Politik Logika vs Politik Sihir
Penulis: Ozzy S.Sudiro, Ketum KWRI/Sekjen Majelis Pers
Aktifitas sihir menyihir adalah proses mempengaruhi objek dengan cara ilutif, rasionalisasi, dan akal-akalan. Mereka disebut ilusionis.
Karna mereka mengaduk-aduk wilayah kesadaran yang lemah, telah mengkorup kesadaran dan memanipulasi imaginasi bagi jiwa- jiwa emosionalisme.
Sihir tidak efektif terhadap mereka yang kuat, cerdas dengan kesadaran yang tinggi dalam logika dan nurani.
Sihir tidak selalu bermakna magis. Sihir dapat bekerja dalam pola apa saja dengan maksud mempengaruhi massa.
Aktifitas sihir bisa beroperasi melalui ucapan, tulisan, gerakan, teknologi, karikatur, organisasi, permainan bahasa dengan perjuangan kata-kata tanpa makna dsb.
Paham demokrasi adalah sihir. Dan efek sihir ini telah menjangkiti otak manusia sedunia. Hanya sedikit orang yang telah tercerahkan akalnya yang memang selalu imun dan kebal dari pengaruh sihir.
Demokrasi amburadul sangat tidak ilmiah dan efeknya sangat menderitakan umat manusia. Karna asas Demokrasi adalah ” Suara Rakyat Suara Tuhan”. Suara rakyat suara kebenaran mutlak dan hakiki yang tidak dapat diganggu gugat.
Ketika rakyat dibuat bodoh atau dibodohi dan hedonis, dimana mereka apatis tidak lagi peduli terhadap nasib bangsa dan negrinya,
suara mereka mudah dibeli dengan harga yang sangat murah, mengharapkan nasi kotak dari seragam kotak yang sudah berupaya mengkotak-kotak, rakyat terbelah oleh yang tidak punya otak, hingga lahir ego sektoral. Mulai ego sentiris dan etno sentris.
Para bedebah dan kurcaci yaitu kapitalis dengan modal tak terhingga kemudian memilih para hedonis yang akan difeodalkan untuk memuluskan program ambisinya, kapitalisme mereka pada tingkat kebijakan.
Dengan modal besar tadi mereka dapat mendudukkan siapa saja yang mereka inginkan untuk menjadi boneka-boneka cerdas, padahal mereka tak-ubah layaknya badut berakrobat dipasar malam penuh lucu dan menawan atau remot kontrol yang mudah dikendalikan sekaligus dungu sebagai perpanjangan tangan, diobral dengan bandrol menggiurkan oleh buzzer picisan, bahkan wartawan “LGBT” pagi wartawan malam relawan ikut berperan, ternyata yang dijual barang imitasi kwalitas murahan..
<span;><span;>