Jangan Uji Kesabaran Rakyat!

0
37

Jangan Uji Kesabaran Rakyat!

Jaya Suprana, Sandro Gatra Tim Redaksi

MENYIMAK kenyataan rakyat Indonesia turun ke jalan akibat DPR enggan mematuhi putusan Mahkamah Konstitusi, saya teringat pada peristiwa Revolusi EDSA alias Revolusi People Power sebagai demonstrasi massal tanpa kekerasan yang terjadi di Manila, Filipina pada 1986.

Aksi damai selama empat hari yang dilakukan oleh jutaan rakyat Filipina di Metro Manila mengakhiri rezim otoriter Presiden Ferdinand Marcos dan pengangkatan Corazon Aquino sebagai presiden.

EDSA merupakan singkatan dari Epifanio de los Santos Avenue, sebuah jalan di Metro Manila yang merupakan pusat demonstrasi.

Saya juga teringat pada suasana huru-hara Mei 1998 di Jakarta mirip sejarah awal Revolusi Perancis di Paris serta Revolusi Bolshewik di Moskow 1917 dan yang terbaru adalah Revolusi Dakha 2024.

Memang huru-hara Perancis, Rusia, Manila, Jakarta, Bangladesh masing-masing memiliki latar belakang saling beda satu dengan lainnya.

Namun pada hakikatnya memiliki satu kesamaan, yaitu penguasa yang terlalu lama berkuasa sambil menindas rakyat secara penuh percaya diri bahwa tidak ada yang berkuasa melawan kekuasaan mereka yang sedang berkuasa.

Tahta kekuasaan memang rawan membuat manusia mabuk kekuasaan sehingga dumeh alias takabur, maka lupa bahwa di atas langit masih ada langit.

Terbukti kekuasaan dinasti Marcos, Bourbon, Romanof, Hasina atau dinasti siapa pun gagal melawan kekuasaan rakyat. Vox populi, vox dei.

Berdasar hukum Boyle, secara kodrati setiap bejana berisi gas memiliki ambang batas daya tampung udara, yang apabila terus-menerus dilanggar, maka sang bejana pasti akhirnya akan meledak.

Apabila terus-menerus dirusak oleh manusia, maka alam akan melawan dengan bencana alam berupa gempa bumi, letusan gunung berapi, tanah longsor, tsunami, tornado, siklon sampai hujan meteor yang mustahil mampu dilawan oleh manusia.

Adalah wajar bahwa manusia yang merasa hak asasinya terus-menerus dilanggar oleh penguasa pasti akhirnya akan melawan angkara-murka sang penguasa.

Al Sukuni meriwayatkan dari Abu Abdillah Al Shadiq bahwa ketika menyambut pasukan Sariyyah kembali setelah memenangkan peperangan, Nabi Muhammad SAW bersabda: “Selamat datang wahai kalian yang telah melaksanakan jihad kecil, tetapi masih harus melaksanakan jihad akbar“.

Ketika orang-orang bingung lalu bertanya tentang makna sabda jihad kecil dan jihad akbar, Rasul SAW menjawab: “Jihad kecil adalah perjuangan menaklukkan musuhmu. Jihad akbar adalah jihad Al-Nafs, perjuangan menaklukkan dirimu sendiri.”

Sebagai warga Indonesia tentu saya mengharap apa yang baru terjadi di Bangladesh jangan sampai terjadi di Indonesia.

Dengan penuh kerendahan hati saya mohon kepada para penguasa yang telah dipilih oleh rakyat untuk berkuasa kini berkenan menunaikan Jihad Al-Nafs untuk tidak gegabah menguji kesabaran rakyat!

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.