UNI EROPA NGAJAK PERANG DAGANG, SIAPA TAKUT ?
By Memet Hakim , (ETCAS Consultant, Senior Agronomist)
Uni Eropa secara resmi telah menabuh genderang perang dagang terbuka pada Indonesia dan Malaysia, melalui EUDR (Eropean Union Deforestation Regulation) 6 Desember 2022, tetapi berlakunya 2023 dan 2024. Kebijakan ini mewajibkan operator dan pedagang yang berurusan dengan barang dan turunannya dari ketujuh komoditas yang meliputi peternakan, kakao, kopi, kelapa sawit, karet, kedelai, dan kayu untuk melakukan uji tuntas yang ekstensif di seluruh rantai pasok. Tujuan utama kebijakan deforestation free adalah untuk melindungi hutan dan mencegah terjadinya deforestasi di seluruh dunia. Kebijakan Deforestation Free adalah kebijakan yang diterapkan oleh beberapa negara dan kawasan, seperti Uni Eropa (EU), Inggris (UK), dan Amerika Serikat (AS).
Khusus untuk Kelapa Sawit, tahun 1990 an mereka selalu melakukan kampanye hitam antara lain kelapa sawit itu boros air, tidak sehat, dll. Kemudian tahun 2004 diciptakan RSPO (Roundtable Sustainable Palm Oil) untuk menghambat ekspor minyak sawit ke Eropa dengan casing lingkungan yang menarik, sekarang diluncurkan hambatan secara terbuka dengan EUDR mereka ingin menekan Indonesia dan Malaysia. Akan tetapi jika kita lihat sejarahnya tidak usah heran, bangsa Eropa ini umumnya merupakan bangsa penjajah, seperti Inggris, Belanda Perancis, Portugis yang selalu merasa paling benar dan kuat, tetapi memerlukan bahan baku dari negara jajahannya. Sikap Eropa, Amerika yang menganggap Indonesia lebih rendah, harus dilawan.
Sebenarnya negara-negara Eropa itu miskin, mereka tidak punya sumber daya alam, sehingga mereka mencari sampai ke Afrika, Asia bahkan ke Australia dan Amerika. Nah dengan mental seperti itulah mereka mengira Indonesia dan Malaysia dapat ditekan begitu saja. Barrier berupa peraturan dari bangsa Eropa ini sebenar rapuh, dapat dipatahkan dengan mudah. Minyak Sawit Indonesia dan Malaysia adalah sebesar 60 % dari produksi dunia yakni sebesar 46,9 juta ton dan Malaysia sebesar 18,7 juta ton, sehingga lebih dominan untuk mengatur dunia.
Saat ini minyak sawit telah digunakan untuk Biodiesel dan sebentar lagi untuk bensin sawit, jadi tanpa menjual ke Eropapun sebenarnya tidak masalah bagi Indonesia dan Malaysia. Indonesia memang pionir di dunia untuk pembuatan bio-diesel dan bennsin-sawit. Semua kelebihan minyak sawit dapat digunakan untuk bahan bakar. Hitungan bisnisnya justru yang merugi adalah Eropa itu sendiri, apalagi jika ekspor tambang seperti nikel, batu bara dihentikan, banyak industri di Eropa akan tutup dan ada PHK besar besaran. Mereka harus pikir panjang karena akan merugi jika ingin berperang dengan Indonesia,
Indonesia harus tersinggung berat pada Uni Eropa, atas dasar apa mereka mengatur hutan di Indonesia, bukankan masing negara bisa mengatur hutannya masing-masing ? Right or wrong is my country, pengaturan hutan dan lingkungan itu merupakan urusan Dalam Negeri Indonesia dan Malaysia. Apakah mereka masih berpikir memiliki hak untuk mengatur negara lain ? Ini yang perlu disampaikan, Indonesia harus berani dan tegas jika mereka ingin mencampuri urusan Dalam Negeri. Indonesia merupakan Negara Merdeka, bukan jajahan mereka.
Dilain pihak saat ini merupakan waktu terbaik untuk mengatur ekspor langsung, tanpa melewati Singapura. Singapura yang hidupnya tergantung dari Indonesia dan Malaysia, justru sering melindungi koruptor Indonesia dan merupakan sekutu Israel di Asia Tenggara. Kementerian Perdagangan dan Perhubungan harus segera menyiapkan segala sesuatunya.
Bandung, 13 Juni 2024
DAFTAR PUSTAKA :
- Ir. Tungkot Sipayung, Executive Director at PASPI, 2024, Kebijakan EUDR / Deforestation Free.
https://palmoilina.asia/sawit-hub/kebijakan-eudr/
- CNBC Indonesia, 2021, Daftar Produk RI yang Bikin Resah Negara Lain, Sampai ‘Ribut’, https://www.cnbcindonesia.com/news/20210730181219-4-265000/daftar-produk-ri-yang-bikin-resah-negara-lain-sampai-ribut