NPWP DEMOKRASI SONTOLOYO NOMOR PIRO WANI PIRO.
Oleh Prihandoyo Kuswanto
Ketua Pusat Studi Kajian Rumah
Panca Sila
Kata sontoloyo sudah tak asing lagi bagi orang Indonesia, terutama yang tinggal di Jawa. Kata ini lebih dipahami sebagai umpatan untuk mengungkapkan sesuatu yang tidak beres.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) disebutkan arti kata sontoloyo yakni konyol, tidak beres, bodoh. Sontoloyo biasa digunakan sebagai makian.
Namun, tak banyak yang tahu dari mana sebenarnya asal kata ini. Setelah ditelusuri, rupanya sontoloyo berasal dari Bahasa Jawa.
Maknanya pun sangat berbeda jauh dengan yang dipahami orang kebanyakan. Sebagaimana dikutip dari Wikipedia, sontoloyo merupakan sebutan bagi orang yang menggembalakan itik atau bebek.
Ia bertugas untuk menggiring hewan unggas tersebut agar memperoleh makanan, yang biasanya dilakukan di persawahan yang setelah di panen .
Dari arti dalam kamus KIB maupun dalam arti bahasa Jawa sesunggu nya kata sontoloyo lebih tepat disematkan dalam demokrasi dengan model Pemilu maupun Pilpres .
Ketidak beresan proses dengan berbagai varian tipu muslihat nya bisa dirasakan ,mulai dari UU Pemilu yang mensyaratkan mencalonkan capres ambang batas 20 % dari jumlah suara partai politik gabungan maupun sendiri ,ini bukan hanya melanggar konstitusi tetapi sudah menjadi barier untuk keikut sertaan rakyat mencalonkan diri nya yang dijamin konstitusi .
Pertemuan ketua MPR dan SBY dalam rangka mencari masukan soal pemilu dan pilpres .SBY pun mahal nya pileg pemilihan ĺegeslatif sebab SBY harus merokok kocek nya antar 40 Milyard sampai 100 Milyard untuk bisa menjadi anggota DPR RI.
Kata Bambang Soet itu demokrasi NPWP Nomor Piro Wani Piro benar-benar Sontoloyo
Model pemilu yang menggiring rakyat untuk memilih penguasa seperti Sontoloyo menggiring bebek nya pokok nya diberi sembako maka suara terbeli .
Dengan memberlakukan presidential threshold 20 % tidak masuk akal sebab yang menjadi acuan perolehan pemilu th 2019 jadi partai politik baru tidak bisa mencalonkan presiden .apalagi rakyat yang tidak berpartai walau mempunyai kapasitas sebagai Presiden .
Demokrasi sontoloyo memang banyak tipu tipu nya ,mulai dari memakai baju muslim santri dan masuk organisasi identitas ,sampai membayar lembaga survey abal-abal untuk mencitrakan seseorang calon banyak diminati pemilih .
Dengan gaya seorang alim masuk pesantren dengan membagi bagi uang pada Kiai dan banyak juga Kiai yang menjadi blantik untuk mendapatkan uang dengan menjual pesantren nya .
Belum lagi memasang bahlio dan spanduk seantero negeri seakan menjadi seorang yang diharapkan oleh bangsa ini .
Demokrasi sontoloyo memang banyak rekayasa nya ,untuk tetap berkuasa mulai dari DPT daftar pemilih tetap direkayasa sedemikian rupa dan rasa nya sulit untuk bisa diakses seperti tahun 2019 ada 50 jutaan DPT invalid yang nama dan KTP ,KK nya berbeda no Propinsi ,Kota ,Kecamatan nya yang disimbolkan angka dalam no KSK atau KTP tidak nyambung atau dalam KSK anggota keluarga tiba tiba bisa ada puluhan orang asing yang terdapat di KSK ,bahkan orang yang sudah mati masih ada itu terjadi ditahun 2019 dan tahun 2024 ngak akan beda sebab UU yang dipakai UU yang dipakai UU yang dipakai th 2019 .
Demokrasi sontoloyo mulai melakukan koalisi antar sontoloyo membangun kekuatan politik dengan genit agar bisa mempertahankan kekuasaan untuk mendapat kenikmatan atau supaya punya bargening dalam kekuasaan kedepan .
Sudah mulai membangun buzer buser untuk menyerang lawan dan membangun opini masyarakat .tentang prestasi ,tentang janji janji ,tentang kepantasan dipilih walau semua adalah rekayasa ditambah lagi dengan survey survey abal abal untuk membangun pecitraan sontoloyo .
Dengan demokrasi sontoloyo menghasilkan kekuasaan para sontoloyo bagaimana mungkin Eksekutif ,Legeslatif ,Yudikatif bertemali dan tidak melakukan kontrol sama sekali , kekuasaan ,semua serba partai politik . Eksekutif petugas partai termasuk menteri menteri nya ,Legeslatif jelas ya partai politik semua Yudikatif juga titipan dari partai politik maka demokrasi sontoloyo sudah tidak ada kontrol terhadap eksekutif tidak ada cerita jeruk minum jeruk .
Peran DPR tidak lagi bisa melakukan control sebab ikut dalam oligarkhy kekuasaan .
Oligarkhy menjadi penentu segala nya kedaulatan rakyat sudah lama dirampas oleh partai politik .
Saya jadi teringat sahabat saya Pak Happy Trenggono dengan ide beliau membeli Indonesia .
Rupanya membeli Indonesia telah menjadi pola Oligarkhy dan seperti yang perna dikatakan ketua MPR partai politik bisa di beli oleh Oligarkhy .Dan Surya Paloh dalam pidato nya yang berapi api mengatakan sistem kita Super Kapitalis dan liberalis Pancasila sudah tidak ada yang ada Wani Piro
Begitu juga Prof Machfud MD sebagai Menko polhukam mengatakan korupsi sangat mengerikan merata disemua lembaga ya Eksekutif ,Legeslatif ,Yudikatif ,Pengusaha bertemali membobol uang negara .
300 Triliun dari membobol Timah ,belum tambang tambang yang lain itu bertemali antara Eksekutif ,Yudikatif ,Legeslstif ,
Dengan model Oligarkhy membeli
Indonesia cukup 120 triliun selesai semua dengan model demokrasi sontoloyo wani piro , membeli partai politik dengan model perolehan suara yang dapat suara 20% persen dapat 20 triliun ,yang dapat 11% dapat 11 triliun dan seterus nya dan sisa nya 20 Triliun untuk dibagi bagi melancarkan lobby lobby .
Inilah semua perkiraan kalau model demokrasi nya wani Piro .Itulah hasil dari pemilu sontoloyo .
Bagaimana untuk memperbaiki keadaan bangsa dan negara ini tidak ada jalan lain kecuali kita semua sadar akan keadaan bangsa ini .
Maka Indonesia harus kembali ke kitoh 17 Agustus 1945 kembali pada negara Proklamasi ,kembali pada UUD 1945 asli dan Pancasila kembali pada sistem MPR sebagai lembaga tertinggi negara dan negara ini kedaulatan nya harus di kembalikan pada rakyat Indonesia bukan Oligarkhy .Selamatkan Indonesia dengan
Kembali ke UUD 1945 dan Pancasila .