Anies selalu Protagonis dan PKS Antagonis, Adilkah?:
oleh: Erwyn Kurniawan
1. Beredar pesan di WhatsApp. Isinya menuding PKS sebagai pengkhianat. Dituduh sudah masuk angin. Dinilai telah haus kekuasaan. Disebut tak konsisten dan meninggalkan rakyat. Dan seterusnya. Kemungkinan gagal mengusung Anies Baswedan di Pilkada Jakarta jadi sebabnya. Jujur, gerah juga saya membacanya.
2. Kalau Anies tak jadi Calon Gubernur (cagub), itu gara-gara PKS! Titik…! Dinarasikan PKS tergoda rayuan Koalisi Indonesia Maju (KIM). Dituliskan bahwa PKS tak mau berjuang agar Anies dapat tiket. Logika politik publik dibolak-balik.
3. Padahal PKS itu sudah memberikan segalanya kepada Anies. Ada 18 kursi DPRD Jakarta hasil Pileg 2024 lalu. Karena sebagai pemenang pemilu di Jakarta, maka PKS menawarkan kadernya sebagai cawagub, yakni Mohamad Sohibul Iman (MSI). Hadirlah pasangan AMAN. Wajar dong PKS menyodorkan pasangan ini.
4. Kira-kira kalau didialogkan seperti ini: “Mas Anies, kami ini pemenang Pileg di Jakarta. Kami punya 18 kursi. Kami legowo menjadikan Mas Anies sebagai cagub walaupun bukan kader PKS dan MSI hanya cawagub meski beliau kader PKS. Tinggal Mas Anies cari lagi 4 kursi ya agar dapat tiket.”
5. Info dari Pimpinan PKS, Anies diberikan tenggat waktu untuk mengajak partai lain. Namun hingga deadline, Anies tidak dapat memenuhinya. Sementara itu, waktu terus berjalan dan pendaftaran pilkada sudah semakin dekat.
6. Soal PKS dan Anies, banyak di antara kita yang kurang proporsional dalam meresponsnya. Anies selalu jadi aktor protagonis dan PKS sebagai antagonisnya. Anies selalu benar dan PKS selalu salah. Ingatan kita teramat pendek.
7. Kita tiba-tiba jadi pelupa. Jelang Pilkada DKI 2017, tak ada nama Anies dalam radar partai manapun. Di detik-detik akhir baru beredar dan tahukah partai mana yang membuat itu terjadi? Ya PKS! Nama Mardani Ali Sera dicoret sebagai cawagub oleh PKS. Diganti Anies dan wakilnya Sandiaga Uno. Keduanya kemudian terpilih.
8. Kita tiba-tiba jadi pelupa. Ketika Sandiaga mundur sebagai Wakil Gubernur DKI Jakarta karena ikut kontestasi Pilpres 2019, kursinya kosong. Lalu sepakat diisi oleh kader PKS. Tapi apa hasilnya? Kursi tersebut tak pernah diberikan ke PKS!
9. Kita tiba-tiba jadi pelupa. Sejak 2014, PKS konsisten menjadi oposisi. Sementara itu, semua partai tergoda masuk istana. Dan keistiqomahan PKS terus dibuktikan dengan mengusung Anies sebagai capres pada 2024.
10. Adakah rekam jejak partai sekonsisten ini selama paska Orde Baru? Jawabannya: Tidak Ada! Tapi ironisnya, begitu cepat kita melupakannya. Terlalu banyak kita menuntut PKS. Berderet daftar permintaan kita. Sementara itu, suara dan kursi PKS tak naik signifikan sejak jadi oposisi. Bahkan ketika mengusung Anies sekalipun.
11. Saya sebagai penulis bukan sedang marah. Namun mengajak semua pihak untuk berpikir jernih. Mari kita kembalikan relasi PKS dan Anies ini secara seimbang dan adil. Agar PKS tak selalu jadi antagonis dan Anies selalu protagonis. PKS Pembela Rakyat