Istanbul, Renaisans, Amerika, Indonesia
Jaya Suprana, Sandro Gatra Tim Redaksi
MUNGKIN cukup banyak yang tahu bahwa keberhasilan Mehmed II menaklukkan Konstantinopel pada tahun 1453 merupakan titik awal kejayaan supremasi kekalifahan Ottoman di Eropa Timur.
Namun mungkin tidak terlalu banyak yang tahu bahwa kebangkitan Istanbul di atas puing-puing Konstantinopel merupakan awal era eksplorasi di Spanyol sekaligus Era Renaisans di Italia kemudian merambah ke seluruh Eropa Barat.
Kemusnahan Konstantinopel yang juga disebut sebagai Romawi Timur secara geoekonomi-politis memblokir jalur perjalanan perdagangan Eropa ke India sehingga memotivasi Ratu Isabela dan Raja Ferdinand dari Kerajaan Spanyol menugaskan Christophorus Columbus mencari jalur pelayaran ke arah Barat demi membentuk jalur alternatif perdagangan dengan India tanpa harus melewati kawasan yang dikuasai Ottoman Empire.
Akibat keliru menduga sudah berhasil sampai ke daratan India, padahal baru sampai di kawasan Karibea di sisi Timur benua Amerika, maka Columbus keliru menyebut pribumi Amerika sebagai Indian alias orang India.
Kekeliruan mendarat Columbus dilanjutkan oleh kaum Protestan yang tergusur oleh kaum Katolik untuk mencari wilayah permukiman baru dengan cara menggusur masyarakat pribumi yang kemudian disebut sebagai Amerika bukan sesuai nama Columbus, tetapi Amerigo Vespucci.
Sementara nama Columbus diabadikan sebagai nama distrik di Amerika Serikat dan nama negara di Amerika Latin.
Setelah merdeka dari penjajahan Inggris pada 4 Juli 1776, United States of America juga tidak menyebut diri sebagai United States of Columbus.
Menarik adalah sejarah Eropa mencatat fakta bahwa jalur perdagangan Eropa dengan India tidak dilanjutkan oleh Spanyol, tetapi justru oleh Portugis disusul Belanda dan Inggris.
Sementara Portugis, Belanda dan Inggris merambah lanjut ke Asia Tenggara termasuk Nusantara yang oleh para kolonialis disebut sebagai India-Timur, sementara Spanyol lebih fokus ke Filipina yang kemudian diambil alih oleh Amerika Serikat lalu Jepang sebelum Perang Dunia II berakhir di saat Filipina menjadi negara merdeka yang berdaulat penuh.
Pada hakikatnya semua itu merupakan bagian dari Jalur Rempah yang tidak kalah penting dalam mengubah sejarah dunia ketimbang Jalan Sutera yang kini sedang digaungkan oleh Xi Jinping untuk membenarkan ekspansi imperialisme ekonomi ke seluruh pelosok planet bumi abad XXI.
Sudah barang tentu tatkala Mehmed II yang tersohor sebagai Muhammad Al Fatih menaklukan Konstantinopel untuk mendirikan Istanbul sama sekali tidak menduga tentang efek-domino Istanbul yang secara berantai memicu dampak gerakan kolonialisme merambah sampai Amerika, Afrika, dan Asia yang setelah Perang Dunia II melahirkan negara-negara baru yang berdaulat penuh seperti Republik Rakyat China, India, Pakistan, Bangladesh, Vietnam, Filipina dan Indonesia.