Kisruh Jokowi – Mega, Pilpres Curang & Chaos…”
OLEH Faizal Assegaf (kritikus)
Gibran jadi petaka politik bagi Jokowi dan Mega. Sejak bocah Istana itu dikarbit jadi Cawapres, pesta ria Jokowi dan PDIP berujung cekcok. Bila Ganjar dan PDIP kalah, diprediksi chaos.
Sebaliknya peluang Anies-Imin masuk ke putaran ke dua, masih hadapi ancaman serius: Kecurangan. Jika dugaan alat-alat negara terlibat secara terstruktur, sistematis dan masif, kecurangan sulit cegah.
Sementara, Prabowo yang asyik joget gemoy terlanjur dipahami rakyat sebagai terapi anti stroke. Alasan itu membuat pendukungnya was-was. Khawatir Prabowo tergelincir dan kejang-kejang di atas panggung.
Bahkan para pembisik di pintu belakang Istana jauh lebih cemas. Takut soal kesehatan Prabowo diusia lansia dikuras oleh padatnya jadwal kampanye. Tak elok bila terpaksa duduk di kursi roda.
Pilpres kali ini harus diakui sangat krusial. Ditambah makin kencang desakan pemakzulan. Sebaliknya muncul spekulasi bahwa bila terjadi chaos, Jokowi sudah siapkan dekrit untuk batalkan Pilpres.
Walhasil, rakyat disandera oleh ketidakpastian dalam bernegara. Pesta demokrasi menjadi jargon penipuan elite penguasa. Hidup rakyat makin menjerit, digiring dan diperbudak oleh politik tipu-menipu.
Kelompok gerakan perubahan dan partai pengusung Anies-Imin belum terkonsolidasi secara solid. Masih saling berupaya merangkul, namun terasa renggang. Butuh sikap egaliter agar lebih rekat.
Begitu pula kubu PDIP, secara agresif berusaha memasuki orbit kelompok oposisi. Makin intensif meyakinkan rakyat bersatu melawan kecurangan yang dapat berakibat fatal, chaos.
Dalam situasi itu, Anies dan partai pendukungnya mesti lebih jeli. Tidak sekedar berjuang di kanal Pilpres. Tapi juga menyiapkan konsolidasi elemen rakyat mengantisipasi situasi destruktif.
Demi anak, Jokowi menyulut kekacauan…!