Watak Feodalistik dan Proxy Kolonialis ala Joko Widodo?
Oleh: Muslim Arbi
Direktur Gerakan Perubahan dan Koordinator Indonesia Bersatu
Joko Widodo ini menurut buku yang di tulis oleh Bambang Tri Mulyono: Jokowi Undercover 1. Dari asal usul nya saja kontroversial.
Dari segi pendidikan nya saja. Status Ijazah nya masih di gugat di Pengadilan.
Waktu masih di Solo sebagai Walikota. Lalu ada beberapa tokoh nasional bawa dia ke Jakarta.
Dari pengakuan sejumlah Tokoh Nasional itu diantara nya Yusuf Kalla dll.
Dengan dukungan media pencitraan dan kekuatan modal menghantarkan nya menjadi Gubernur DKI. Jabatan itu hanya di sandang 2 tahun. 2012-2014.
Setelah itu di promosikan besar-besaran oleh sejuta Tokoh di Pusat. Prabowo Subianto, Megawati Soekarnoputri, Surya Paloh dsb.
Lalu pada pilpres 2014. Terpilih sebagai Presiden sampai tahun 2019. Setelah itu pada pilpres 2019-2024. Terpilih kembali meski hasil di anggap curang. Tapi dia tetap berkuasa hingga saat ini.
Tahun 2022 lalu. Di komandan oleh Luhut Panjaitan dan beberapa ketua umum partai mencoba, mengadu nasib agar dapat berkuasa kembali sampai 3 Periode.
Hal itu gagal dilakukan, karena mendapat perlawan dan tentangan dari Aktivis dan masyarakat.
Joko Widodo tidak berhenti meski gagal memperpanjang kekuasaan nya 3 Periode. Lalu mencoba mendorong anaknya menjadi cawapres.
Usaha 3 Periode itu. Seperti Xi Jinping di China.
Dengan memaksa MK agar loloskan anaknya cawapres meski itu langgar UU sekali pun. Joko Widodo jalan terus.
Kalau di lihat dari karakter kekuasaan nya sedang membangun watak feodalisme.
Watak dan karakter Feodalistik itu bertentangan dengan iklim demokrasi yang terbangun sejak Reformasi 1998.
Joko Widodo. Orang yang tidak punya andil saat Reformasi 1998. Dia di pungut oleh Megawati Soekarnoputri dan PDIP terutama dan partai lain nya. Yang back up dia selama ini.
Watak Feodalisme itulah yang paling menonjol. Dan tetap memaksakan anaknya sebagai penerus nya. Dia tidak mendengar dan menggubris dari siapapun. Meski tindakannya itu langgar UU, dan melawan kehendak Rakyat dan Anti demokrasi sekalipun.
Dalam kebijakan pemerintah nya selama ini lebih utama kan kepentingan pemilik modal baik dalam maupun luar negeri.
Sejumlah proyek infrastruktur yang mengacaukan keuangan negara dan membebani negara karena syarat dengan utang tidak di gunakan gubris. Tetap jalan meski itu membuat negara terjerumus ke jurang kolonialis.
Dalam hal utang luar negeri yang mencapai ribuan triliun dan sejumlah proyek yang membuat negeri tersandera dan terjajah Seperi proyek Kereta Cepat Jakarta – Bandung. Negera tersandera dan berpotensi terjajah oleh RRC. Demikian juga sejumlah proyek infrastruktur dan tol yang di buat mahal dan di jual murah. Bahkan itu mengakibatkan negara berbisnis dengan Rakyat nya. Sesuatu yang menyimpang dari tujuan negara ini di dirikan.
Watak dan karakteristik kekuasaan nya lebih di dominasi oleh hubungan nya dengan RRC di bawah Xi Jinping. Maka tak heran kalau ambisi dan obsesi Joko Widodo mau meniru seperti Xi Jinping tiga periode.
Watak dan karakter Feodalistik itu. Maka jangan heran kalau berbagai cara agar dapat melanjutkan kekuasaan nya melalui anak nya tetap lanjut.
Jika di simak lebih mendalam. Dengan karakteristik Feodalistik itu untuk mempertahankan kapital asing (RRC) selama ini?
Tidak kah watak dan karakteristik kekuasaan model Joko Widodo ini membahayakan Bangsa dan Negara ini?
Stasiun Pasar Senen:
04 Pebruari 2024