Koperasi Judol

0
174
Ilustrasi artis-astis yang pernah dukung judol | xcom@NenkMonica
Ilustrasi artis-astis yang pernah dukung judol | xcom@NenkMonica

Koperasi Judol

Cerpen
WA Wicaksono

 

Bermodal sebagai ketua ormas Pro Orang-orang Lebay (Projol) yang getol mendukung kampanye Presiden, karir Diarie (akrab dipanggil Diare) meroket tajam. Habis masa jabatannya sebagai Menteri dari Kementerian Omon-Omon Daring (Komondar), oleh Presiden yang baru diangkat Diarie dipercaya sebagai Menteri di Kementerian Konglomerat Pembina Koperasi atau disingkat (KemenKongloperasi).

Diarie tersenyum lebar di depan cermin, menepuk bahunya sendiri. “Siapa sangka, Diarie! Dulu cuma anak kampung yang jual kerupuk di warung pojok yang terkenal jago teriak-teriak, sekarang jadi menteri! Menteri Kongloperasi!” gumamnya, penuh bangga.

Ponselnya berdering. “Bro! Ini Aku, Zainal, staf yang dulu kamu percaya di KemenKomondar. Soal kasus judi online yang sekarang heboh, kamu tenang aja ya, situs-situs itu aku udah rapihin.”

Diarie tertawa lepas seperti mendengar sebuah lelucon murahan. “Ah, Zainal! Kalau bukan kamu, siapa lagi yang mau ngurus situs-situs yang ‘membahagiakan’ rakyat itu? Itu kan salah satu karya besar kita. Coba bayangin, rakyat tanpa hiburan seperti judi online? Mati bosan mereka!”

Zainal terdiam sejenak. “Iya, tapi, ya tahu sendirilah. Publik makin rame, masang petisi, teriak-teriak bangkrut gara-gara situs-situs itu. Polisi juga mulai ikut-ikutan. Gimana caranya nih?”

Diarie menghela napas panjang, nada suaranya lirih, seperti seorang penyair yang menggumamkan puisi tentang cinta yang tak sampai. “Ah, rakyat kita ini memang lucu. Waktu ada situs, pada main. Giliran bangkrut, mereka salahkan kita. Mereka tak paham filosofi hiburan. Hidup ini tentang pilihan, Zainal. Ada yang pilih menang, ada yang pilih kalah. Kalau kebanyakan yang kalah, ya bukan salah kita, dong hahaha…”

Zainal menahan napas. “Tapi, bos, cukong-cukong judol juga udah mulai ribut. Kalau mereka kena hukum, mereka mau bongkar semuanya. Katanya duitnya udah banyak keluar buat kita dan aktivitas Projol kemarin. Harus ada hasil konkret.”

Diarie merenung sejenak, matanya berkilat penuh ambisi. “Justru itulah, Zainal. Dengarkan ideku ini—kita ciptakan ‘Koperasi Judol’. Kita bentuk usaha mikro, kecil, menengah yang terfokus pada ‘permainan rakyat’. Judi itu kan salah satu ekspresi budaya yang turun-temurun di masyarakat kita.”

Zainal hampir tersedak mendengarnya. “Koperasi Judol? Jadi semacam UMKM judi gitu?”

Diarie mengangguk mantap. “Justru itu! Kita bikin legal! Semua bisa berpayung hukum! Rakyat dapat fasilitas, cukong nggak perlu takut sama hukum, dan yang paling penting, aku tetap aman sebagai Menteri Kongloperasi.”

“Aku cuma takut mereka yang dulu di KemenKomondar akan kena getahnya,” Zainal bergumam, hati-hati.

Diarie terkekeh sinis. “Zainal, jangan terlalu sentimental. Dalam politik, ada pepatah: ‘jika satu dicakar, dua harus mengulurkan tangan’. Kita tinggal cuci tangan, lempar beban. Dan kebetulan beban itu sekarang di tangan orang-orang baru di KemenKomondar. Mereka akan sibuk mengurus rumor, tuduhan, segala bentuk drama yang kita wariskan. Sementara aku? Cukup sibuk membina Koperasi Judol di sini kan.”

Zainal menarik napas dalam-dalam. “Tapi, bos, masyarakat pasti akan curiga. Judi online jadi usaha koperasi? Itu kan gila!”

“Zainal, dunia ini penuh keajaiban, percayalah. Bahkan serigala berbulu domba bisa menjadi duta keamanan peternakan. Kita hanya perlu meriasnya dengan istilah keren: ‘Koperasi Binaan Budaya Hiburan’. Rakyat hanya tahu kata ‘koperasi’, mereka tidak peduli urusannya apa. Yang penting koperasi, UMKM, bantuan pemerintah—kata-kata itu saja sudah bikin hati mereka hangat.”

Di luar, deru mobil mewah cukong semakin terdengar mendekat ke gedung kementerian. Diarie berdiri tegap, meyakinkan dirinya sendiri bahwa semua ini hanyalah sebuah permainan, sama seperti yang biasa ia atur di situs-situs judi online dulu.

“Baiklah, Zainal, kita mulai petualangan baru. Koperasi Judol akan menjadi cita-cita bersama rakyat. Dan aku, Menteri Kongloperasi mereka, akan memastikan bahwa tak ada satu pun yang tahu cara mainnya… kecuali yang mau ikut membiayai.” []

TINGGALKAN KOMENTAR

Silakan masukkan komentar anda!
Silakan masukkan nama Anda di sini

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.