orang prajurit Inggris,  hilang dan luka-luka, alat perang rusak dan porak poranda. Sehingga per tanggal 10 November diperingati sebagai hari Pahlawan sebagai  bentuk penghargaan atas jasa dan pengorbanan para pejuang kemerdekaan.
Lukisan Karya Indra Wahyu Srikaryadi berjudul “Sudirman”. Foto ATA
Kemerdekaan Indonesia yang kini telah mencapai usia 73 tahun masih jauh menggapai cita-cita luhur bangsa Indonesia dalam menciptakan masyarakat adil, makmur dan sejahtera. Bukan lagi pahlawan dalam Keputusan seniman untuk menggunakan media tertentu, seperti minyak, akrilik, cat air atau cat berbahan dasar air misalnya  tinta,  dan lainnya serta pilihan berupa bentuk tertentu, seperti , kuda, becak, suasana dan situasi dalam perang, panorama, ataupun bergaya abstrak yang menjadi imajinasi tersendiri bagi pelukisnya merupakan satu proses yang menjadi  kualitas yang  ekspresif  serta pilihan medium dan bentuk, juga  teknik dari  sang seniman, berpadu untuk mewujudkan gambaran visual yang unik yang memiliki karakteristik tertentu.
Salah satu contoh, lihat pada karya Andi Sopiandi berjudul, “Pahlawan Keluarga” dengan Cat  akrilik  di  kanvas  berukuran  128  x  55  cm.  Lukisan  itu  tampak  sederhana  namun menggambarkan kesahajaan dari seorang penarik becak yang bekerja dan berjuang mencari nafkah untuk keluarganya. Ia adalah “pahlawan” bagi keluarganya. Pahlawan yang tidak hanya mengangkat pistol dan bedil di masa penjajahan dulu tapi pahlawan untuk menghidupi anak dan istri.
Andi Sopiandi berjudul, “Pahlawan Keluarga”/ist
Aliran gaya realisme ada pada lukisan karya Andi ini yang merupakan  suatu aliran dengan menunjukkan adanya suatu keadaan atau peristiwa, suasana atau situasi model tertentu, atau keseharian dari sebuah aktifitas, tanpa adanya drama atau dipilih kondisi yang paling indah saja, tapi ada detail-detail dalam lukisannya.
Sehingga Bagi Para Penikmat Seni Tidak perlu waktu lama lagi untuk dapat menginterpretasikan karya yang tampak nyata. Namun berbeda dengan gaya lukisan aliran naturalisme dengan judul “Aya anu  Ngapungkeun japati“ media  oil on canvas dengan ukuran 50 x 145 cm. Naturalisme adalah sebuah apresiasi para seniman kepada alam. Pemandangan seorang anak perempuan di tengah sawah seperti menghalau burung-burung dengan salur-salur lembut seperti perpaduan dengan antara gaya pada aliran naturalisme dan  surealisme. Namun begitu pesan yang hendak disampaikan pelukisnya juga adalah soal pengorbanan seorang anak dalam bekerja yang dapat disebut juga sebagai pahlawan bagi orangtua atau keluarganya.
Pada lukisan lain karya Karya AR Tanjung dengan Judul: “Pejuang dalam Kacamata Milenial” bisa mengandung banyak arti dimana pelukisnya ingin dapat memaknai arti dari seorang ‘Pahlawan” melalui kacamata milenial di era Gen Z.
Adakah sama pemahaman yang ditangkap antara Gen Z,  gen Y ataupun Gen X di era milenial ini?
Penggambaran satu wajah dalam satu frame dengan melukiskan tokoh pahlawan perjuangan bangsa Soekarno, Bung Hatta dan Syahrir pada masing-masing di sisi kacamata kanan dan kiri, merupakan gambaran seorang pemimpin di mata rakyatnya seperti yang diungkapkan oleh Soekarno, ‘Aku ini bukan apa-apa kalau tanpa rakyat. Aku besar karena rakyat, berjuang karena rakyat, dan aku penyambung  lidah  rakyat.’
 Lukisan-lukisan  yang  dipamerkan  ini  seperti  refleksi  yang  ingin diungkapkan  oleh  para  pelukisnya  lewat  karya  dengan  berbagai  macam  pandangan  ataupun interpretasi bagi siapapun yang melihatnya. Yang terpenting adalah bagaimana di era kemerdekaan ini apa pun itu, siapa pun dia bebas berkarya dan berekspresi untuk mengutarakan pendapatnya masing-masing sekalipun itu bersinggungan atau tidak sepaham antara satu dengan yang  lainnya. Seperti yang dikatakan oleh Sutan Syahrir bahwa “ Kemerdekaan nasional bukan pencapaian akhir, tapi rakyat bebas berkarya adalah pencapaian puncaknya.***

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.